Sanak Arnold, Ini kajian menarik, dan kalau dikembangkan bisa menjadi bagian dari "ideal type" yang disebut pak Saaf kemaren. Saya coba memahami - tepatnya mengacak2 data tersebut, tapi mentok - mungkin krn tadi malam udah jam nya tidur - haha. Akhirnya saya sampai ke "keputusan yang paling bijaksana", dari pada cape mikir, mendingan tanya aja ke sanak Arnold, ha ha. Pertanyaannya mengenai tabel 6 dan 7. Apakah keduanya merupakan 'rincian' dari tabel 5?. Kalau iya (pemahaman saya tadinya ini, sebelum saya ragu), memang benar bahwa Latar Belakan Budaya merupakan ranking tertinggi - 25 orang. Tapi ini tidak terlalu jauh dengan rangkin berikutnya - karena Nilai Ekonomis FE yang 24 orang. Jadi BBT lah, bedanya sekitar 1,25%. Tapi kalau kedua tabel tersebut merupakan hasil dari semacam cross sectional (kayanya sih ga, tapi krn ragu mendingan saya tanya juga, ha ha); urutan rankingnya menjadi: 1-Latar Belakang Budaya + Nilai Ekonomis FE (22); ranking 2 (teman + Nilai Ekonomis FE = 20) dst. Dengan kata lain, justru faktor Nilai Ekonomis FE yang menjadi faktor penentu. Saya juga agak curious dengan tentang simpulan di alinea terakhir: "Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh lingkungan dan latar belakang budaya masih sangat besar bagi para mahasiswa keturunan Cina sehingga mereka lebih banyak memilih fakultas ekonomi". Menurut pemahaman saya, karena populasi sampelnya hanya keturunan Cina yang sudah masuk di FE, kajian ini hanya bisa menjelaskan kelompok keturunan Cina yang ada di FE saja - tapi tidak menjelaskan tentang mahasiswa keturunan Cina.
Wasalam Riri Arnoldison <[EMAIL PROTECTED]> wrote: FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB MAHASISWA KETURUNAN CINA BERMINAT MEMILIH FAKULTAS EKONOMI --------------------------------------------------------------------- Oleh : Yun Sopupami, S.Psi Imigrasi yang terjadi pada suatu negara membawa dampak yang cukup banyak bagi negara tersebut, salah satunya misalnya perkawinan antar ras, suku, agama dan budaya . Hal-hal ini pulalah yang nampaknya marak terjadi di Indonesia karena di Indonesia kita jumpai beragam ras dan suku bangaa. Perkawinan antar ras di Indonesia yang banyak kita jumpai adalah antara orang pribumi asli dengan mereka yang berasal dari ras mongoloid atau yang lebih sering disebut sebagai suku bangsa Cina. Perkawinan campur atau asimilasi inilah yang menghasilkan warga negara Indonesia yang merupakan keturunan Cina. Kehadiran keturunan Cina di Indonesia secara umum sudah dapat diterima dan dapat hidup berdampingan dengan suku-suku bangsa lain secara sehat, walaupun perbedaan-perbedaan fisik masih banyak terlihat seperti misalnya warna kulit yang lebih putih, bentuk muka yang tipikal dan bentuk mata yang lebih kecil (sipit) Apabila dilihat lebih jauh, sebenarnya percampuran dan pembauran itu seharusnya telah terjadi dengan baik, karena menurut Alatas (1988), orang-orang Cina telah menginjakkan kakinya dan berdagang di Indonesia sejak awal abad ke-14 sehingga secara otomatis maka mereka telah melalui berbagai episode sejarah yang sama dengan yang dilalui oleh orang-orang pribumi asli. Pemerintah Indonesia sejak Indonesia merdeka juga telah membuat berbagai kebijakan yang mendukung pembauran, mulai dari aspek pendidikan sampai aspek ekonomi dan sosial budaya. Di bidang ekonomi misalnya, mereka diperbolehkan untuk berusaha dan bekerja di lapangan pekerjaan apapun yang dilegalkan oleh negara bagi seluruh warga negara Indonesia. Sementara di bidang keagamaan, mereka kini diperbolehkan untuk merayakan imlek (tahun baru Cina) secara terbuka dan melaksanakan ritual keagamaannya juga secara terbuka. Di bidang pendidikan, sekarang pemerintah tidak lagi jumlah lulusan SMU yang berlatar belakang etnis Tionghoa untuk masuk ke universitas negeri sehingga mereka tidak perlu lagi berkumpul di universitas swasta tertentu yang ekslusif yang mengakibatkan sosialisasi mereka menjadi terbatas, serta mereka juga diperbolehkan untuk menempuh program studi apapun yang menjadi minat mereka. Berkaitan dengan hal tersebut, fenomena yang sangat sering kita jumpai adalah, mereka yang merupakan warga keturunan Cina terlihat mayoritas memilih fakultas ekonomi di perguruan tinggi atau memilih sekolah tinggi yang mengkhususkan pada bidang ekonomi. Berdasarkan survei yang dilakukan secara acak, dari 100 orang siswa SMU di Surabaya yang merupakan keturunan Cina, kurang lebih 65 orang menyatakan bahwa mereka berencana untuk memilih fakultas ekonomi bila mereka lulus dan akan melanjutkan ke perguruan tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa minat para remaja keturunan Cina tersebut lebih banyak tertuju pada fakultas ekonomi. Selain itu, berdasarkan data jumlah mahasiswa aktif yang kuliah di Universitas 17 Agustus 1945 pada tahun 2000, terdapat 255 orang mahasiswa keturunan Cina dan 62,4 % dari jumlah tersebut berada pada fakultas ekonomi dan sisanya sebanyak 48,6 % tersebar pada berbagai fakultas di Untag. Data-data diatas menunjukkan adanya minat dan motivasi yang cukup tinggi dari para keturunan Cina untuk mendalami bidang ekonomi. Fenomena dan data-data tersebut menimbulkan pertanyaan mengenai faktor-faktor apa saja yang menjadi penyebab mahasiswa keturunan Cina berminat untuk memilih fakultas ekonomi. Berdasarkan teori Fishbein dan Azjen yang menyebutkan bahwa niat dan perilaku muncul sebagai hasil interaksi sikap terhadap perilaku tertentu dan norma subyektif terhadap perilaku tertentu maka perilaku memilih fakultas ekonomi pada mahasiswa keturunan cina akan diteliti dengan 2 faktor penyebab yang telah ditetapkan yaitu faktor penyebab yang berasal dari sikap individu terhadap perilaku memilih fakultas ekonomi yaitu faktor penyebab yang berasal dari sikap dan pendapat individu itu sendiri terhadap fakultas ekonomi, diungkap melalui indikator nilai ekonomis fakultas ekonomi misalnya mudah atau tidaknya mencari kerja setelah lulus dari fakultas ekonomi dan gengsi atau prestise yang diperoleh dengan masuk ke fakultas ekonomi, dan popularitas fakultas ekonomi. Faktor yang kedua yaitu norma subyektif terhadap perilaku memilih fakultas ekonomi yaitu faktor penyebab yang berasal dari pendapat lingkungan individu yang diungkap melalui indikator orang tua, teman, dan latar belakang budaya. Penelitian dilakukan di Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya. Variabel yang diteliti adalah faktor penyebab perilaku memilih fakultas ekonomi pada mahasiswa keturunan Cina. Subyek yang dilibatkan adalah sebanyak 111 orang yang merupakan mahasiswa fakultas ekonomi keturunan Cina. Alat pengumpul data yang digunakan adalah angket yang terbagi menjadi 2 bagian dimana bagian 1 adalah angket faktor penyebab yang berasal dari sikap individu dan terdiri dari 46 aitem. Bagian 2 adalah angket faktor penyebab yang berasal dari norma subyektif terhadap perilaku memilih fakultas ekonomi dan terdiri dari 17 aitem. Tabel. 1 Karakteristik responden berdasarkan Jenis Kelamin No Jenis Kelamin Jumlah Responden Prosentase 1 Laki-Laki 52 46, 85 % 2 Perempuan 59 53, 15 % Total 111 100 % Tabel. 2 Karakteristik responden berdasarkan status pekerjaan No Status Pekerjaan Jumlah Responden Prosentase 1 Bekerja Part Time 20 18, 02 % Full Time 19 17, 12 % 2 Tidak Bekerja 72 64, 86 % Total 111 100 % Tabel. 3 Karakteristik Responden berdasarkan penggolongan orientasi budaya No Orientasi budaya Jumlah Responden Prosentase 1 Cina Totok 68 61, 26 % 2 Cina Peranakan 43 38, 74 % Total 111 100 % Tabel. 4 Karakteristik Responden berdasarkan tingkatan semester dalam kuliah No Semester Jumlah Responden Prosentase 1 1 8 7, 21 % 2 3 39 35, 14 % 3 4 2 1, 80 % 4 5 24 21, 62 % 5 6 2 1, 80 % 6 7 13 11, 71 % 7 8 2 1, 80 % 8 9 18 16, 22 % 9 10 1 0, 90 % 10 11 1 0, 90 % 11 15 1 0, 90 % Total 111 100 % Berdasarkan data yang diperoleh dari penelitian diketahui bahwa angket sikap individu terdapat 11 aitem gugur dan 35 aitem sahih. Sedangkan pada angket norma subyektif tidak terdapat aitem gugur sehingga terdapat 17 aitem yang sahih. Selanjutnya uji keandalan masing-masing angket memberikan hasil bahwa kedua angket tersebut andal dengan nilai r tt = 0, 896 pada p = 0, 000 untuk angket sikap individu dan rtt = 0, 808 pada p = 0,000 untuk angket norma subyektif Analisa data yang digunakan di dalam penelitian ini adalah menggunakan bentuk prosentase dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor yang paling mempengaruhi mahasiswa keturunan Cina untuk memilih fakultas ekonomi adalah norma subyektif dengan prosentase 61, 26 % dimana indikator yang paling mendukung adalah latar belakang budaya kemudian disusul oleh indikator teman dan terakhir orang tua. Faktor sikap individu hanya mempengaruhi perilaku memilih fakultas ekonomi sebesar 38, 74 % saja dengan indikator nilai ekonomis fakultas ekonomi baru kemudian disusul oleh popularitas fakultas ekonomi. Tabel. 5 Perbandingan antara faktor penyebab yang berasal dari Sikap individu dengan norma subyektif No Nama Faktor Jumlah Responden Prosentase 1 Sikap Individu 43 38, 74 % 2 Norma Subyektif 68 61, 26 % Tabel. 6 Hasil Perhitungan Prosentase untuk angket 1 \Sikap Individu Terhadap Perilaku Memilih Fakultas Ekonomi No Nama Indikator Prosentase Ranking 1 Nilai Ekonomis Fakultas Ekonomi 54, 73 % I 2 Popularitas Fakultas Ekonomi 45, 27 % II Tabel. 7 Hasil Perhitungan Prosentase untuk angket 2 Norma Subyektif Terhadap Perilaku Memilih Fakultas Ekonomi No Nama Indikator Prosentase Ranking 1 Orangtua 30, 93 % III 2 Teman 32, 41 % II 3 Latar Belakang Budaya 36, 66 % I Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh lingkungan dan latar belakang budaya masih sangat besar bagi para mahasiswa keturunan Cina sehingga mereka lebih banyak memilih fakultas ekonomi. -------------------------------------------------------------------------------- --------------------------------- Ready for the edge of your seat? Check out tonight's top picks on Yahoo! TV. --~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~ Berhenti (unsubscribe), kirim email ke: [EMAIL PROTECTED] Konfigurasi dan Webmail Mailing List: http://groups.google.com/group/RantauNet Tapi harus mendaftar dulu di: https://www.google.com/accounts/NewAccount dengan email yang terdaftar di mailing list ini. -~----------~----~----~----~------~----~------~--~---