Selasa, 10/9/2002 09:00 wib
Wagub: Semua Kita Perlu Nyinyir

PADANG, mimbarminang.com — Dibanding Pulau Jawa, kondisi lingkungan
Provinsi Sumatra Barat relatif lebih baik. Tapi bila kondisi ini
tidak dijaga dengan sungguh-sungguh, maka lingkungan Sumbar akan
semakin rusak. “Untuk menjaga kelestarian lingkungan, semua
pihak ‘perlu nyiyir’ melakukan kampanye dan kemudian sekaligus tidak
merusak lingkungan itu sendiri,” kata Wagub Sumbar Prof.Dr. Ir. H.
Fachri Ahmad, M.Sc, menjawab Mimbar Minang, Senin (9/9/2002) kemarin,
setelah membuka Lokakarya Agenda 21 Daerah Provinsi Sumbar, di Hotel
Pangeran Beach, Padang.

Lingkungan sangat menentukan keamanan hidup manusia. Jika lingkungan
sudah rusak, kata Wagub, maka manusia bersama isi lingkungan yang
lain juga ikut terancam punah.

Wagub mengakui, selama ini kerusakan ling kungan di Sumbar, bukan
saja dilakukan oleh orang-orang yang tidak mengerti apa fungsi
lingkungan. Tapi orang-orang yang paham tentang fungsi lingkungan,
juga ikut merusak lingkungan demi keuntungan sesaat. Dan mereka tidak
merasa bersalah merusak lingkungan itu.

Banyak contoh yang dapat diangkat ke permukaan sebagai bukti bahwa
kondisi ling kungan di Sumbar semakin rusak. “Lihatlah kondisi hutan
Sumbar saat ini,” ujarnya.

Menjaga kelestarian lingkungan, tidak bisa hanya diharapkan kepada
pemerintah atau instansi terkait saja. Pengusaha dan masyarakat
kebanyakan juga harus memiliki kepedulian yang sama.

“Selama ini banyak pelaku yang merusak lingkungan dengan berbagai
cara tidak terjerat oleh sanksi atau hukum,” kata Wagub.

Kenapa mereka bisa bebas? “Ya, banyak faktor penyebabnya.
Diantaranya, kesungguhan aparat keamanan dan hukum untuk menindak
tegas para perusak lingkungan itu, masih perlu ditingkatkan,” ulas
Fachri. Sedangkan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah
(Bapedalda) Sumbar Ir. Daman Siri mengatakan, pihaknya tidak memiliki
wewenang mencabut izin perusahaan yang tidak peduli terhadap
lingkungan.

“Tugas Bapedalda hanya mengkoordinir kegiatan yang berkaitan dengan
persoalan lingkungan atau instalasi pengendalian limbah (Inpal),”
katanya kepada wartawan.

Darman mengatakan, ada beberapa perusahaan di Sumbar yang belum
mentaati masalah ling kungan. Kendatipun mereka sudah berulangkali
diingatkan. Perusahan-perusahan tadi, kurang memperhatikan masalah
limbah yang dikeluarkan dari pabrik mereka.

Tentang lokakarya itu sendiri, katanya, bertujuan memberikan ilmu
atau penger tian kepada peserta. Dengan harapan peserta lokakarya
dapat berperan aktif di tengah-tengah masyarakat mencegah terjadinya
kerusakan lingkungan.

Lokakarya sehari itu diikuti 91 anggota DPRD Kota, Kabupaten dan
Provinsi, 16 dari Bapedalda kabupaten, kota dan provinsi. Selanjutnya
18 pengelola lingkungan hidup, kabupaten, kota dan provinsi serta 22
utusan dinas/ instansi terkat serta 3 utusan LSM. awk

===========================
Selasa, 10/9/2002 09:00 wib
PIB Sumbar Dideklarasikan

PADANG, mimbarminang.com — Berikhtiar untuk memberikan kontribusi
pemikiran dan aksi nyata guna memperbaiki keadaan daerah Sumatra
Barat di berbagai bidang kehidupan, Perhimpunan Indonesia Baru (PIB)
Daerah Sumbar diresmikan pendiriannya dalam suatu deklarasi di Hotel
Bumiminang Padang Senin (9/9) malam. Ketua PIB Dr. Sjahrir dalam
sambutannya mengatakan bahwa keadaan ekonomi, sosial, dan politik
Sumbar dewasa ini secara relatif tidak lebih baik dibandingkan dengan
keadaan di tingkat nasional. Karena adalah tugas PIB, sebagai elemen
masyarakat Sumbar, untuk ikut serta memikirkan perbaikan Sumbar ke
depan. “PIB Sumbar tidak usah memikirkan masalah nasional, mari kita
pikirkan dan carikan solusi bagi permasalahan Sumbar sendiri. Kita
punya masalah kita sendiri yang kongkrit,” kata Sjahrir, yang juga
ekonom senior UI itu.

Ia merujuk keadaan APBD Sumbar yang mesti memprioritaskan perbaikan-
perbaikan kehidupan terutama di bidang ekonomi, sosial dan politik
masyarakat. Tapi ironisnya banyak bagian dari APBD itu justru tidak
menyentuh aspek-aspek pembangunan masyarakat, terutama di lapisan
bawah yang terbelit kemiskinan.

Parahnya lagi, kalaupun ada pertumbuhan dan kemajuan, tapi terdapat
juga kesenjangan antara satu daerah tingkat dua dengan daerah tingkat
dua lainnya, terutama antara daerah kota dengan kabupaten. Ia
mencontohkan kota Sawahlunto dengan Kabupaten Sawahlunto Sijunjung
sebagai dua daerah bertetangga. “Ternyata kesenjangan HDI (human
development index) kedua daerah itu jelas sekali,” kata Sjahrir
seraya mengajak segala kalangan baik intelektual dan universitas,
untuk memikirkan perbaikan ke depan.

Peresmian PIB Sumbar itu berlangsung meriah. Tampil sebagai pengurus
PIB Sumbar antara lain Ruzmazar Ruzuar (Ketua), Basril Djabar (Dewan
Pertimbangan), Dr. Syafruddin Karimi (Wakil Ketua), Zenwen Pador
(Wakil ketua), Dr. Elwi Danil (wakil ketua), M. Ridwan (Sekretaris),
Miko Kamal (bendahara). Juga ada nama Okta-vianus Rizwa Teddy
Alfonso, Adi Surya, Ardiyan, Zaili Asril, dan Endang Mulyani. isr

===========================
Selasa, 10/9/2002 09:00 wib
Yusril Ihza Mahendra Ternyata Berasal dari 50 Kota

PADANG, mimbarminang.com — Sosok Prof.Dr.H.Yusril Ihzah Mahendra,
S.H.,M.Sc. memang sering menjadi pertanyaan orang. Dari mana dia
berasal? Dari namanya, banyak orang menduga Menteri Kehakiman dan Hak
Asasi Manusia (Menkeh-HAM) Kabinet Gotong Royong ini adalah orang
Minang. Bahkan Presiden Abdurrahman Wahid sendiri menduga Yusril
berasal dari Sumatra Barat.

Ketika ada pertanyaan bahwa kenapa tidak ada tokoh Minang yang duduk
di Kabinet Persatuan, Gus Dur langsung menyebut nama Yusril Ihza
Mahendra. “Itu Yusril kan orang Minang,” katanya.

Tapi, ketika itu Yusril memang belum diakui sebagai orang Minang,
karena dia dilahirkan di Pulau Belitung, Sumatra Selatan. Kini, tabir
itu mulai terkuak. Ternyata dia berasal dari Kabu-paten 50 Kota.

Salah satu bukti, Ketua Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Bulan
Bintang (PBB) ini, urang awak, Jumat, (6/9/2002) lalu, di Desa Siabu,
Kabupaten Kampar, Riau, ia diberi gelar Datuk Maharajo Pelindung oleh
Suku Melayu.

Dalam acara pemberian gelar kaum yang dihadiri sekitar 10 ribu massa
itu, juga hadir pengurus DPP PBB, pengurus DPW PBB Sumbar, Riau, dan
pengurus DPC PBB Kabupeten Kampar.

“ Pada hari bersejarah itu juga hadir, Bupati Kampar, H. Jefri Nur,”
kata Wakil Sekjen DPP PBB H. Nur Syamsi Nurlan, S.H., didampingi
Wakil Ketua DPW PBB Sumbar, Ir. Jonimar Boer, kepada Mimbar Minang,
Senin (9/9/2002) kemarin di Padang.

Acara malewa gala sang profesor, memang cukup meriah. Bahkan sehari
sebelum pemberian gelar, Kamis (5/9), anak kemanakan suku Melayu dan
masyarakat Desa Siabu membantai tiga ekor kerbau untuk makan bersama.

Menurut Nur Syamsi, Yusril lahir di Pulau Belitung, 5 Februari 1956,
persisnya di Desa Manggar, dari Rahim seorang ibu bernama Nursiha.
Nursiha juga lahir di Pulau Belitung dari pasangan Hadiah dan Sandon.

Hadiah datang ke Desa Manggar Pulau Belitung tahun 1905 ketika dia
baru berumur lima tahun bersama ayah, ibu serta empat orang
saudaranya yang lain. Ayah Hadiah bernama Kedep dan ibunya bernama
Denyam.

Hadiah mempunyai empat saudara laki-laki yaitu Yusuf, Sudin, Musa dan
si bungsu Ismail. Setelah besar Hadiah menikah dengan Idris Haji
Zainal Abidin. “Dari pernikahan Nursiha dengan Idris lahirlah Yusril
Ihza Mahendra bersama 10 orang saudaranya—tujuh laki-laki dan tiga
perempuan—,”ulas Nur Syamnsi.

Dikatakan, dari catatan sejarah, Kedep dan Denyam bersama empat orang
anak mereka berangkat dari Siabu Bangkinang ke Pulau Belitung tahun
1905 untuk melanjutkan pekerjaan di bidang Pertambangan Timah. Dan
sebelum ke Bangka Belitung mereka singgah di Pulau Singkep, karena di
sana (di Gunung Daek Bacabang Tigo juga ada Tambang Timah).

Pada waktu itu, ujar Nur Syamsi, Siabu Bangkinang, masih termasuk
daerah Sumatra Tengah—sekarang masuk dalam wilayah Provinsi Riau—.
Tentang asal usul Denyam sendiri berasal dari daerah Kabupaten 50
Kota, Sumbar, dengan Suku Melayu, Datuk Mudo.

Desa Siabu yang saat ini juga banyak dihuni orang Minang, berada
sekitar 20 Km dari Bangkinang ibukota Kabupaten Kampar dan Siabu
masuk dalam Kecamatan Bangkinang Barat.

Kepala Desa Siabu adalah Azis Johan dan Pucuk Adat di Siabu Aman
Datuk Bandaro Hitam. Dari penuturan pucuk adat Siabu bahwa suku di
Siabu terdiri dari Patopang, Domo, Piliang, Melayu dan
Mandahiling. “Mereka semuanya berasal dari Kabupaten 50 Kota,” kata
Nur Syamsi. Awkar

=================
Selasa, 10/9/2002
Budaya Bertutur Kini Semakin Hilang

Padang, Mimbar Minang — Sekarang tidak banyak orang memiliki
kemampuan bertutur atau bercerita tentang sesuatu dengan bahasa yang
baik dan mudah dipahami.

“Padahal, kemampuan bertutur adalah salah satu indikasi seseorang
berbudaya dan memiliki kepintaran,” kata Kepala Dinas Pendidikan Sum
bar, Prof.Drs. Satni Eka Putra, ketika membuka Lomba Tutur Tingkat
Regional se Sumatra, Sabtu (7/9/2002) di Museum Aditiawarman, Padang.

Menurut Satni, untuk menuturkan sesuatu dengan bahasa yang baik dan
menarik perhatian orang yang mendengar, tentu diperlukan kemam puan
memahami apa yang akan diturkan tersebut.

Bagi masyarakat Minang, timpal Satni, sebenar nya budaya tutur telah
berkembang sejak dahulu kala. Kenyataan itu, dapat dilihat ketika
seorang ibu menidurkan anaknya dalam ayunan.

Sambil mengayun anaknya, sang ibu menuturkan tentang sesuatu. Tuturan
dimaksud bisa berbentuk legenda atau syair-syair yang mengandung doa
serta pendidikan terhadap anak.

“Sekarang, budaya bertutur atau bercerita ini, sepertinya semakin
hilang. Kalaupun, masih ada ibu-ibu yang membuai anaknya sambil
bertutur, tapi jumlahnya tidak banyak,” kata Satni.

Oleh karena itu melalui lomba tutur, ia berharap, guru-guru di
sekolah, kembali membiasakan menyampaikan pesan-pesan pendidikan
dengan gaya bertutur. Apa lagi, anak sekolah sangat senang mendengar
dan mudah memahami pelajaran yang disampaikan dengan gaya bertutur
atau bercerita.

Sedangkan Sri Saadah Soepono dari Direktorat Tradisi dan Kepercayaan
Deputi Bidang Pelesta-rian dan Pengembangan Kebangsaan

Depniknas mengatakan, Indonesia memiliki budaya yang luar biasa.
Budaya tersebut mengandung pelajaran yang dapat membuat manusia
cerdas dan memahami tentang jati dirinya. Budaya tutur adalah salah
satu upaya menggali potensi yang dimiliki seorang manusia. “Memang
bakat ini, tidak dimiliki semua orang. Namun bukan berarti bakat itu
tidak dapat ditumbuh kem bangkan,” katanya.

Ia menyebutkan, Lomba Tutur se Sumatra itu diikuti enam peserta yang
telah dinyatakan keluar sebagai finalis. Diantaranya adalah Kristina
Soembarwaty, S.Pd, Guru SD o3 Koto Tuo Timur, Kec. IV Koto, Kab.
Agam, Sumbar, Herman Syuryadi, guru SDN I Kota Bengkulu, Murniati,
Agus, guru SD Swasta Semen Padang, Herny, SD Bengkulu dan Haris MD
Purba dari Sumatra Utara.(awk)







Buek email gratis di http://sungaipagu.zzn.com
____________________________________________________________
Get your own Free Web Email Service with POP access at http://www.zzn.com

RantauNet http://www.rantaunet.com Isikan data keanggotaan anda di http://www.rantaunet.com/register.php3 =============================================== Tanpa mengembalikan KETERANGAN PENDAFTAR ketika subscribe, anda tidak dapat posting ke Palanta RantauNet ini. Mendaftar atau berhenti menerima RantauNet Mailing List di: http://www.rantaunet.com/subscribe.php3 ===============================================

Kirim email ke