Bismillaahir rahmaanir rahiim
Kontroversi Gus Dur, memang tidak hanya sekarang-sekarang ini. Dari dulu
juga sudah begitu. Ada yang soal "Salam", ada yang soal
"pidato di gereja", ada soal "Yahudi" dan ada juga
tentang "bajunya Tuhan". Paling tidak bermodalkan "bajunya
Tuhan" ini, Gus Dur hari-hari ini ingin "membersihkan"
MUI. Ini mungkin bisa menjadi sebuah kontroversi barunya Gus Dur.
Sambil santai-santai, rileks, mari kita simak sebuah berita dari
Pakanbaru yang baru saja dibuat oleh Gus Dur ini dan dilaporkan oleh
"Media Indonesia"
(http://www.mediaindo.co.id).
Namun demikian, diharapkan tidak ada "sumpah sarapah" dari
mulut dan hati kita ketika mengakhiri membaca berita ini. Kita hanya
mencoba "memahami" bagaimana tingkah polah dan juga
"pola" Gus Dur dalam berbuat sesuatu.
Itulah uniknya hidup di bumi ini, bertemu dengan berbagai macam manusia.
Allah memberikan petunjuk-Nya kepada kita "agar kita saling mengenal
dan bersaudara" di antara yang "cam-macam" itu. Bagaimana
pun pahitnya "berkenalan" dengan mereka ini, marilah kita tetap
saling "kasih mengasihi" dan "sayang menyayangi" (Ada
ide tentang "kasih mengasihi" dan "sayang menyayangi"
ini ?)
Yuk, kita santai saja menyimak berita di bawah ini. Semoga
bermanfaat.
Assalaamun alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh.
Syaifuddin Ma'rifatullah, Aceh.
--------------------------------------------------------
Senin, 1 Mei 2000
Presiden Minta MUI Dibersihkan
Media Indonesia - Politik dan Keamanan
(5/1/00)
PEKANBARU (Media): Presiden Abdurrahman Wahid mengakui, dari dulu hingga
kini di tubuh Majelis Ulama Indonesia (MUI) masih terdapat orang-orang
`selundupan`. Akibatnya, yang duduk di dalam organisasi tersebut banyak
yang tidak mengerti urusan agama.
``Dengan sangat menyesal saya katakan bahwa majelis ulama ini banyak juga
yang merupakan orang titipan. Tidak mengerti urusan agama itu celakanya,
tapi bisa masuk dalam majelis ulama ini,`` kata Presiden Gus Dur saat
membuka temu Akbar Jamaah Thariqat Mu`tabarah se- Sumatra I di Mesjid
Agung An-Mur Pekanbaru, Sabtu (29/4).
Dalam kesempatan itu, Gus Dur meminta Menag Tolchah Hasan membereskan MUI
dari orang-orang `selundupan` tersebut. Dia menginstruksikan pembersihan
agar dalam tubuh MUI haruslah orang-orang yang betul-betul mengerti
agama, bukan orang yang diselundupkan dari luar.
Bahkan, presiden bercerita pernah dimarahi Ketua Umum MUI (ketika itu)
KH. Hasan Basri (alm), hanya gara-gara tulisan Gus Dur di salah satu
harian Jakarta berjudul `Tuhan dan Bajunya`.
Tulisan itu berkisah tentang seorang pengikut Thariqat yang ingin mencari
tauhid dan tasawuf kepada gurunya. Di tengah jalan ia bertemu seorang
Kristen. Sang pengikut thariqat menilai orang Kristen ini musyrik.
Keduanya terlibat perdebatan serius, karena yang diributkan tak lain soal
atribut atau sifat Tuhan dikacaukan dengan zat Tuhan.
Mereka berjalan kaki sampai tiga hari tiga malam, kemudian mereka
berpisah. Pengikut thariqat ini langsung ke tempat gurunya. Namun,
setibanya di sana, dia tidak diperbolehkan masuk. Setelah menunggu selama
tiga hari, gurunya tetap juga tidak mau membukakan pintu. Diperlakukan
begitu, dia memohon kepada gurunya. Katanya, wahai guru, hanya dengan
engkau saya bisa dibimbing menuju pintu surga.
``Tapi dari dalam terdengar suara; kamu terlalu repot dengan bajunya
Tuhan bukan dengan Tuhan itu sendiri,`` ujar Gus Dur.
Membaca tulisan itu, KH Hasan Basri langsung memanggil Gus Dur. Dia
bilang kepada Gus Dur nanti orang awam bisa keliru. Dianggap Tuhan punya
baju. Gus Dur diam saja ketika itu. ``Tuhan berbaju itu artinya
sifat-sifat Tuhan. Rakyat mengerti, yang tak tahu cuma Pak Kiai (Hasan
Basri) saja,`` tutur Gus Dur (TH/P-2)
--------------------------------------------------------------------------------
©1999 Media Indonesia in association with Indonesia Interactive. All
rights reserved.
Created & Design by Indonesia Interactive Development Team.