Bismillaah, Ar-Rahmaan, Ar-Rahiim

Saudaraku yang kusayangi...

Sesungguh Allah itu adalah Maha Adil, Maha Bijaksana dan Maha Mengetahui. Aku menyampaikan kepada Anda Saudaraku bahwa Allah itu benar-benar tidak pernah meninggalkan kita. Kita akan selalu dibimbing-Nya ketika kita tersesat. Dia selalu mendengar apa saja yang kita katakan dan yang terlintas di dalam hati kita. Dia melihat semua perbuatan kita tanpa alpha sedikitpun. Jika tidak, tentulah kita tidak akan pernah membaca "Al-Fatihah" ketika bermunajat shalat kepada-Nya minimal lima kali dalam 24 jam.

Ada sebuah kejadian yang terjadi pada diriku sendiri, belum sampai seminggu lampau. Terus terang, sebenarnya aku malu menceritakannya kepada Anda sekalian, karena ini adalah perbuatanku yang sungguh memalukan bagi diriku. Harapanku semoga Saudaraku semua dapat juga mengambil pelajaran daripadanya.

Ceritanya begini. Seorang perempuan miskin datang kepadaku di kantor. Sebenarnya perempuan ini sudah biasa menjumpaiku. Dulu beberapa kali pernah kebantu dengan memberi modal jualan kecil-kecilan. Ya, memang modal-modal yang aku berikan itu dilaporkan selalu gagal diusahakan dengan berbagai alasannya. Dan setiap kali dia datang, selalu meminta uang untuk bermacam-macam, namun aku tidak pernah menaruh curiga dan berprasangku buruk kepadanya. Pernah juga kukatakan bahwa pemberian ini itu kepadanya adalah dengan "atas nama Allah" dan aku mengingatkannya agar tidak menipuku, karena jika dia menipuku berarti dia telah menipu Allah.

Sampai akhirnya, ada sekitar tiga atau empat orang lain, yang sangat dekat dan dapat kupercaya, yang menceritakan kepadaku tentang perempuan ini. Mereka katakan bahwa "perempuan tersebut telah mendatangi hampir semua orang lain dan meminta bantuan modal macam-macam tetapi tetap saja dia kembali kepada kita untuk meminta uang berikutnya. Pokoknya susah kita bina". Mereka juga mengatakan bahwa mereka tidak akan melayani lagi perempuan itu.

Astaghfirullah al-adzhim, ya Allah, ampunilah Aku. Ternyata cerita-cerita teman-temanku telah mengubah pendirian isi di dalam hatiku. Akhirnya aku pun terpengaruh dengan informasi-informasi teman-teman ini. Aku berubah tidak lagi memperdulikannya bahkan perkataanku agak sedikit marah dan membentaknya. Ya Allah, ampunilah aku telah berbuat ini kepada makhluk-Mu itu. Apa pun yang dikatakannya, aku tak mempercayainya lagi. Pokoknya, perempuan itu selalu keluar dari kantorku dengan hampa tanpa membawa hasil apa pun. Hal ini terjadi mungkin sudah lebih lima kali terakhir ini.

Akan tetapi, pada pertemuan terakhir beberapa hari lalu, ketika dia meninggalkan kantorku dengan hampa, dalam hati aku berfikir "benarkah apa yang sudah kuperbuat ini ? Barangkali aku telah menzalimi perempuan ini. Barangkali perempuan ini benar-benar membutuhkan bantuanku tetapi aku mensia-siakannya dan memarahi dan menyombongkan diri kepadanya. Astaghfirullah az-adzhim, ampunilah aku ya Allah, ya Tuhanku".

Saudaraku yang kusayangi...

Tahukah Anda apa yang terjadi kemudian ? Allah menegurku !.

Pertama-tama Allah menegurku dengan menyuruhku membaca ayat 255 Surat Al-Baqarah, yang memperingatkanku bahwa "Allah selalu tidak pernah tidur dan selalu menjaga seluruh hamba-Nya. Tak ada yang luput dari pengawasan-Nya".

Kedua, aku juga disuruh baca surat At-Tiin, yang menanyakan kepadaku "apakah engkau ragu dengan pembalasan dari Allah ?". Kedua surat ini disuruh Allah saya baca pada shalatku siang itu.

Ketiga, pada malam harinya, aku juga disuruh baca oleh Allah kisah dialog Nabi Musa (as) dengan Allah, yang mengajarkan agar menghindari kesombongan, yang pada mail ini, insha Allah, aku sertakan di bawah ini.

Saudaraku yang kumuliakan

Saat ini aku sedang sedikit gundah dan sedang berfikir bagaimana caranya bisa menebus kesalahanku kepada perempuan miskin itu. Sudah terfikir di hatiku dan sudah kusiapkan sejumlah uang agar bila ia datang lagi nanti bisa kuberikan kepadanya untuk kebutuhannya. Ini memang sebuah konsekwensi dari kalimat "basmallah" yang selalu kunyatakan setiap saat memulai suatu kegiatan. Semoga Allah berkenan mengampuni dosaku itu.

Mohon maaf, bila cerita ini mengganggu perasaan Saudaraku. Niatku menceritakan ini adalah semoga aku tidak akan mengulangi perbuatan serupa itu lagi di masa yang akan datang.

As-Salaamun alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh.

Syaifuddin Ma’rifatullah – Aceh.


Wasiat Allah Kepada Musa

Allah swt, pernah berfirman kepada Nabi Musa a.s.,

"Wahai Musa, apakah kau tahu berapa besar rahmat-Ku yang kuberikan kepadamu ?"

"Engkau lebih kasih kepadaku ketimbang ibuku sendiri", jawab Musa.

"Wahai Musa, ibumu mengasihimu lantaran kasih-Ku yang Kucurahkan padanya. Akulah yang menaruh belas kasih padanya. Akulah yang menggembirakan hatinya sehingga dia abaikan rasa kantuknya demi mengasuhmu. Kalau tidak, maka sikapnya terhadapmu akan sama dengan sikap wanita-wanita lainnya. Wahai Musa, tahukah kamu apabila ada hamba-Ku yang mempunyai dosa dan kesalahan sehingga memenuhi ruang bumi dan langit, Aku akan tetap mengampuninya tanpa Aku perduli ?".

"Ya Rabbi, bagaimana sampai Kau peduli ?" tanya Musa.

"Karena ada satu sifat mulia dalam diri hamba-Ku yang sangat Kusenangi : kecintaannya kepada orang-orang mukmin yang fakir; dia tunaikan hak-hak mereka, dia tidak mengangkat dirinya lebih tinggi dari mereka; dan dia tidak bersikap sombong terhadap mereka. Apabila dia berlaku seperti ini, maka akan Aku ampuni dosa-dosanya tanpa Aku peduli. Wahai Musa, sesungguhnya kemegahan adalah selendang-Ku, keangkuhan adalah sandang-Ku. Siapa yang menandingi-Ku dalam hal ini, maka Aku akan mengazabnya dengan api neraka-Ku. Wahai Musa, di antara cara mengagungkan kebesaran-Ku ialah bersikap murah terhadap hamba-Ku yang mukmin, yang kurang bernasib baik di dunia atas apa yang telah Ku-berikan padanya bagian dari dunia ini. Apabila dia bersikap sombong kepadanya, berarti dia telah meremehkan keagungan-Ku".

(Husein Shihab, "Dialog-Dialog Sufi (1)", Penerbit PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, cetakan kelima Maret 2000, halaman 60).

Kirim email ke