Innalillahi Wa-inna Ilahirajiun.

Semoga yang ditinggalkan mendapat ketabahan dan rahmatNYA.
---------------------------------------------------------

Mursal Esten Tutup Usia

By padangekspres
Senin, 18-Agustus-2003

Padangpanjang, Padek---Budayawan dan Sastrawan Indonesia asal Sumatera
Barat; Prof Dr Mursal Esten, yang juga Ketua STSI Negeri Padangpanjang,
telah dipanggil Sang Khalik untuk selama-lamanya, tepat ketika bangsa
Indonesia merayakan peringatan HUT Kemerdekaan ke-58.

Mursal yang asal Kacang, Solok, menghembuskan nafas terakhir di RS
M.Djamil-Padang, sekitar pukul 06.10 WIB, Minggu kemarin, setelah lama
menderita diabetes. Yang amat mengharukan, sebelum menghembuskan nafas
terakhir, Mursal melafaskan dua kalimat Syahadat sebanyak tiga kali
berturut, tanpa tersekat. Begitu bersih. Innalillahi Wainna Illahi
Roji'un!

Sebelum meninggal dunia, lewat Rawati, isteri tercinta, Mursal masih
sempat menitipkan pesan untuk memperjuangkan STSI jadi ISI, dan
hendaknya STSI tetap membuka Jurusan Multimedia mulai tahun ajaran
2003/2004 ini, seperti sudah dicanangkannya beberapa bulan lalu.

Kabar duka atas meninggalnya Mursal Esten bergerak sangat cepat.
Sehingga, dalam waktu singkat, rumah dukanya di kawasan Wisma Warta
Ulakkarang, tak jauh dari Kampus Universitas Bung Hatta, dipenuhi sanak
famili, handai tolan, sahabat, anak didik, pejabat mau pun kalangan
seniman di Sumbar.

Disamping hadir banyak pejabat, juga hampir seluruh seniman dan
budayawan Sumatera Barat melayat ke rumah duka. Setelah dilepas di
rumah duka, usai Shalat Zuhur, terus disemayamkan dan di-Shalat-kan di
Gedung Boestanoel Arifin Adam-STSI Padangpanjang dengan imam H Hamidi,
Ketua DPRD Padangpanjang. Sedang diantara ratusan makmum, terlihat
Puket-I Zulkifli, SKar, MHum, Puket-II Drs.Erizal dan Puket-III
Mulyadi, SKar, Hum, dosen dan Mahasiswa, Walikota Yohanis Tamin, Sekda
Aulizur Syuib dan puluhan pejabat Pemko Padangpanjang, ayah almarhum
Ustad St. Nurdin (88) serta pelayat lainnya.

Menurut Triyana Citra (Wina), putri bungsu Mursal Esten, papanya sejak
beberapa bulan sudah tiga kali dirawat di rumah sakit, akibat diabetes.
Awalnya, tiga hari di RSI Yarsi Bukittinggi, terus balik ke rumah di
Padang dan masuk RS M.Djamil Padang selama enam hari, terus balik ke
rumah dan masuk lagi ke RS M Djamil sejak 6 hari lalu.

Minggu dinihari (17/8), Mursal yang belakangan juga menderita batuk,
menyebut nafasnya sesak. Tapi sampai ajal menjemputnya sekitar pukul
06.10 WIB itu, papanya tetap sadar. Sehingga selain berulang kali
menyebut nafas sesak, sudah mengeluarkan dahaknya, juga menyampaikan
dua pesan khusus buat STSI Padangpanjang.

モPesan papa, hanya itu tadi, sampaikan ke STSI Padangpanjang agar
tetap
usahakan jadi ISI dan tetap buka Jurusan Multimedia mulai 2003/2004
ini,モ kata Wina sembari menyebutkan pesan Mursal untuk keluarga sama
sekali tak ada. Selain dirinya, juga Sutan Nurdin, ayah dari Mursal
Esten sempat melepas Mursal. モSetelah itu, papa sempat baca dua
kalimah
syahadat tiga kali begitu bersih, sehingga amat mengharukan kami,モ

Mursal Esten lahir 5 September 1941 di Desa Bireun Provinsi Aceh, saat
ibunya, Chuzaimah yang alumni Diniyah Putri Padangpanjang itu
mendampingi ayahnya, St. Nurdin (alumni Thawalib Padangpanjang)
bertugas sebagai guru di Pesantren Al Muslim di Bireun. Mursal Esten
merupakan anak ke dua dari tujuh bersaudara. Lengkapnya; Rusdi (alm),
Mursal Esten, Nasrul Esten (staf Dephub Pusat), Ir. Nufri (staf Diperta
Makassar), Mulyadi (pengusaha, Jakarta), Suparman (staf Dishub, Tanjung
Pinang) dan Zurtina (guru SMA-1 Solok).

Pendidikan Mursal, SD di Kacang Solok (tamat 1953), SMP di Solok
(1956), SGA di Solok (1960), PT.IKIP Padang (1968), Doktor Sastera
Melayu ditamatkan di UI Jakarta. Sedangkan dari pekerjaan dimulai dari
asisten dosen di FKSS-IKIP Padang (1964-1968), terus jadi dosen di
FPBS-IKIP Padang sampai kini.
Mursal juga pernah jadi Kabag Humas IKIP Padang (1971-1974). Di luar
tugasnya sebagai dosen di FPBS IKIP Padang, pernah jadi Ketua Pusat
kesenian Padang, Kepala Taman Budaya Provinsi Sumbar, Pimred Majalah
Gema. Kemudian mulai tahun 1993 jadi Direktur ASKI Padangpanjang, terus
STSI Padangpanjang sampai kini.
Sebagai pakar sastera Indonesia, antaralain posisi pimpinan organisasi
profesi pernah dipimpinnya, seperti Ketua-III HPBI (Himpunan Pembina
Bahasa Indonesia) Sumatera Barat (1985-kini), Ketua HISKI (Himpunan
Serjana Kesusasteraaan Indonesia) Sumbar 1987-1998 dan Ketua HISKI
pusat (1988-2001).

Sebagai pakar yang sering tampil menyampaikan makalah di berbagai
seminar kebudayaan di tanah air dan negeri jiran, Mursal pofuler di
Indonesia dan Malaysia-Singapore. Di Malaysia sendiri Mursal juga
tgercatat sebagai salah seorang pendiri dan jadi dosen terbang Akademi
Seni Malaka yang kemudian jadi ISM (Institut Seni Malaka).

Perannya di ASM/ISM Malaka tadi, hanya sal;ah satu dari karya nyatanya
disamping berhasil mejalin kerjasama kebudayaan antara STSI P.Panjang
dengan Malaka dan pusat kebudayaan Melayu Singapore. Perkembangan itu
berbarengan gebrakannya yang menjadikan seni budaya Melayu sebagai
kajian ilmiah pokok ASKI sejak jadi STSI.
Seperti tanggapan sejumlah dosen, mahasiswa dan Pembantu Ketua-I STSU
Zulkifli, SKar, MHum, Walikota PadangpanjangYohanis Tamin juga menyebut
sangat merasa kehilangan atas kepergian M-ursal Esten. Sebab, sejak
pimpinan Mursal, P.Panjang dengan STSI-nya ikut terangkat ke tingkat
dunia, terutama disegi kebudayaan.
Sementara di tempat terpisah Ketua Dewan Kesenian Sumbar, Edi Utama
menyatakan kepergian Mursal Esten merupakan suatu kehilangan yang
sangat besar bagi dunia budaya dan sastera Sumbar dan Indonesia umumnya.

Sebab menurut Edi Utama, sosok Mursal Esten sangat sulit untuk dicari
pengantinya disamping seorang budayawan handal, yang bersangkutan juga
seorang tokoh yang kritis dalam menyampaikan persoalan yang ada. Walau
setiap periode akan melahirkan tokoh pada masanya, namun kepergian
almarhum merupakan suatu kehilangan yang besar bagi dunia sastra Sumbar.

Prof Satni Eka Putra mencoba mengingatkan kembali kepada karakter khas
Mursal Esten. Baik pada kecintaan, komitmen dan apresiasinya pada dunia
sastra dan budaya. Hingga, kegigihannya mengangkat sastra melalui
pendidikan. Salah satu dibuktikan dengan keberhasilannya pada lembaga
pendidikan yang bermana Sekolah Tinggi Seni Indonesia (STSI) Padang
Panjang. メKomitmennya pada dunia sastra dan kebudayaan sangat
tinggi,モ
ungkap Kadis Diknas Sumbar yang baru saja melepaskan status Rektor
Universitas Taman Siswa.

Hal lain yang perlu dipahami segera oleh Sumbar akan
ヤkepergianユ
Mursal, lanjutnya, adalah harus secepatnya tumbuh sosok-sosok seperti
Mursal. Meski hal ini relatif sulit diwujudkan dalam waktu cepat.
モDengan kepergian beliau, bukan hanya Sumbar yang kehilangan. Secara
nasional, dia memiliki kapasitas yang diperhitungkan sebagai tokoh
pendidikan sastra dan kebudayaan,モ imbuhnya.

モBeliau merupakan sosok guru dan sekaligus sahabat,モ jelas Eri
Mefri,
Koreografer Nasional asal Sumbar, dan Syafruddin Arifin, wartawan dan
seniman asal Sumbar.
Jenazah Mursal Esten dimakamkan di Pemakaman Keluarga di Kacang, Solok.
Hadir pada pemakaman tersebut Wako Solok Yumler Lahar, Bupati Solok
Gamawan Fauzi, Ketua Bappeda Kabupaten Solok Drs Marwan dan pengurus
Ikatan Keluarga Kacang (IKKA) Solok terlihat diantara kerumunan massa.
memang tak mudah menjangkau lokasi pemakaman, harus mendaki ketinggian
sejak dari Pasar Kacang hingga areal pemakaman, di Tanjung Sopan atau
Tanjung Kanada. Kebetulan, hujan sempat mengguyur jalan beraspal menuju
lokasi, sehingga sangat licin.

Sebelum sampai di lokasi, pelayat terlebih dulu harus melewati areal
lahan Kantor Wali Nagari Kacang. Setiba, memasuki lokasi pemakaman
sejumlah rumput gajah (King Grass) merimbun menutupi penglihatan.
Terpaksa rumput ini dipangkas sebagian, dan diperuntukkan langsung
kepada ternak yang dipelihara.

Baru saja pandangan terbuka bebas, terlihat dua rumah. Satu non
permanen sudah tua, dan satunya lagi bangunan permanen yang sedang
dalam tahap pembangunan, berlantai dua. Makam Mursal berada di kawasan
rumah tersebut. Persis di kaki bukit. (fir/ypt/jen/ero)





Sutan Nurdin, Ayah Mursal Esten (Alm): モMimpi Ada
Keramaian...モ

By padangekspres
Senin, 18-Agustus-2003

Kenagarian Kacang, terasa lembab Minggu sore (17/8). Meski baru
memasuki senja, namun suasana setempat sudah mulai gelap. Sesampai di
Pasar Kacang, tak begitu jauh dari tepi jalan lintas Sumatera, tampak
keramaian. Bercampur-baur; keramaian peringatan HUT RI ke-58, dan
suasana duka.
Meski secara umum lebih didominasi keramaian peringatan HUT RI ke-58,
namun warga sebetulnya merasakan duka yang dalam tas kepergian untuk
selama-lamanya anak nagari setempat yang juga Putra Terbaik Bangsa;
Prof Dr Mursal Esten. Terbukti, mereka menyempatkan diri berduyun-duyun
melepaskan jenazah ke pemakaman. Dari Pasar Kacang, letak pemakaman
keluarga tempat disemayamkannya (alm) Mursal Estein sekitar 5 km.

Di antara pelayat, terdapat orang tua almarhum, Sutan Nurdin (88). Ia
menjelaskan モEstenモ yang digunakan pada nama anaknya Mursal
Esten.
Sebetulnya nama itu singkatan dari namanya モSutan Nurdinモ
(Esten=Sutan). Tujuh orang anaknya, semua menggunakan singkatan Esten
tersebut. Dua dari anaknya, termasuk Mursal, kini telah mendahuluinya.

Ketika hadir saat pemakaman di pemakaman keluarga Tanjung Sopan itu,
dia tampak begitu tegar. Tak ada sedikitpun rasa shock, meski sang
istri terus mengawal dirinya. Tampaknya, kondisi ini ada kaitan dengan
mimpinya dua bulan lalu. Dia mengungkapkan, saat itu dia bermimpi di
rumah anaknya di Tanjung Sopan, ada keramaian seperti kenduri besar.
Saat mimpi itu, bersamaan dengan (alm) Mursal Esten baru saja mulai
sakit. Sebagai orang tua yang sudah berpengalaman, arti mimpinya sudah
bisa dibacanya seketika. Ternyata benar, saat dia hadir Minggu sore
(17/8) keramaian dimaksud tak lain pemakaman anak kesayangannya Mursal
Esten.
Semasa hidupnya, Mursal Estein (62), sebagai manusia yang harus
berikhtiar, dinilai teramat gigih. Tercatat, pernah masuk RSUP M Djamil
Padang, RS Selasih, RS di Bukittinggi dan di Bali saat Mursal ikut
seminar. Tapi penyakit gulanya itu tak jua bisa diajak kompromi. Allah
berkehendak lain, memanggil Mursal.

Anak ke dua dari tujuh bersaudara, mantan siswa SD Balerong Kacang itu
harus meninggalkan saudara-saudaranya yang lain. Yakni, Nasrul
(pensiunan perhubungan), Ir Nofri (Pertanian di Makasar), Muliadi
(Wiraswasta di Jakarta), Superman (Syahbandar di Tanjung Pinang),
Zurtina Estein (Guru SMUN 1 Solok). Dilahirkan di Bireun Aceh 5
Sptember 1941. Kini tepat 17 Agustus 2003, dia kembali kepangkuanNya.
Selamat Jalan, Profesor.... (ero)


RantauNet http://www.rantaunet.com
Isikan data keanggotaan anda di http://www.rantaunet.com/daftar.php
-----------------------------------------------

Berhenti menerima RantauNet Mailing List, silahkan ke: 
http://www.rantaunet.com/unsubscribe.php
===============================================

Kirim email ke