Surat Dari Baghdad
Publikasi: 23/04/2004 08:17 WIB
Asslamu'alakum Wr. Wb.
Salam sejahtera buat sahabat-sahabat semua di mana pun antum berada,
semoga antum berada dalam keadaan sehat wal'afiat dalam lindungan Allah
SWT.
Selanjutnya perkenankanlah saya santri alumni Lirboyo yang sekarang
sedang berada di negara dalam penjajahan AS dan para sekutunya, ingin
menyampaikan beberepa Informasi yang berkenaan dengan suasana "setahun
Iraq dalam Cengkraman penjajah" dan kisah nyata tentang pembantaian
saudara-saudara kita yang berada di kota Falujah.
Seperti kita ketahui setahun sudah Iraq jatuh kedalam kekuasaan AS dan
sekutunya dan setahun itu pula rakyat Iraq semakin bertambah
penderitaannya setelah 13 tahun dalam himpitan embargo,dengan alasan
tuduhan sebagai negara berbahaya yang mengembangkan Ashlihah Damar
Assyamil (senjata pemusnah masal) dengan pemeran utama "SADDAM
HUSAIN".
Kini semua tuduhan itu belum juga terjawab kendatipun Iraq telah jatuh
dan Saddam telah tertangkap, bahkan AS dan sekutunya semakin kerasan dan
enggan untuk hengkang dari negara peradaban tertua Dunia ini.
Sudah barang tentu siapapun yang negaranya dijajah, kekayaan alam dan
sejarahnya dikuras habis tidak akan tinggal diam, maka kemudian munculah
berbagai gerakan (muqowwamah) perlawanan untuk mengusir para
penjajah, seperti yang kini terjadi di kota-kota besar di penjuru Iraq.
Baghdad terkenal dengan gerakan "Anshorul Mujahidin", Bashrah dengan
gerakan "Jaes Altahrir", dan Najef dengan gerakan Muqtada Sadr dengan
julukan "Jaes Al Mahdi".
Perlu diingat bahwa gerakan gerkan perlawanan ini bukan karena pengikut
Saddam dan kader-kader partai Baath melainkan mereka adalah patriot bangsa
yang ingin merebut negaranya dari tangan penjajah. Memunculkan berbagai
perlawan dengan jalan gerilya.
Pergolakan demi pergolakan ini muncul akibat siasat politik AS yang
semakin sewenang-wenang mengatur dan membikin undang-undang sesuai
kebutuhan mereka. Iraq yang mayoritas penduduknya beragama Islam merasa
diinjak-injak kedaulatannya. Di samping itu AS sangat diktator sekali
dalam mengatur kebebasan dalam menyampaikan ungkapan di muka umum padahal
katanya misi AS datang ke Iraq ingin membebaskan rakyat dari pemimpin
diktator namun apa dinyana demokrasi yang di tawarkan AS adalah demokrasi
untuk bebas membunuh, merusak moral dan menghancurkan negara. Seiring
dengan itu sudah tidak terhitung para Ulama dan Khotib masjid yang di
tangkap akibat penyampaianya kepada para jamaah yang berkaitan tentang
"Jihad".
Kemudian pada saat 10 hari terakhir ini muncul tragedi banjir darah di
kota Falujah, 50 Km dari ibu kota Baghdad. Tragedi itu bermula saat
seorang Syech masjid "Abdurrahman Bin Abdul Aziz " di kota Falujah,
menyampaikan seruan jihad dalam Khutbahnya, dan berakhir dengan
penangkapan beliau dan seluruh para anggota keluarganya. Hingga membuat
marah segenap warga kota itu. Disusul dengan berbagai aksi serangan oleh
para pejuang Iraq yang banyak menewaskan pasukan AS dan diiringi peristiwa
pembunuhan terhadap 4 warga sipil AS yang sedang berada di kota itu.
Mereka berempat diarak rame-rame, kemudian digantung di sebuah jembatan
dan dibakar, bangkainnya dibuang begitu saja. Kejadian ini sebagai
pelajaran pahit bagi pasukan AS yang sangat sewenang-wenang terhadap
rakyat sipil.
Namun aksi perlakuan para penduduk kota yang mayoritas bemadzhab Sunni
itu dibalas dengan dengan pembantaian paling keji pada awal-awal perang di
abad modern ini. Luncuran roket yang berhamburan dari pesawat F 16 bak
hujan api membumi hanguskan kota itu. Bayangkan .... tidak kurang dari
satu minggu dalam serangan itu sudah menewaskan 700 lebih para Syuhada
bahkan ada kisah kisah yang sangat memilukan dari pembantain itu menurut
cacatan dari dokter rumah sakit setempat sekitar 170 wanita, 200 lebih
anak-anak, dan para lanjut usia yang syahid. Mereka tidak sempat
mengamankan diri saat serangan itu berlangsung. Serangan itu juga melukai
sekitar 1250 orang lebih, seperti yang dituturkan seorang teman di kampus
yang berasal dari kota itu. Di antara korban tragedi Falujah itu terdapat
seorang ibu yang hamil tua perutnya hancur tertembus roket, dan yang
paling menyedihkan kebanyakan di antara korban Falujah itu anak-anak yang
masih balita.
Banyak mayat para syuhada sampai belum sempat dikuburkan 3 hari 3
malam, saking banyaknya korban atas serangan itu. Di masjid Abdurrahman
Bin Abdul Aziz sekitar 40 orang tewas, ketika mereka melaksanakan Sholat
Dzuhur. Menurut pihak pasukan AS ada seorang bersenjata yang masuk ke
Masjid itu.
Sementara sampai informasi ini saya sampaikan keadaan
masih dalam suasana perang, hissor terhadap kota Falujah membuat
masyarakat kota itu semakin menderita karena segala fasilitas bahan
makanan dan obat-obatan semakin susah didapat. Bahkan hanya untuk mendapat
kan sepotong roti dalam sehari saja sangat sulit ditemukan. Karena posisi
kota itu terpisah dari kota yang lainnya seperti Romadi, Ba'qubah dengan
padang pasir, maka dengan sangat mudah pasukan AS dan sekutunya dapat
mengepung kawasan kota itu.
Perang pun masih berlangsung bukan hanya di kota Falujah saja, kini
meluas ke berbagai penjuru kota di Iraq, seperti di Baghdad sendiri di
kawasan A'dhamiya (wilayah yamg berbasis Sunni tempat para mahasiswa
Indonesia tinggal) setiap hari terdengar tidak kurang dari 20 kali ledakan
bom. Aksi perlawanan terus belangsung seperti terlihat kemaren AS
mengobrak abrik tempat asrama kuliah Da'wah di masjid "Jami' Imam Abu
Hanifah". Mereka menghancurkan dinding halaman masjid itu dengan sebuah
tank. Mereka berdalih mencari para Mujahidin dan senjata-senjata yang
disimpan .
Di kota Najef, kota suci bagi orang-orang Syiah muncul aksi perlawanan
yang di pimpin langsung oleh Muqtada Sadr seorang Imam yang sangat
disegani bagi orang Syiah yang terkenal dengan pasukan Al-Mahdi-nya.
Aksi perlawanan yang di lakukan oleh para pejuang ini sudah barang
tentu membuat pasukan AS dan sekutunya semakin kewalahan dan banyak
menelan kerugian baik harta maupun nyawa. sungguh di luar dugaan apa yang
kita lihat di berita media TV atau pun koran, kerugian AS dan sekutunya
hanya beberapa orang saja. Berita itu sungguh jauh dari kenyataan yang ada
di lapangan.
Mujahidin melalui selebaran yang dibagikan rutin seusai sholat Jum'at
sebagai laporan terhadap masyarakat, bahwa setiap minggunya mereka
berhasil menjatuhkan tidak kurang dari 10 helikopter 20 tank dan
menewaskan 50 pasukan AS. Tapi yang ada dalam berita yang tewas hanya satu
atau dua saja dari pasukan AS. Apalagi sekarang setelah berkobarnya
perlawanan besar-besaran, tak terhitung tank AS dan mobil trailer yang
membawa senjata-senjata berat yang hancur di pinggir-pinggir jalan. Itu
sudah barang tentu kerugian harta bagi pasukan AS dan koalisi sangat
banyak, hingga kini AS terus meminta bantuan pasukan-pasukan baru yang di
datangkan dari Amerika. Namun yang membuat ngeri bagi para mujahidin
adalah munculnya para sniper AS, yang disebar di kota-kota yang sedang
berkecambuk.
Keadaan Iraq sendiri samapai saat sekarang masih dalam keadaan mencekam
sekolah-sekolah masih diliburkan walapun kegiatan hidup sehari hari masih
berjalan seperti biasa dan terkendali.
Sampai kapan keadaan seperti ini terus akan berlangsung? Tuduhan
apalagi yang digunakan AS? Setelah Iraq jatuh dan Saddam Husain tertangkap
serta senjata Damar Syamil tidak bisa di buktikan? Apakah semua ini awal
dari penjajahan baru dalam abad modern, dan harapan bagi orang Yahudi
untuk kembali pada tanah Babil "minan Niil ilaa furaat" untuk
menciptakan negara Yahudi Raya.
Dan Pemimpin Arab, mereka hanya bungkam sejuta kata dan diam seribu
bahasa. "Aenaa Anntum Ru'asa Al Arab wa
Muslimin????!!!!!!!!!!!!!!!!!.......
Akhirnya saya hanya bisa memohon pada sahabat-sahabat, sumbangkan do'a
antum semua buat saudara kita yang ada di Iraq. Allahumma unsurr
mujahidiina fil Iraq wa fii kulli makan, Allahumma tsabbit aqdaamahum
wasyaddid romyahum wa dammir a'daahum war ham syuhadaahum wasyfii
jariihahum. Amiiin.
Wassalamu'alaikum wr. wb.
Ahmad Fauzan, Lc. (Mahasiswa Univ. Baghdad) |