Prediksi saya di Apakabar, bahwa Golkar akan menjadi jawara dalam Pemilu legislatif ternyata menjadi kenyataan, namun prediksi saya yang lain, bahwa PKS akan menyusul PKB sulit menyadi kenyataan. Suka atau tidak, pengaruh GD dikalangan para Nahdiyin yang merupakan konstituen utama PKB ternyata masih sangat kuat. Tetapi prediksi saya yang lain,
bahwa SBY akan tampil berpasangan dengan Jusuf Kalla dalam pemilu Pres
dan
Wapres sangat mungkin terjadi, bagi saya sangat mengembirakan, karena
pasangan
ini bukan saja sangat mungkin untuk bisa menyisihkan para pesaing,
tetapi juga sangat
baik bagi Indonesia. Keduanya dikenal relatif bersih, sudah lama
bekerja
sebagai Tim dalam kabinet Gontong Royong, punya karakter yang bisa
saling isi
mengisi dan mempunya komitmen dan potensi untuk mengangkat bangsa ini
dari keterpurukan.
SBY sekelipun dikenal sebagai seorang muslim yang relijius, dapat
mewakili
kelompok “nasionalis sekuler” sedangkan “JK", demikian Jusuf Kalla yang merupakan
“sumando” orang Minang ini biasa
dipanggil, yang sangat dihormati dan pengaruh besar di IBT, dapat
mewakili
kelompok Islam dan luar jawa. SBY bisa lebih bertindak sebagai
“solidariry
maker”, sedangkan JK---seperti yang diperlihatkannya dalam pemecahan
maslah
Poso dan Tetapi tentunya juga tidak sedikit halangan yang bisa menyebabkan terganjalnya duet ini, terutama apakah geng Akbar di Golkar legawa kalau JK menjadi cawapresnya SBY. Apalagi pasangan ini bisa menggagalkan ambisi “big boss” mereka---yang sebenarnya sangat tidak patut---untuk menjadi RI-1 atau RI-2. Mengenai Pak Amien, sebagai
pendukung PAN sejak berdirinya, saya termasuk yang berpendapat bahwa
masa pak
Amin sudah lewat. Sekalipun sangat menghormati dan mencintai Pak Amien,
dan tidak menyangsikan komitmen, kapasitas dan
integritas pribadinya, as a matter of fact, pak Amin selama 5 tahun
terakhir
ini melakukan beberapa blunder politik, dan yang cukup fatal ialah
tidak mundur sebagai
Ketua MPR setelah berperan besar dalam menurunkan GD yang justru beliau
sendiri
sebagi sponsor utama yang menjadikannya sebagai presiden. Blunder lain
ialah “membiarkan”
AM Fatwa menggusur tokoh-tokoh yang berintegritas seperti
Faisal Basri, Tuti Herati Nuradi, Bara
Hasibuan, Indra Piliang yang kehadirannya di PAN dulu menjadikan
PAN sangat “seksi”. Tururnnya
perolehan dan ranking PAN dalam pemilu legislatif mestinya merupakan
“hukuman” dan
tanda-tanda zaman yang dapat disikapi
Pak Amien dengan arif. Mengandalkan dukungan warga Muhammadiyah untuk
maju tidak mustahil bisa menjadi bumerang baik bagi Pak Amien atau Muhammadiyah sendiri. Akhirulkalam saya ingin juga menyoroti sikap Hidayat Nurwahid (HNW), yang tidak maruk jabatan. Saya pikir ada dua hal di sini. Pertama ia sadar bahwa perolehan PKS dalam pemilu legislatif walaupun cukup “fenomenal” tetapi tidak cukup memadai untuk itu. Kedua ia nampaknya ingin melakukan konsolidasi ke dalam untuk menjaga citra partainya yang akhir-akhir ini begitu “mencorong”, sikap yang seyogyanya diambil Pak Amien setelah Pemiliu 1999 yang lalu. Dan tidak mustahil sikap HNW ini bisa menjadikannya RI-1 pada pemilu 2009. Begitchu, Salam, Darwin(Analis politik amatiran) |
____________________________________________________ Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: http://groups.or.id/mailman/options/rantau-net ____________________________________________________