Assalamualaikum.
Yth. Mak SBN,
Mak kita teruskan ngomongin perubahan sosial dalam bentuk
social-upward-mobility seperti yang mamak harapkan akan terekam
dalam Visi Minang Inc.
Konon menurut Om Durkheim, perubabahan
masyarakat itu akan "cling", tampak jelas, kalau kita bisa menggambarkan
bahwa mereka terikat dalam suatu solidaritas yang bernama mekanik dan
organik. Masyarakat solidaritas mekanik ciri-cirinya menghibakan nian. Mereka
belum menguasai ilmu pengetahuan, percaya pada kekuatan mistik,
tekuk lutut habis pada alam, homogen, dalam interelasi sesama anggota sikap
affektif (mendahulukan emosi ketimbang rasio) sangat menonjol. Walau memiliki
pranata ekonomi tapi cuma berperan dalam memenuhi kebutuhan dasar. Tidak
ada surplus sehingga tak pusana kosa kata tentang menabung .
Sebaliknya masyarakat dengan ciri solidaritas organik, ditandai dengan
kemampuan untuk mengubah diri sendiri, rasional (dengan begitu tidak seratus
persen tunduk pada kekuatan alam), pluralistik, pranata ekonomi sudah
berkembang ke tingkat surplus sehingga bisa menabung 5-10% dari
rata-rata pendapatan keseluruhan masyarakat.
Nah, jika berangkat dari teorinya Om
Durkheim ini, kita bisa melihat bahwa masyarakat Minang tahun 2002, baik yang
tinggal dirantau maupun di kampung, memiliki ciri kedua tipe masyarakat
tersebut: Mekanik dan Organik. Secara kelembagaan politis, bohonglah kalau
kita mengatakan bahwa Pemda Sumbar, misalnya, sudah
menginvestasikan kembali pendapatan daerah mereka sebesar 10-20% untuk
mengatasi perkembangan penduduk. Atau secara individu perindividu kita semua
sudah siap memantapkan posisi dalam kancah globalisasi yang artinya sudah siap
untuk berbeda pendapat, berkekeyakinan dengan nilai-nilai yang berbeda
dengan kebanyakan saudara2 kita. Tapi bahwa kita semua masih bergulat
dalam memenuhi kebutuhan dasar, sama sekali tertutup terhadap perubahan, yah,
tidak juga. Buktinya sekarang, sebagian dari kita sudah punya waktu untuk
memikirkan Minangkabau sebagai suatu tempat sebagai center of the
exelence, mati-matian memperjuangkan apa yang diyakini bahkan kalau perlu sampai
berkelahi walau terbatas pada wacana. Masyarakat atau individu yang
masih bergerak disekitar pemenuhan kebutuhan dasar, tradisionalistik, dan
homogen rasanya tidak akan pernah sampai pada pemikiran masa depan apa lagi
kalau sampai berperang dalam cara berpikir.
So, dengan kata lain, masyarakat Minang
memenuhi syarat untuk disebut sebagai open-society seperti yang mak SBN sebutkan
di bawah. Kita, sebagai anggota juga sedang berusaha dan
bekerja keras untuk menaikkan status kita dalam masyarakat.
Cuma, inti dari setiap masyarakat adalah jalinan makna, kepercayaan, dan nilai
yang dianut bersama. Masyarakat Minang walaupun sangat nyaman disebut sebagai
masyarakat egaliter tidak secara otomatis bertepuk tangan terhadap perbedaan
yang berangkat dari nilai-nilai individualistis seperti yang dikembangkan dalam masyarakat Eropa atau Amerika.
Dalam mengorganisasikan kehidupan sosial, setiap masyarakat juga
mempunyai mekanisme tersendiri untuk merekatkan diri mereka menjadi satu.
Masyarakat Eropa Moderen terorganisasi dengan nilai2 Kristen dan demokrasi
liberal sementara masyarakat Minangkabau terorganisasi dengan nilai-nilai
hukum alam (adat), Islam dan musyawarah.
Adalah benar bahwa the concept of
Open Society is based on the recognition
that people act on imperfect knowledge and nobody is in possesion of the
Ultimate Truth. Adalah benar bahwa perubahan sosial dalam konsep
social-upward-mobility terjadi karena fenomena
keterbatasan kemampuan manusia. Tapi ingat, bila perubahan2 itu
terjadi, ia haruslah sebagai konsekwensi yang akan menguntungkan masyarakat
secara keseluruhan. Dan masyarakat Minangkabau memilih musyawarah sebagai
nilai-nilai yang perlu dijunjung tinggi dalam menyatukan perbedaan.
Dan lagi mak SBN, melalui kajian saya
yang baru beberapa hari jadi anggota RN-Ekonomi, rasa-rasanya Minang Inc akan
bergerak kearah sana. Bila terjadi friksi sedikit disana-sini, menurut pendapat
saya, itu semata-mata cuma faktor invidu saja.
Wassalam,
Evi
Visi Minang Inc.
Usaha pengembangan diri ini dianggap sebagai suatu seleksi alami dari manusia-manusia yang mempunyai beraneka ragam bakat, yang tersebar sesuai dengan statistik-acak-alam bell curve, dan berlaku bagi setiap kelompok manusia ataupun masyarakat. Suatu pemberdayaan
sumberdaya manusia yang menyebabkan suatu
social-upward-mobility, sesuai bakat yang serba plural dari anggota
masyarakat, yang akan menaikkan ketahanan-masyarakat tersebut. Hak
turut partisipasi dalam
social-upward-mobility ini merupakan suatu
bagian yang terpenting dari hak asasi manusia. Social-upward-mobility ini
memerlukan iklim keterbukaan pemikiran dalam segala formatnya dan pendewasaan
yang menuju kepada kearifan optimal dari manusia. Analisa gelombang perubahan sejarah perkembangan
masyarakat Eropa justru memberi kesan yang bertolak belakang dengan Cina,
karena masyarakat Eropa lebih bebas dan terbuka menyerupai suatu
open-society. Sehingga, bakat manusia Eropa dan
masyarakat Eropa beserta social-upward-mobility lebih berhasil
diberdayakan dalam abad lalu, jika dibandingkan
dengan manusia/masyarakat Cina. Hasilnya adalah terbentuk
dan berkembangnya banyak negara merdeka-termasuk
negara Belanda yang daerahnya hanya seluas seperempat
Pulau Jawa-yang berkembang dengan pesat dan penuh
percaya diri, termasuk kemampuan merebut daerah jajahan masing-
masing. Kesimpulan terpenting yang dapat ditarik dari sejarah
abad lalu, sambil kita memasuki abad ke-21, adalah bahwa ilmu
pengetahuan dan teknologi dalam segala bidang yang
manusia global telah kuasai, adalah sangat
menakjubkan. Akan tetapi segera kita melihat sejarah
perkembangan budidaya tersebut lebih dalam
dan menyeluruh selama beberapa abad
lalu, ternyata budaya ilmu pengetahuan dan teknologi
tersebut terbatas sekali dan tidak mampu digunakan
meramalkan ke mana dan bagaimana Kami
memandang fenomena keterbatasan kemampuan manusia justru
merupakan konsep dasar dari suatu masyarakat
terbuka. Adat basandi syarak, syarak basandi Kitabullah Sistem ini bersifat setahap demi tahap,
mendengar, memperhatikan, membandingkan semua saran
yang disuarakan oleh jutaan
manusia, dan menjadikannya sebagai umpan- balik, demi pengertian yang lebih
menyeluruh, sebagai persiapan untuk reformasi dan adaptasi, untuk tindakan
selanjutnya. |