Bismillaah, Ar-Rahmaan, Ar-Rahiim

Abu Ali Daqqaq bercerita, bahwa ada seorang lelaki mewarisi harta pusaka. Dia berkata : "Ya Allah, harta ini akan hamba simpan baik-baik. Aku serahkan kepada-Mu untuk kemudian Kau kembalikan kepadaku pada saat diriku membutuhkannya".
 
Pada ketika itu pula seluruh harta warisan itu disedekahkan kepada siapa saja yang membutuhkannya. Dia sama sekali tidak mengambil, hingga sepanjang hidupnya, dia tidak pernah mempunyai kebutuhan. Sebab, setiap kali dia menghadapi kebutuhan, seketika itu pula Allah membukakan jalan untuknya dan tercukupilah kebutuhannya.
 
Kisah ini dikutip dari Imam Inbul Jauzi dalam "Kisah-Kisah Sufi Tauladan", terbitan "Pustaka Progressif", Surabaya 1990, halaman 58.
 
Untuk kita fikirkan:
1. Kisah tersebut mungkin sulit bagi kita mencernanya. Akan tetapi, itu adalah sebuah contoh yang paling ektrim dari apa yang disebut "berniaga dengan Allah" seperti yang difirmankan Allah di dalam Al-Qur'an Surat As-Shaff ayat 10-12:
 
"Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkanmu dari azab yang pedih? (yaitu) kamu beriman kepada Allah dan RasulNya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui.  Niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosamu dan memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; dan (memasukkan kamu) ke tempat tinggal yang baik di dalam jannah 'Adn. Itulah keberuntungan yang besar".
 
Allah itu Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Siapa yang meyakini Allah sebagai Tuhan yang Maha Pengasih, pastilah dia akan selalu memperoleh Kasih dari Allah setiap dia membutuhkannya. Siapa yang percaya dan yakin bahwa Allah Maha Penyayang, Allah tak pernah mengingkari janji-Nya untuk menyayangi setiap hamba-Nya. Siapa yang mempercayai kedua sifat itu dimiliki Allah dan ia meyakininya tentulah ia akan selalu memulai segala sesuatunya dengan pernyataan "basmallah".
 
2. Apa yang dialami oleh Abu Ali Daqqaq, bukanlah hal yang mustahil kita dapat mengalaminya juga. Pengalaman mirip-mirip itu pun banyak dijumpai oleh orang-orang di negeri kita. Jika kita mau sedikit merenung, percayakah bahwa kita pun pernah mengalami hal semacam itu, meski pun dalam skala yang lebih kecil ?
 
3. Untuk sekedar latihan, marilah kita mencoba menyerahkan sedikit demi sedikit, sejumlah uang kepada Allah dengan menyerahkannya kepada hamba-hamba-Nya yang membutuhkan dan katakanlah kepada Allah seperti yang telah dikatakan oleh Abu Ali Daqqaq : "Ya, Allah, aku simpan uang ini baik dengan menitipkannya kepada-Mu untuk Engkau kembalikan kepadaku  pada saat aku membutuhkannya". Marilah kita mulai dengan uang Rp.1.000,-- saja hari ini. Kalau mampu sepuluh kali lipatnya, mulailah dengan Rp.10.000,--. Kalau mampu sepuluh kali lipatnya, mulailah dengan Rp.100.000,-- dan seterusnya.
 
Kita bukannya "tak butuh kebutuhan", akan tetapi kita tak butuh ketika kita sedang tak membutuhkannya. Marilah kita mengumpulkan sebanyak-banyaknya untuk memenuhi segala kebutuhan kita kelak. Baik ketika di bumi ini maupu di dunia lain kelak.
 
Semoga Allah mencurahkan maghfirah dan rahmat-Nya kepada orang-orang yang berniaga dengan-Nya.
 
As-Salaamun alaikum wa rahmatullahi w barakatuh.
Syaifuddin Ma'rifatullah - Aceh.
 

 

Kirim email ke