Fw:

      Rekan-rekan ysh,
  Dari perpustakaan pribadi almarhum orangtua di Medan, saya menemukan sebuah 
buku. Saya teringat dulu pernah ingin membawa buku itu ke Jakarta, namun 
dilarang, karena almarhum masih menggunakan buku tersebut untuk referensi 
beliau.
   
  Buku tersebut “Ilmu Bumi Militer Indonesia, Djilid II”, karya R. Soegondo 
(Kolonel Inf), diterbitkan oleh Penerbit Pembimbing tahun 1954. Saya 
mencari-cari jilid I-nya, namun tidak ketemu. Buku jilid II ini terdiri atas 2 
bagian, yaitu 1 pemerintahan atas penduduk, dan 2 penduduk Negara Indonesia. 
Bagian pertama terdiri atas 9 bab: menyangkut mengenai daerah, pembagian daerah 
untuk kepentingan angkatan perang, pemerintah, dpr, pengadilan, keuangan, 
perundang-undangan, pertahanan Negara, serta pemeliharaan ketertiban dan 
keamanan umum. Sedangkan untuk bagian kedua  terdiri atas 10 bab: yaitu 
pemandangan umum, penduduk Negara Indonesia, rumah-rumah dan tempat-tempat 
diam, senjata-senjata, alat-alat, sifat-sifat pelbagai suku bangsa Indonesia, 
adat-istiadat dan kebiasaan, Hinduisme, agama Islam, dan agama Kristen.
   
  Buku ini sangat menarik hati, mengingat informasi yang disajikan cukup 
lengkap dan jujur, suatu bahan untuk mengembangkan kajian spatial culture kita. 
Acuan referensi yang digunakan penulis cukup lengkap, pada umumnya merupakan 
literatur Belanda dari berbagai generasi. Saya ingin menulis ulang beberapa 
bagian dari buku itu sebagai informasi kita bersama. Sebelumnya agar dimaklumi 
bila buku ini ditulis pasca perang kemerdekaan dengan referensi yang tertentu 
pula, dan sepertinya ditujukan untuk pembekalan pengetahuan untuk perwira 
militer pada masa itu. Saya berharap informasi ini dapat dimaklumi dengan 
kearifan, tiada maksud lain selain memperkaya pengetahuan tentang masyarakat 
nusantara dari referensi-referensi tua kita. Bilamana diperlukan diskusi, 
mudah-mudahan para pakar antropologi dapat membantu mengarahkan.
   
  Saya loncat dulu ke bagian kedua Bab VI tentang Sifat-sifat Pelbagai Suku 
Bangsa Indonesia. Mengingat isi bab cukup banyak, saya coba memilah-milah bahan 
ini dalam postingan, dan tentunya tidak keseluruhan akan disampaikan mengingat 
waktu dan kesempatan. Saya lakukan sedikit perbaikan redaksi agar sesuai dengan 
EYD. Demikian sementara waktu. Salam.
   
   
  “Umum
  Seorang perwira yang mendapat tugas untuk memimpin pasukan yang terdiri dari 
pelbagai suku bangsa, perlu sekali mengetahui sifat-sifat tabiat, 
adat-istiadat, kebiasaan, agama dan kebudayaan serta pengetahuan dari suku-suku 
bangsa itu.
   
  Lagi pula ia harus paham akan cara hidup, pendapat-pendapat dan pengertian 
tentang agama dan kemasyarakatan dari orang-orang yang ada di bawah 
perintahnya. Dengan lain kata, ia harus mempelajari dengan teliti ilmu tanah 
(sebagian telah dimuat dalam jilid I) dan ilmu bangsa dari Indonesia (sebagian 
dikupas dalam jilid ini). Dengan jalan demikian ia tak akan membuat 
tindakan-tindakan atau tak akan mempunyai pendirian-pendirian yang salah dan 
sangat merugikan, baik untuk kepentingan Negara, maupun untuk kepentingan 
dirinya sendiri.
   
  Syarat-syarat untuk menjadi perwira harus lebih berat lagi, apabila ia harus 
melakukan kewajibannya dalam tentara yang modern, yaitu tentara yang sebagian 
besar terdiri dari wajib tentara. Dalam hal itu semua wajib tentara dipaksa 
harus mengikuti latihan militer. Mereka berasal dari pelbagai lapisan 
masyarakat; derajatnya, kedudukannya, corak politiknya, dsb sangat berbeda.
   
  Berhubung dengan uraian di atas ini, maka saya menyediakan tempat untuk 
mengupas soal-soal yang disebut dalam permulaan bab ini.
   
  Mengenai sifat-sifat tabiat, dapat dikatakan, bahwa dengan mengenal 
betul-betul sifat-sifat tabiat prajurit-prajuritnya, seorang perwira akan 
mengetahui juga cacat-cacatnya, sehingga ia akan dapat menggunakan sifat-sifat 
baik yang tersembunyi dalam dada mereka.
   
  Kalau seorang perwira telah paham akan sifat tabiat itu, maka ia akan 
mengerti bahwa, oleh karena sifat-sifat dari pelbagai suku bangsa, yang tentu 
sangat berlainan itu, tidak pada tiap-tiap prajurit akan terdapat kesukaan dan 
bakat untuk menjadi prajurit. Beberapa suku bangsa mempunyai sifat gagah 
berani, oleh karena itu mudahlah baginya untuk menyesuaikan dirinya dalam 
ketentaraan; beberapa suku bangsa lainnya bersifat pasif, lebih banyak minta 
perhatian si pendidik.
   
  Maka oleh karena itu harus dianggap sebagai syarat mutlak bagi tiap-tiap 
perwira untuk mempunyai pengertian dalam tentang sifat-sifat tabiat dari 
pelbagai suku bangsa, terutama sifat-sifat yang penting dipandang dari sudut 
kemiliteran.
   
  Sayang sekali bahan-bahan yang akan dipergunakan untuk meninjau sifat-sifat 
tabiat ini, pada umumnya diambil dari sumber-sumber asing, khususnya dari 
sumber Belanda, seperti juga halnya dengan bahan-bahan lain mengenai ilmu tanah 
dan ilmu bangsa Negara kita.
   
  Belanda yang telah menjajah Indonesia selama 3,5 abad, telah beberapa kali 
bertempur menghadapi pelbagai suku bangsa Indonesia. Dalam 
pertempuran-pertempuran itu Belanda menggunakan beberapa suku bangsa Indonesia 
juga (Jawa, Sunda, Madura, Timor, pelbagai suku bangsa Maluku, Minahasa, Batak, 
Bugis, Melayu). Oleh karena itu Belanda banyak mempunyai kesempatan untuk 
mempelajari dan mengumpulkan catatan-catatan mengenai sifat tabiat tiap-tiap 
suku bangsa Indonesia yang masuk dalam tentaranya.
   
  Apabila pembaca merasa, bahwa sifat tabiat mengenai suku bangsanya kurang 
tepat, maka janganlah dilupakan, bahwa yang diuraikan dalam kitab ini adalah 
merupakan pendapat-pendapat yang berdasarkan penyelidikan dan pengalaman dalam 
waktu yang berabad-abad lamanya dan yang termasuk dalam pertanggungan jawab si 
penimbang.
   
  Lagi pula seperti hal-hal lainnya, sifat-sifat tabiat itu dapat berubah juga, 
menjadi baik atau menjadi buruk, semuanya berhubung dengan faktor-faktor yang 
mempengaruhinya. Kemerdekaan yang telah kita capai misalnya, dapat membawa 
sifat perasaan tanggung jawab yang lebih besar, akan tetapi dapat pula 
mengurangi sifat baik bangsa Indonesia pada umumnya, ialah rajin bekerja. Oleh 
karena masuknya ideologi baru, maka sifat takut berubah menjadi sifat berani, 
sehingga timbul semangat untuk berjuang mati-matian.
   
  Uraian sifat-sifat tabiat itu, mengenai suku bangsa sebagai satu golongan 
masing-masing dan tentulah di antaranya banyak orang-orang yang mempunyai sifat 
sebaliknya. Jika misalnya bangsa Aceh terkenal sebagai bangsa yang gagah 
berani, maka dengan sendirinya di antaranya terdapat juga orang-orang yang 
bersifat penakut. Kalau bangsa Minahasa dianggap sebagai bangsa yang baik 
sebagai prajurit, maka tentu di antaranya banyak orang-orang yang tidak 
mempunyai sifat demikian.
   
  Akhirnya perlu dikemukan, bahwa dengan meninjau sifat-sifat itu, buku ini 
tidak mengandung maksud untuk menimbulkan silang-selisih antara suku-suku 
bangsa Indonesia, akan tetapi sebaliknya untuk memenuhi kepentingan bangsa dan 
Negara. “
   
  -bersambung-


       
---------------------------------
Food fight? Enjoy some healthy debate
in the Yahoo! Answers Food & Drink Q&A.
--~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~
Berhenti (unsubscribe), kirim email ke: [EMAIL PROTECTED]

Konfigurasi dan Webmail Mailing List: http://groups.google.com/group/RantauNet
Daftar dulu di: https://www.google.com/accounts/NewAccount
-~----------~----~----~----~------~----~------~--~---

Kirim email ke