Jenderal
AS: Amerika Bisa Dipandang Sebagai Pasukan
Salib Modern
![]()
![image]()
![]()
Bekas panglima Komando Sentral AS, Jenderal
Anthony Zinni Senin (24/5) kemarin mengingatkan, bahwa intervensi AS yang
kelewat gahar di Irak dan Timur Tengah, akan membuat preseden buruk di mata
rakyat setempat. Rakyat di wilayah-wilayah bersangkutan akan memandang AS
sebagai “Pasukan Salib Modern” dan “Kekuatan Kolonial
Modern”.
Dalam suatu wawancara eksklusif dengan CBS “60 Minutes”, Zinni
berulangkali mengecam pemerintahan “neo-konservatif” Bush.
Alasannya, gaya pemerintahan AS telah menggerus imej AS di mata rakyat Timur
Tengah. “Apa yang saat ini kita ciptakan di AS adalah, kita telah
terperosok menjadi bukan bagian entitas warga dunia yang tidak menjanjikan
perubahan positif. Kita saat ini dipandang sebagai penjajah modern, sebagai
kekuatan kolonial modern di salah satu belahan dunia,” tandas Zinni
serius.
Zinni juga mengecam para pejabat senior Pentagon dan pemerintahan, lantaran
menerapkan strategi-strategi yang membingungkan di Irak. Terlalu lama, kata
Zinni, bagi para komandan AS ditempatkan di sana, setelah nyata-nyata mereka
gagal memerankan tugasnya.
“Masalahnya adalah cara AS menjatuhkan Irak sebagai prioritas. Masyarakat
Irak melihat, cara ini merupakan intervensi agresif secara sepihak oleh
AS,” lanjut Jenderal bintang empat yang mengundurkan diri dari
pemerintahan Bush lantaran kebijakan invasi AS ke Irak.
Zinni mengatakan, dia dituduh sebagai orang yang anti-Semit karena para pejabat
top Pentagon yang Yahudi dia nilai sebagai “neo-konservatif”,
padahal para pejabat Yahudi itu sendiri mengaku mereka adalah neo-konservatif.
“Saya yakin anda tau, sungguh tidak dapat dipercaya bahwa orang-orang itu
menyerang jika anda mengeritik strategi yang mereka buat dan usulkan sendiri.
Saya sungguh tidak mengeritik mereka. Saya benar-benar tidak tahu apa latar
belakang agama etnik mereka. Dan saya tidak punya kepentingan dengan kritikan
itu,” tutur Zinni.
“Saya kira itu merupakan budaya paling jelek yang tetap dirahasiakan di
Washington. Semua orang yang saya bicarakan di Washington itu tahu betul apa
agenda mereka, dan apa yang sedang mereka upayakan,” lanjut Zinni.
CBS mengatakan, Zinni pernah menjadi pembantu Sekretaris Deputi Pertahanan Paul
Wolfowitz; staf Sekretaris Pertahanan Douglas Feith; staf bekas anggota Dewan
Kebijakan Pertahanan Richard Perle, staf anggota Dewan Keamanan Nasional Eliot
Abrams, dan pembantu staf Wakil Presiden Dick Cheney, Lewis Libby.
CBS mengatakan, bahwa orang-orang itulah yang memaksa dikobarkannya perang Irak
untuk menjaga stabilitas kepentingan AS di kawasan tersebut dan memperkuat
posisi Israel. (stn/iol/eramuslim - )
Yahudi di Belakang Invasi Irak dan Perang itu Demi Israel
Jendral Amerika, Antoni Zeny menuduh pemerintah Presiden Bush melakukan invasi
ke Irak untuk membantu Israel.
Pernyataan itu disampaikan dalam “60 minut” di TV CBC Amerika.
Tuduhan serupa datang dari senator Amerika Arnis Holans dalam artikelnya di
sebuah harian Amerika.
Zeny adalah mantan delegasi Menteri Luar Negeri Amerika, Colin Powell untuk
mengurus gencatan senjata antara Palestina dan Israel. Zeny juga menuduh
pejabat-pejabat senior di Pentagon gagal total. Ia mengatakan, kini saatnya
mengubah situasi atau minimal melimpahkan tugas kepada yang bisa menangani
masalah ini.
Kegagalan yang dimaksud adalah di Irak. Kegagalan itu terutama dilakukan oleh
pejabat senior sipil di Pentagon dan pejabat Yahudi di cabinet, terutama wakil
menteri pertahanan, Powell Wolventer, asisten pertahanan untuk urusan politik,
Dagh Vite, dan pejabat-pejabat baru lainnya.
Zeny menambahkan, pejabat-pejabat inilah yang melihat bahwa perang Irak
merupakan sarana untuk menstabilkan kondisi di Timteng dan untuk membantu
Israel. Zeny menuduh mereka tidak bertanggung jawab karena telah membohongi
public dan berbuat kerusakan.
Sementara menurut Holans, bahwa yang bertanggung jawab atas perang Irak adalah
pejabat tinggi Israel di pemerintahan Bush. Ia juga menyerang AIPAC (asosiasi
Amerika Yahudi).(ATB/COMES)