http://www.alislam.or.id
http://listen.to/dunia-islam.org
[EMAIL PROTECTED]
Muslim World News On-line

Date of Publication: May 2000
INDONESIAN MUSLIMS FOR GLOBAL PEACE AND JUSTICE

Bismillaahirrahmaanirrahiim.
Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarokaatuh


   MANDAT PENGINJILAN ATAUKAH KRISTENISASI?

Oleh: Agung Primamorista


   Dewasa   ini   kaum Muslimin menghadapi serangan-serangan yang keras
dan
   serbuan-serbuan  yang  gencar  yang bertujuan untuk mencabut
nilai-nilai
   Islam  dari   akarnya.   Di   antaranya ini  dilakukan  melalui
serangan
   Missionaris  Kristen  yang  bekerja  sama dengan imprealis barat.
Mereka
   terus  melakukan  aktifitasnya   di  dunia  Islam  terutama  di
wilayah
   minoritas  Muslim  yang  bertujuan untuk mengkristenkan kaum Muslimin
di
   dunia.  Sebagaimana  diumumkan dalam  muktamar  Colorado pada tahun
1978
   yang  membahas  tidak kurang dari empat  puluh  agenda seputar Islam
dan
   kaum  Muslimin  berikut  strategi  untuk  menyebarkan  agama  nasrani
di
   kalangan  kaum  Muslimin  dengan  dana  seribu  juta dolar.  Selain
itu
   telah  didirikan lembaga Zwemmer untuk mencetak para spesialis dalam
hal
   mengkristenkan kaum Muslimin.


   Dalam   perjalanannya  ke  Indonesia  sekitar 25 tahun yang lalu,
Syaikh
   Yusuf  Al-Qaradhawi,  seorang ulama Mesir, menceritakan suatu kisah
yang
   menyedihkan.  "Kala   itu  di dalam pesawat saya bertemu dengan
beberapa
   orang  Indonesia.  Saya  bertanya kepada salah seorang pramugari,
"Siapa
   nama   Anda?"   Wanita itu lalu menyebutkan namanya. Saya bertanya
lagi,
   "Apakah  Anda seorang muslimah?" Ia menjawab, "Tidak, tapi keluarga
saya
   muslim.  Saya  Kristen." Mendengar jawabannya, langsung saya paham
bahwa
   ia   sudah   murtad dan telah menjadi korban kristenisasi. Kemudian
saya
   bertanya   juga   pada   seorang   pramugara,  "Apakah  Anda muslim?"
Ia
   menjawab,  "Tidak,  tetapi  saya menikahi seorang wanita muslimah."
Satu
   musibah  lain,  seorang  muslimah  menikah  dengan  seorang non
muslim",
   katanya.   Ia  melanjutkan,  "Kejadian  yang  saya alami itu
menyadarkan
   saya, bahwa ada strategi yang luar  biasa  dahsyat  di  balik itu
semua.
   Karena  itu  pula, saya semakin menyadari bahwa kunjungan saya ke
negeri
   ini  semakin  perlu.Sejak itu saya semakin yakin, bahwa Indonesia
sedang
   menghadapi  bahaya  yang sangat besar dan tidak mungkin dibiarkan
begitu
   saja."


   Agaknya   apa  yang  dikhawatirkan  oleh  Syaikh  Al-Qaradhawi
tidaklah
   berlebihan.  Kenyataan  membuktikan bahwa hingga tahun 1989 gerakan
para
   Missonaris  Kristen  diyakini  telah  berhasil  mengkristenkan lima
juta
   Muslim  di  pulau  Jawa.  Oleh  karena  itu, tidak dapat disangkal
bahwa
   murtad dari agama (atau kufur setelah beriman) merupakan bahaya
terbesar
   bagi  masyarakat  kita.   Dan  ini  pula  yang  selalu  diupayakan
oleh
   musuh-musuh   Islam   untuk  kemudian  dapat  mengacaukan  barisan
kaum
   Muslimin  dengan  kekuatan  dan persenjataan serta berbagai bentuk
makar
   dan tipu daya yang lain. Allah SWT berfirman:


   "Mereka   tidak henti-hentinya   memerangi  kamu  sampai  mereka
dapat,
   mengembalikan   kamu   dari   agamamu   (kepada  kekafiran),
seandainya
   mereka sanggup." (Al Baqarah: 217)


   Akhir  tahun  1999  lalu,  Paus Johannes Paulus II telah
mendeklarasikan
   Kristenisasi   di  seluruh  daratan  Asia  di  Millenium  ke  tiga
ini.
   Deklarasi  tersebut  disampaikannya secara terbuka saat ia berkunjung
ke
   India  sekitar  akhir  Nopember  1999  lalu.  Ia  mengatakan  bahwa
pada
   Millenium  ketiga nanti, seluruh kawasan Asia harus dikristenkan.
Berita
   ini  membuat  Mr.  Singhal  (Presiden Parisada Hindu Dunia) meminta
agar
   pemerintah  India  melarang aliran dana asing ke pada para misionaris
di
   India.


   Kita   tidak   perlu  mencela  Paus  dengan  program  Kristenisasi
yang
   dilakukannya  melalui  kunjungan  ke  berbagai negara. Karena wajar
saja
   jika  Paus  ingin menyebarkan agamanya. Yang kita cela adalah sikap
umat
   Islam,  dimana  perlawanan  mereka?. Bukan sekedar berbicara di
berbagai
   forum,  tapi harus ditingkatkan pada aksi perbuatan. Karena
sesungguhnya
   salah  satu  kewajiban  sekaligus hak masyarakat  Islam, agar tetap
bisa
   terpelihara  keberadaan  mereka, adalah  berupaya  memerangi
kemurtadan
   dari  mana  saja  sumbernya  dan dalam bentuk  apa pun. Masyarakat
Islam
   hendaknya tidak memberi kesempatan kepada mereka  sehingga  tidak
sampai
   menyebar/menjalar seperti menjalarnya api di daun-daun yang kering.


   Itulah   yang   pernah  dilakukan  oleh  Abu  Bakar  RA dan para
sahabat
   yang  lainnya,   ketika  memerangi  orang-orang  yang  murtad,
pengikut
   nabi-nabi palsu, yaitu Musailamah, Sajjah, Al Asady dan Al-Anasy,
hampir
   saja mereka melepaskan Islam dari ayunannya.


   Merupakan   suatu   bahaya  besar  jika  masyarakat  Islam  diuji
dengan
   munculnya  orang-orang   yang  murtad  dan keluar dari agama.
Kemurtadan
   menjadi  menyebar  luas,   sementara    kita   tidak  mendapatkan
orang
   dapat   menghadapi   dan memberantasnya.  Inilah  yang  diungkapkan
oleh
   salah  seorang  ulama  tentang  kemurtadan   yang  ada  saat  ini
dengan
   ungkapan: Suatu kemurtadan yang tidak ada Abu Bakar di dalamnya.


   Kita     harus     memberantas    kemurtadan    secara    individu
dan
   membatasinya  sehingga   tidak   menjalar   baranya  menjadi
kemurtadan
   secara kolektif yang terstruktur  karena api unggun itu berasal dari
api
   yang kecil.


   Karena   itulah   para  Fuqaha, bersepakat untuk memberikan hukuman
pada
   orang  yang   murtad,   meskipun mereka berbeda pendapat tentang
batasan
   hukumannya.   Adapun   jumhur   berpendapat  mereka  harus  dibunuh,
dan
   inilah pendapatnya madzahib empat, bahkan delapan imam.





   Bantahan Para Pemuka Kristen


   Banyak   pemuka  Kristen  membantah  bahwa  mereka  melakukan
aktivitas
   Kristenisasi. Mereka menganggap bahwa gerakan Kristenisasi tidak ada
dan
   tidak  akan  pernah  ada.  Mereka mengatakan bahwa Kristenisasi
hanyalah
   sebuah    isu    yang    menyesatkan   yang   sengaja   ditiupkan
oleh
   kelompok-kelompok yang menghendaki perpecahan.


   Menurut  keyakinan  mereka  Allah-lah  yang  membuat  seseorang
menjadi
   pengikut  Yesus. Mereka  berkeyakinan bahwa ummat ini diselamatkan
bukan
   karena  perbuatan  manusia, melainkan Allah-lah yang memberikan
Anugerah
   Keselamatan itu kepada manusia melalui Yesus Kristus, yang telah mati
di
   kayu  salib  dan bangkit di hari yang ketiga untuk menyelamatkan
manusia
   dari  hukuman  maut.   Sedangkan  peranan orang Kristen hanyalah
sebagai
   alat  untuk  menyampaikan  berita  suka cita itu. Orang Kristen
hanyalah
   menyaksikan berita pengampunan dosa itu (mandat penginjilan). Markus
16:
   15-16:   "Pergilah  ke  seluruh  dunia, beritakanlah Injil kepada
segala
   mahluk.  Siapa yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan, tetapi
siapa
   yang  tidak  percaya  akan  dihukum."  Mereka  juga  kerkeyakinan
bahwa
   Al-Kitab  (Injil),  artinya kabar baik atau kabar suka cita. Jadi,
Injil
   bukan  kabar  paksaan  atau  bukan  kabar  iming-iming. Oleh karena
itu,
   segala  bentuk iming-iming dan berbagai sumbangan, tidak mungkin
membuat
   seseorang  menjadi orang beriman kepada Yesus. Iman kekristenan
tidaklah
   sebatas  nilai  indomie atau sembako, akan tetapi anugerah Allah itu
tak
   ternilai harganya.


   Lebih   jauh   lagi,   mereka   juga   membantah   jika    mereka
telah
   menyalahgunakan  "mandat  penginjilan"   itu  melalui  cara-cara
picik,
   menipu, atau dengan cara mengecoh, dsb.  Dengan dalih bahwa, Allah
tidak
   pernah  kompromi  dengan  dosa, sekecil apa pun dosa itu. "Kalau
manusia
   mengkristenkan  seseorang  dengan  upayanya  sendiri  berarti  ia
telah
   mengambil  alih tugas Allah. Dan itu tidak mungkin." begitu kata
mereka.
   Benarkah demikian?


   Bila   kita   memperhatikan  sejarah  Kristen,  maka  tidaklah
diragukan
   lagi  bahwasannya   Al-Masih   alaihissalam  adalah  Nabi dan Rasul
yang
   hanya  diutus  Allah   SWT   bagi   Bani  Israel.  Karena itu agama
yang
   dibawanya (Nashrani) hanyalah  diperuntukkan  bagi  kaum  tsb  dan
tidak
   boleh  disiarkan  di  luar  kalangan mereka. Sebagaimana disabdakan
oleh
   beliau AS yang artinya :


   "Aku   tidak   datang  kecuali untuk menyelamatkan rumah (bangsa)
Israel
   yang telah sesat itu."


   Ketika    mengutus  para  pengikutnya  agar  menyeru  beberapa
kelompok
   masyarakat   di   zamannya   kepada   agama   Nashrani,  Nabi   Isa
AS
   bersabda  :  "Jangan teruskan."


   Hal  ini  senada  dengan  yang termaktub dalam Injil Matius 1: 6.
Ketika
   beliau  mengutus   para   pengikutnya  ke sebuah bandar yang dihuni
para
   pengikut Musa Al-Samiri, beliau berkata :


   "Janganlah  kamu  memasukinya,  sebaliknya  pergilah selamatkanlah
rumah
   bangsa Israel yang telah sesat itu." (Matius 1:6)


   Namun,  para  pengikut  Nabi  Isa AS yang datang setelah masa itu,
telah
   menyalahi  ajaran-nya.  Mereka  mencoba mengkristenkan seluruh bangsa
di
   dunia, baik Bani Israel maupun bangsa lainnya.


   Di   zaman   modern   ini   orang-orang   Kristiani   telah
memonopoli
   pemikiran  "mandat  penginjilan"  tersebut,  dan  menjadikannya
sebagai
   suatu  senjata  untuk  mengeluarkan orang-orang  Muslim  dari
agamanya,
   walaupun  mereka  semua enggan menerima Kristen  sebagai  agama
mereka.
   Dengan   cara  ini "mandat penginjilan" yang bertujuan   untuk
memberi
   petunjuk     kepada     Bani    Israel   yang   telah
sesat,sebagaimana
   diperintahkan  oleh  Nabi  Isa  AS, berubah menjadi strategi
menyesatkan
   dan  menjauhkan  manusia  dari  ajaran  Allah.





   Mencermati Beberapa Kasus Pemurtadan di Indonesia


   Jika  kita  perhatikan  kasus-kasus  pemurtadan  di Indonesia,
nampaknya
   usaha-usaha  para  aktivis Kristen cukup berhasil di kalangan
masyarakat
   Muslim  kelas  bawah.  Umumnya  kaum  muslimin kelas bawah tsb
berpindah
   agama  lantaran diiming-imingi pemberian harta benda, pembagian
indomie,
   atau  sembako,  dsb  oleh  mereka.  Di  samping  itu nampaknya
aktivitas
   gerakan ini, juga cukup berhasil di panti-panti rehabilitasi
orang-orang
   yang  kecanduan  narkoba  atau  jenis  peyakit lain, baik di rumah
sakit
   maupun di yayasan-yayasan Kristen.


   Dalam  beberapa  tahun  terakhir  missi  Kristen  kian  berani
melakukan
   pemurtadan secara tidak fair. Selain cara-cara pembagian santunan
sosial
   yang  sudah  klasik,  kini  mereka  menyebarkan brosur-brosur
menyerupai
   buletin dakwah Islam. Isinya justru mengajak orang masuk Kristen,
dengan
   cara  memelintir  penafsiran  terhadap  al-Qur*an. Nama lembaga
penerbit
   yang  tercantum  di  brosur pun mengecoh, seperti "Dakwah Ukhuwah"
serta
   "Iman Taat kepada Shirathal Mustaqim".


   Belakangan,  fenomena  "kawin  silang" antara  pemuda Kristen dan
wanita
   Muslimah terbukti berhasil memurtadkan sejumlah muslimah.


   Kita  tentunya  masih  ingat dengan kasus Wawah yang sempat
menghebohkan
   Sumatra  Barat  awal tahun 1999 lalu. Berkedok pelecehan susila,
seorang
   putri  muslimah  bernama Khairiyah Enniswah  alias Wawah, dipaksa
pindah
   agama.  Siswi  berjilbab  MAN  2 Padang ini bernasib tragis. Ia
diculik,
   diperkosa  dan dipaksa masuk agama Kristen oleh komplotan aktivis
sebuah
   gereja  di Padang. Kasus ini akhirnya terungkap juga dan telah
ditangani
   oleh Pengadilan Negeri Padang.


   Dalam artikel "Kristenisasi Semakin Meluas di Minang",  harian
Republika
   menyebutkan  : Satu demi satu orang Minang murtad. Setelah Yanuardi
Koto
   Cs,   dan  sejumlah  mahasiswa  Unand  juga  pindah  ke  Kristen
secara
   misterius.    Jauh    dari    kota,    di   Sungai   Rumbai,
Kabupaten
   Sawahlunto/Sijunjung,   dilaporkan   empat   gereja  berdiri
sekaligus.
   Sebanyak  empat gereja yang berdiri di Sungai Rumbai itu (sekitar 200
km
   dari  Padang  arah  Jambi),  menurut  dugaan  masyarakat  setempat
erat
   kaitannya   dengan   upaya  Kristenisasi.  Apalagi  sebelumnya
sejumlah
   selebaran  dari  kalangan  Kristen  juga  beredar di kabupaten
tersebut.
   Ketua MUI Sawahlunto/Sijunjung, Radjulan Djamaris, begitu mengetahui
ada
   gereja  di  Sungai  Rumbai  segera  melayangkan  protes. Malah ulama
ini
   segera turun ke daerah transmigrasi itu.


   MUI  juga  menemukan, lebih dari 100 orang murid SD beragama Kristen
dan
   tiap  hari  membawa  daging babi goreng ke sekolah untuk dimakan
sewaktu
   istirahat.  Murid-murid itu belajar di SD 48 dan SD 74.


   Kasus  Sungai  Rumbai,  merupakan  satu catatan baru, setelah
dilaporkan
   sejumlah  mahasiswa Unand berpindah agama. Ada yang menyebut tiga
orang,
   tapi  ada  yang fantastis:70 orang. Humas Unand, Najmuddin Rasul,
ketika
   dihubungi  Republika,  tidak  bisa memastikan berapa angka
sesungguhnya.
   "Tapi  yang  pasti  ada  dan  lebih  dari  satu orang," katanya.
Sumber
   Republika  menyebutkan,  ada  tiga  mahasiswa MIPA Unand yang selama
ini
   tergabung  dalam  HMI  dengan  cara  sangat misterius berpindah agama
ke
   Kristen.


   Namun seperti kasus siswi MAN 2 Padang, Wawah yang murtad karena
dipaksa
   dan  diculik.  Wawah kemudian bisa melepaskan diri dan sekarang ia
hidup
   dengan   tenang   bersama  keluarganya.  Wawah  kembali  memeluk
Islam.
   Sementara  tiga mahasiswa Unand itu, oleh sejumlah teman-temannya
sedang
   diusahakan  untuk  menyetabilkan jiwanya. "Jangan diberitakan dulu
Bang,
   nanti ribut pula," kata seorang mahasiswi berjilbab kepada Republika
dua
   hari lalu di kampus Unand, Limau Manis, Padang.  Sebelum ini, di
Painan,
   ibukota   Kabupaten   Pesisir   Selatan,   dilaporkan   pula  ada
upaya
   Kristenisasi  yang  dilakukan  sejumlah  orang.  Namun akhirnya
berhasil
   dihentikan.  Yang  tidak  terpantau justeru di kawasan Pasaman Timur
dan
   Barat.  Kegiatan Kristenisasi di sana, sudah berlangsung
bertahun-tahun,
   sehingga tidak heran banyak kaum Muslim yang murtad.


   Masyarakat  Minang  pernah  pula  dihebohkan  oleh  kasus  "Injil
Bahasa
   Minang".   Menyoal  Injil  bahasa Minang yang tengah bermasalah di
ranah
   Minang  sana, ternyata  kasus tersebut hanya merupakan salah satu
kasus.
   Lantaran  sebenarnya Injil-injil itu juga diterjemah dalam bahasa
daerah
   lainnya.  Mang  Muh.  Solihin  misalnya, pernah memberi terjemahan
Injil
   dalam  bahasa  Sunda.  Pria yang katanya putra Banten itu memang
seorang
   pendeta.


   Usaha  pemurtadan  juga  menimpa seorang Mahasiswi Universitas
Indonesia
   Depok.  Sebagaimana  yang  diungkapkan majalah SABILI edisi 31 Mei
2000.
   Tragedi  itu,   menimpa,  Lela,  seorang  mahasiswi  fakultas sastra
UI.
   Berawal  dari  hubungan   Lela  dengan Charles, seorang pemuda
Protestan
   yang  juga  mahasiswa  UI. Sejak berhubungan dengan Charles, Lela
merasa
   gamang antara Islam dan Protestan. Lela  pun  bingung  dan depresi
berat
   yang  mengakibatkan  ia  mengalami sakit kepala yang luar biasa. Hal
itu
   diungkapkan pada Nina, teman Muslimahnya.


   Entah   kenapa,  sakit  kepala  Lela  hilang  seketika setelah
tangannya
   dipegang  oleh  Charles dan dibacakan berbagai doa. Tapi setelah
Charles
   pergi,  sakit kepala  Lela  datang  kembali.  Anehnya, tak lama
kemudian
   datang  dua  orang  mahasiswi   Kristen  lainnya, Liza dan Ruth.
Seperti
   Charles,  kedua  mahasiswi inipun  melakukan  hal  yang  sama,
memegang
   tangan   Lela   dan  membacakan  doa-doa.   Kembali, sakit  kepala
Lela
   reda. Tapi itupun tak lama, setelah keduanya  menghilang,  sakit
kepala
   Lela  kembali  meraja.    Tampaknya,  cara  itu sengaja diciptakan
untuk
   membuat ketergantungan.


   Selanjutnya  Nina  mendatangi   Charles untuk memintanya agar tidak
lagi
   mempengaruhi  Lela.  Charles  justru  menolak tuduhan mempengaruhi
Lela
   untuk  pindah  agama. Sebelumnya Charles pernah dimintai keterangan
oleh
   beberapa mahasiswa.


   Dari  sana  terkorek  keterangan, bahwa ia berpacaran sambil
menjalankan
   misi.    Tapi    ketika  ditanya  lebih  lanjut  siapa  yang  berada
di
   belakangnya, Charles bungkam  tak  memberikan  keterangan.

   Di Jakarta Timur, seorang Muslimah anak Ketua Masjid telah
melangsungkan
   pernikahan  di  gereja.  Di Tambun, seorang Muslimah anak Mubaligh
minum
   racun serangga hingga mati gara-gara diajak nikah di gereja. Di
Pekayon,
   seorang  Muslimah  anak  aktivis Islam diculik aktivis gereja hingga
tak
   tentu  rimbanya. Di Cicurug Sukabumi, beberapa waktu silam,
kristenisasi
   menyelusup ke pesantren.

   Di Grogol, Jakarta Barat, seorang ibu mengadukan keganjilan yang
menimpa
   anaknya  pada  KH. Dalari Umar. Anak lelaki ibu tersebut yang nyantri
di
   Pesantren  Muhamadiyah  Semarang  diculik  dan  diberi narkoba.
Ketika
   ditemukan,  anak lelakinya sudah mengenakan anting-anting salib dan
juga
   kalung salib. Dan banyak lagi kasus bermotif serupa.


   Sekjen  FAKTA  (Forum  Antisipasi  Kegiatan Pemurtadan) Drs.  Abu
Deedat
   Syihabuddin,  MH,  mengatakan,  "Kasus-kasus  serupa  kelihatannya
masih
   kecil,  padahal  itu  hanya puncak dari gunung es." Ditambahkan oleh
Abu
   Deedat,  "Di  lapangan,  kami  merasakan adanya suatu kecenderungan
baru
   dari  strategi pemurtadan ini. Dari kasus-kasus yang terjadi
belakangan,
   nyaris  banyak  menimpa  para Muslimah yang punya hubungan dengan
tokoh.
   Apakah  itu  anak  Ketua  Masjid, anak Aktivis Islam, anak Mubaligh,
dan
   lainnya. Ini ada dasar pijakannya. Yakni tulisan Dr. H. Berkhof."


   Dalam  buku  "Sejarah  Gereja"  hal.  321,  Berkhof menulis: "Boleh
kita
   simpulkan  bahwa  Indonesia  adalah  suatu  daerah  pekabaran Injil
yang
   diberkati  Tuhan  dengan hasil yang indah dan besar atas penaburan
bibit
   firman  Tuhan.  Jumlah orang Kristen Protestan sudah 13 juta lebih.
Akan
   tetapi  jangan lupa, kita di tengah-tengah 150 juta penduduk! Jadi
tugas
   zending gereja-gereja muda di benua ini masih amat luas dan berat.
Bukan
   saja  sisa  kaum  kafir  yang tidak seberapa banyak itu, perlu
mendengar
   kabar  kesukaan,  tetapi  juga  kaum  muslimin yang besar yang
merupakan
   benteng agama yang sukar sekali dikalahkan oleh pahlawan-pahlawan
Injil.
   Apalagi  bukan  saja rakyat jelata, lapisan bawah yang harus
ditaklukkan
   oleh  Kristus,  terutama  para  pemimpin  masyarakat,  kaum
cendekiawan,
   golongan atas dan tengah."


   Mungkin  kita  masih ingat akan agresivitas Yayasan Dolous yang
bertekad
   menyerbu  tanah  Pasundan   melalui  megaproyek Yerikho-2000. Bahwa
bumi
   Parahiyangan yang terkenal kuat adat dan benteng  keislamannya itu
harus
   ditembus   dan   diruntuhkan   agar  penduduknya  mau  "mendengar
kabar
   kesukaan".  Ini memang sebuah program "Yahudi" yang seakan
menapaktilasi
   kesejarahan  seorang   Yoshua  tempo  dulu,  yan  ketika  itu sang
gagah
   perkasa  Yoshua itu berhasil menembus benteng  kota Yerikho guna
membawa
   "terang".  Sedang  pencantuman  angka  2000 pada konteks megaproyek
yang
   tengah  bergulir  di sini adalah menunjuk pada target tahun 2000 di
muka
   ini.


   Sebenarnya  proyek  Kristenisasi  semacam  itu tidak hanya di
persiapkan
   oleh  sekte  Doulos.  Sekte Bethany, misalnya, mereka telah
mencanangkan
   proyek  yang  lebih  besar.  Seperti  yang bisa kita pada situs
internet
   Bethany   Online   (http://www.bethany.com),   denominasi  Kristen
yang
   berpusat  di Amerika Serikat ini telah mencanangkan proyek besar
bernama
   Joshua  Project  2000  untuk  mengajak  seluruh  ummat  manusia
memeluk
   Kristen.


   Dalam  proyek  itu  mereka  hendak  membangun  gereja di setiap
kelompok
   masyarakat  dan  gospel  untuk  setiap  orang,  sejak tahun 2000 ini.
"A
   church  for  every  people  and  the Gospel for every person by the
year
   2000," tulis Luis Bush, Direktur Internasional AD2000 & Beyond
Movement.


   Pada  situs itu juga dijelaskan berbagai hal tentang usaha
pengkristenan
   ummat  Islam  di  seluruh dunia, lengkap dengan target dan data
prestasi
   yang  telah  dicapai  di masing-masing daerah. Itu tertuang dalam
naskah
   "Missi  Kristen  di Dunia Islam".   Untuk lebih jelasnya silakan klik
di
   situs http://bethany-wpc.org atau http://www.bethany.com.


   Sejarah Kristenisasi di Indonesia


   Sejarah  mencatat,  keberangkatan  armada  Spanyol  Katolik dan
Portugis
   Katolik   untuk   menjajah   dunia   mendapat  restu dan misi dari
Paus.
   Dalam  seminar   Kristenisasi   dan  Islamisasi  di  Jakarta
(24/7/99),
   Dr.  Jan  S.   Aritonang   mengungkapkan   bahwa   Spanyol  dan
Portugis
   mendapat  mandat  dari  Paus   Alexander   VI  tahun  1493M
(dipertegas
   dalam  Perjanjian Tordesilas, 1494M)  yang pada pokoknya menugaskan
agar
   para  penjelajah  (Conquestadores)  dan   pedagang  dari  negeri
Katolik
   menyiarkan  agama  Katolik  di  negeri-negeri  yang   dijajahnya.
Para
   missionaris  ikut  menumpang  di  tiap-tiap  kapal penjelajah.


   Jan   Bank,   Guru   Besar  Ilmu  Sejarah  di  Universitas Negeri
Leiden
   Nederland   menulis,   Misi   berarti   penyebaran  iman  Katolik
Roma.
   Penyebaran  itu  untuk  pertama   kali   terlihat   pada   akhir abad
ke
   limabelas,   sebagai   konsekuensi  dari   ekspansi   orang   Eropa
di
   Kepulauan  Nusantara, tetapi kadang-kadang sebagai dalih untuk
melakukan
   ekspansi itu.


   Gelombang  besar  misi  terjadi sesudah berlangsungnya ekspansi
Portugis
   dan  Spanyol  sekitar  tahun  1500M.  Dengan direbutnya kota Malaka
oleh
   orang  Portugis  di  tahun  1511M, mulailah penyebaran iman Katolik
Roma
   secara  lebih  teratur,   terutama  di  daerah-daerah  jajahan
Portugis
   di   bagian   timur  Kepulauan  Nusantara:  Ambon dan Halmahera,
Ternate
   dan Tidore.


   Masih   menurut  Bank,  ketika  pengaruh Portugis dan Spanyol di
kawasan
   itu  berakhir,   pada   awal   abad  ke  tujuh belas, gereja Katolik
pun
   kehilangan  pelindung  dan  wilayah.  Pimpinan  baru  VOC yang
mendukung
   gereja  Kristen Gereformeed  (Protestan, red) yang mengambil alih
jemaat
   Katolik  di  kawasan  timur   Indonesia itu. Hanya di Pulau Flores
agama
   Katolik  berkembang  terus.   Gereja   Protestan  di  Hindia  sejak
awal
   berlakunya ekspansi sudah menjadi alat VOC (Bank, 1983).


   Masuknya   Belanda  yang  mengusung misi Protestan ke daerah Maluku
yang
   masih  dikuasai   Portugis   menimbulkan   perang   agama  yang
dahsyat.
   Ahmad   Mansyur  menulis,  Berkaitan  khusus  mengenai  Ambon,
Jenderal
   Purnawirawan  Theo  Syafei  menuturkan  kisah  sejarah  perang
Protestan
   dengan  Katolik  di  Ambon, hanya dalam waktu semalam Protestan
berhasil
   membunuh  15.000  orang.   Saya  sebagai  orang   sipil,   belum
pernah
   menemukan   informasi   angka   pembunuhan   yang  demikian ini
besarnya
   hanya memakan waktu satu malam. (Mansyur, 1999)


   Tidak  seperti  Islam,  agama  Katholik  dan  Kristen  Protestan
datang
   ke  Nusantara   lewat   tangan-tangan   penjajah   kolonialis.
Penjajah
   Spanyol  dan  Portugis  membawa  dan  menyebarkan agama Katholik,
sedang
   penjajah  Belanda  membawa   dan   menyebarkan  Kristen  Protestan.
Baik
   Katholik  maupun  Kristen Protestan  masing-masing  membawa  misi
"Tiga
   G"   yakni: Gold, Glory, and Gospel  (Emas  yang  melambangkan
kekayaan,
   Kekuasaan  politik,  dan Kejayaan gereja).  Jika  demikian,  tidak
salah
   jika suara rekaman kaset mirip-mirip suara  Mayjen  (Purn)  Theo
Syafei,
   yang  sempat  menghebohkan beberapa waktu lalu  mengatakan bahwa
sejarah
   penyebaran agama Kristen memang tidak bersih dari darah.


   Dalam   perjalanannya,   kristenisasi  baik  Protestan  maupun
Katholik
   mendapat pengikut yang lumayan banyak sehingga Dr. Berkhof dalam
Sejarah
   Gereja    mengatakan,   Boleh   kita  simpulkan  bahwa Indonesia
adalah
   suatu  daerah  pekabaran  Injil  yang diberkati Tuhan dengan hasil
yang
   indah  dan besar atas penaburan bibit firman Tuhan. Jumlah orang
Kristen
   Protestan   sudah  13  juta  lebih,  akan  tetapi  jangan  kita lupa,
di
   tengah-tengah  150  juta penduduk. Jadi tugas zending gereja-gereja
muda
   di  benua   ini   masih   sangat   luas  dan berat. Bukan saja sisa
kaum
   kafir  yang  tidak   seberapa  banyak  itu  yang  perlu  mendengar
kabar
   kesukaan,  tetapi  juga  kaum   Muslimin   yang   besar   yang
merupakan
   benteng  agama  yang  sukar  sekali  dikalahkan  oleh pahlawan-
pahlawan
   Injil.  Apalagi  bukan  saja rakyat jelata, lapisan  bawah,  yang
harus
   ditaklukkan   oleh   Kristus,  tetapi  juga dan terutama  pada
pemimpin
   masyarakat,  kaum  cendekiawan, golongan atas dan tengah.


   Posisi   Nusantara  yang  amat  sangat  strategis  dipandang  dari
segi
   perdagangan  dunia  maupun  kemiliteran,  bahkan banyak kalangan
menilai
   Nusantara lebih strategis ketimbang Terusan Suez yang diperebutkan
Mesir
   dan  zionis-Israel,  sudah  lama  disadari oleh banyak bangsa yang
punya
   ambisi  ekspansif.  Siapa  yang   menguasai   Nusantara   maka  ia
akan
   menguasai  dunia.   Oleh pihak Barat (baca:  Kristen),  Indonesia
harus
   senantiasa   berada  dalam  genggamannya.  Terlebih  penduduk
Indonesia
   merupakan mayoritas Islam terbesar di seluruh dunia.


   Gerakan   Kristen  tak  pernah  putus  asa  menggalang kekuatan.
Beragam
   skenario digelar.  Politik kristen di Indonesia tak bisa dilepaskan
dari
   sosok Pater Beek.


   Seorang   pendeta   kelahiran  Belanda dari Orde Jesuit. Gerakan
rahasia
   yang  dibangun  Pastur Beek menguasai pusat-pusat kekuasaan strategis
di
   Indonesia  berbarengan   dengan   tumbangnya   Soekarno   (Orde
Lama).
   Konon,  tumbangnya  presiden   RI  pertama itu tak lepas dari
konspirasi
   yang  dibangunnya.  Karena  aksi  gerakan  bawah  tanah yang begitu
rapi
   dan  sangat  cermat, hingga hari ini  tak  bisa  diungkap  siapa
dalang
   dibalik  peristiwa G-30S/PKI yang berujung pada tumbangnya Soekarno.


   Menurut  sekjen  DDI,  Hussein  Umar,  Pastor   Beek  pernah diusir
dari
   Indonesia  karena  dianggap sebagai agen CIA.  Kemudian  ia  mangkal
di
   Hongkong.  Dari  Hongkong  ia melakukan penetrasi ke Indonesia
melalaui
   kekuatan-kekuatan   Katholik   di  Indonesia.  Kemudian ia masuk
melalui
   Ali  murtopo  dan  Sudjono  Humardhani.


   Beek   menilai   Soekarno  sangat memberikan angin terhadap
penegmbangan
   Islam   di    Indonesia,    yaitu   dengan  mendirikan  IAIN.
Sedangkan
   pengembangan  agama  Kristen  tidak  mendapatkan  perhatian. Beek
(1965)
   memprediksi  bahwa  20 tahun mendatang  di  Indoneia  akan  lahir
ribuan
   intelektual  Islam  yang  moderen.   Situasi  demikian akan sangat
tidak
   menguntungkan, bahkan mebahayakan, bagi peranan umat Kristen.


   Setelah  tumbangnya  Soekarno,  dengan memanfaatkan Supersemar,
kelompok
   Pater  Beek   dengan   dibantu   CIA  meningkatkan  aksi-aksi
mahasiswa
   agar Mayjen Soeharto menggantikan Soekarno.


   Akhirnya   memang  Soeharto  berhasil  menguasai  kekuasaan  politik
di
   Indonesia.   Kuatnya   cengkraman  kelompok  Jesuit dalam kekuasaan
Orde
   Baru ditunjukkan dengan semakin besarnya tugas Opsus Ali Murtopo.


   Menurut   sebuah sumber, untuk memperkuat gerakannya ia merekrut
sekitar
   200  orang   sarjana   pengikut   Ordo  Jesuit  dari  berbagai
disiplin
   ilmu  untuk  mendirikan   dapur   pengkajian   yang   kemudian
dikenal
   dengan   CSIS   untuk  membahas  berbagai masalah kenegaraan.
Organisasi
   yang awalnya bermarkas di Raden  Saleh  dan  kemudian  pindah  ke
Tanah
   Abang,   Jakarta  ini,  konon,  memiliki   dana   abadi  sebesar  Rp
27
   milyar.  Tokoh-tokoh  pendiri  CSIS  di antaranya:  Mayjen  Ali
Murtopo,
   Mayjen Sudjono Humardhani, Dr. Daud Yusuf, Lim  Bian  Kun, Lim Bian
Kie,
   Prof.  Pay Lay Kim, Hary Tjan Silalahi, Thomas Suyatno, Jacob Tobing
dan
   lain-lain.





   Sikap Kita Menghadapi Bahaya Pemurtadan


   Syaikh Al-Qaradhawi menegaskan bahwa, Indonesia  merupakan harapan
besar
   dari   peradaban   Islam   di   dunia.  Mengapa? Karena Indonesia
adalah
   negara  Islam  terbesar  dari   sisi   kuantitas.   Indonesia
memiliki
   banyak   potensi  menjadikannya   mampu  memimpin  peradaban.
Indonesia
   mempunyai  potensi  ekonomi  dan  SDM  yang  menjadikannya mampu
menarik
   gerbong kebangkitan Islam.


   Dalam  kunjungannya  ke  Jakarta  pertengahan  Oktober  1999 lalu
beliau
   berpesan kepada seluruh kaum Muslimin di Indonesia, agar kita
senantiasa
   berhati-hati  dalam menghadapi bahaya pemurtadan yang belakangan
semakin
   gencar  di tanah air. Beliau mengatakan, ada tiga hal yang harus
diingat
   dan  dilakukan  oleh  kaum Muslimin di Indonesia dalam menghadapi
bahaya
   besar tesebut. Pertama.  Setiap  muslim  harus  bangga  dengan
agamanya.
   Rosulullah     SAW  mengajarkan   kita,   kita   selesai   makan
untuk
   mengucapkan "Alhamdulillah  yang  telah memberi makan dan minum
kepadaku
   serta  menajdikanku  seorang  muslim.  Seperti  juga  kebanggaan
sahabat
   bernama  Salman  al-Farisi  ketika  ditanya,  "Siapa anda?" Ia
menjawab,
   "Saya anak muslim."


   Kedua,  hendaknya  kebanggaan  itu menjadikan kita mampu berpegang
teguh
   pada  tali  Islam.  Kebanggaan  yang menjadikan kita terikat oleh
akhlak
   dan    nilai-nilai   Islam.   Bukan   hanya  sekadar  mengatakan,
"saya
   muslim",  tapi tidak menjalankan Islam dalam kehidupannya. Setiap
muslim
   harus  menjadikan  Islam sebagai unsur perubah dalam dirinya
sebagaimana
   dahulu  kaum  jahiliyah  menjadi muslim. Kita menginginkan setiap
muslim
   adalah  aplikasi  dari Al-Qur*an yang dapat disaksikan oleh semua
orang.
   Sehingga  manusia  bisa  menyaksikan  inilah  Islam,  inilah adab
Islam,
   inilah  etika  Islam.  Seperti ketika Aisyah ditanya tentang akhlak
Nabi
   saw, ia mengatakan bahwa akhlak nabi adalah Al-Qur*an.


   Ketiga,  hendaknya semua umat Islam Indonesia bersatu dan tidak
berpecah
   belah.  Beliau  menegaskan  :  "Berpegang  teguhlah  pada tali Allah
dan
   jangan  berpecah  belah."  (QS  Ali-Imran 103),  "Dan  janganlah
kalian
   berpecah  belah  sehingga  kekuatan kalian menjadi lemah." Bila
kekuatan
   kufur  dan  jahat  bersatu,  saya  serukan pada seluruh  kekuatan
Islam
   untuk   melupakan   semua   perbedaan   yang tidak prinsipil  di
antara
   mereka.   Bersatulah   di   atas  kalimat  Tauhid  "laa ilaaha
illallah
   Muhammad    Rosulullah."   Setelah  itu  berdirilah  bersama
menghadapi
   kekuatan    lain".   Inilah   yang   beliau  inginkan  dari  umat
Islam
   Indonesia ketika mereka tengah melalui masa-masa genting.


   Terakhir,   beliau   menginginkan  agar  kaum   Muslimin Indonesia
mampu
   memilih pemimpin dengan baik. Pemimpin yang mampu membimbing umat
Islam,
   memberi  manfaat   bagi   Islam,  mampu  mengatasi berbagai kondisi
yang
   sulit ini.  Ketika  banyak  mata melihat Indonesia, beliau ingin
melihat
   pemimpin yang terpilih secara demokratis. Pemimpin yang mampu
membimbing
   rakyat dengan iman dan ilmu, hati dan akal, iman dan akhlak.


   Inilah yang kita inginkan dari Indonesia.


   Wallahua'lam bishowwab


Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarokaatuh

(DI-29/05/00)

   Referensi:

   Katholieken en de Indonesische Revolutie, 1983
   BPK Gunung  Mulia,  1990
   Hadir Alam Al-Islamy, DR. Ali Gharishah, Al-Kautsar, 1990
   Agenda Permasalahan Ummat, Yusuf Al-Qaradhawi, GIP, 1992
   Sistem Masyarakat Islam, Yusuf Al-Qaradhawi, Citra Islami Press, 1998
   Strategi Musuh Menentang Islam, DR. Saaduddin Shalih, Darul Nukman,
1997
   Tabligh Akbar Al-Qaradhawi, di Masjid Al-Azhar, Oktober 1999
   Tabloid BIDIK lembar  An-Natijah. Edisi no. 39 th. IV, 24/09 1999
   Radio Suara Ameria VOA, disiarkan 12 Desember 1999
   Harian Republika Edisi 23/12/1999
   Majalah SAKSI, Edisi September 1999
   Majalah The Hindu, Edisi 10 Januari 2000
   Majalah Suara Hidayatullah, edisi Pebruari 2000
   Majalah Sabili, Edisi 9 Pebruari 2000
   Majalah Sabili, Edisi 31 Mei 2000


Comments to Moderator   : [EMAIL PROTECTED]

Posting Messages        : [EMAIL PROTECTED]
Join to dunia-islam     : [EMAIL PROTECTED]








 

application/ms-tnef

Kirim email ke