Kata orang, "Datuk" dalam bahasa minang (malayu) berasal dari kata dasar DAT (bahasa sangskerta) yang berarti nilai. Kata ini berkembang menjadi ADAT yang berupa kumpulan kegiatan yang Tak Terukur Nilainya. DATOK (datuk) gelar yang diperuntukan bagi seseorang yang kepadanya disangkutkan semua nilai kehidupan atau pemegang tatanilai yang juga disebut PENGHULU. Pemegang hulu ( tangkai) dari suatu senjata. Salareh jo orang nan di tuo-kan atau peminpin. 
Makanya, bila seseorang sudah mahir dengan tata nilai yang termaktub dalam khazanah adat minang, maka anak kemenakannya akan mengangkat orang tersebut mejadi Datuak yang merupakan pusek jalo pumpunan ikan dalam sukunya masing-masing. Ka paii tampek batanyo kapulang tampek babarito. Dan orang ini diberi gelar "Datuk". Posisi Datuk sebagai pemimpin adalah posisi kunci yang tidak dapat dimiliki oleh sembarang urang saja dalam masyarakat minang, makanya tidak ada datuak dari perempuan. Walaupun ada pemimpin Wanita dalam Kerjaaan Minang (Pagaruyuang), beliau tu indak digelari Datuak tapi cukuik dengan Bundo Kanduang, aratinyo saurang wanita yang memiliki pengetahuan yang sangat luas dalam bidang adaik dan ketatanegaraan pada waktu itu.
Dengan kata lain, seorang wanita betapapun hebatnya dalam menguasai ilmu adaik dan ilmu ketatanegaraan, tidak mungkin dapat diangkat menjadi Datuak, tapi dia dapat berbuata sebagaimana bijaksananya seorang Datuak. Wanita hanya dapat diangkat sebagai Bundo Kanduang suati gelar yang juga tidak dapat dipikul oleh seorang lelaki.
Allahu a'lam bishawab.
J
Salam 
PSK
-----Original Message-----
From: esteranc labeh [mailto:[EMAIL PROTECTED]]
Sent: Tuesday, April 23, 2002 4:20 PM
To: [EMAIL PROTECTED]
Subject: Re: [RantauNet] Revolusi Datin Evi Taperon di Sumbar

Ouh yes... 

Perempuan menjadi datuk? What a revolutionary movement idea!. Kenapa tidak? Di Malaysia ada, namanya Datin, istrinya datuk. Cuma, di Negeri Jiran itu, gelar datuk bukan dominasi Melayu. Ada datuk dari etnis Tionghoa dan India juga.

Saya kira memang saatnya kita memberdayakan kaum Bundo Kanduang di ranah Minang. Salah satu langkah yang paling kompromistis ketimbang revolusioner adalah mulai memberi gelar Datin kepada istri-istri Datuk -- sama saja dengan jabatan Ketua Dharma Wanita di masa rezim Orba.

Misalnya, kalaulah saya bergelar Datuk Rangkayo Labih (insya Allah 10 tahun lagi..he..he..), maka gelar yang disandang oleh istri-istri saya adalah Datin Dahlia atau Datin Sumijati. Cuma karena suami Evi bukan seorang datuk, tapi sebagai penghormatan kepada her Best Minang Idea of The Year 2001, alangkah mulianya jika kita anugerahi dia gelar Datin Evi Taperon.

Love....he......he.......he.......

A.C. St Rangkayo Labih

  Evi <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

Kirim email ke