===(Bagian dari tulisan Jejak Seorang Kampung nan Lagi
Kampungan: UBGB)===


Boleh dihitung dengan jari aku melewatkan Shalat Jumat.  Bahkan ketika punya 
alasan sah buat
meninggalkan shalat jumat, tetap aku usahakan menjalani Shalat Jumat.  Bagiku 
Shalat Jumat adalah hal yang
mengasikkan.  Seperti tebak-tebak buah
manggis, terutama bagian sebelum khotib naik. 
Sangat banyak variasi yang aku temui. 
Bukan bermaksud sombong, aku sudah menunaikan Shalat Jumat di 20 Propinsi
dan beberapa negara di Asia.


 


Masjid-masjid memberikan variasi yang berbeda di bagian pra khutbah dan
khutbahnya.  Dan aku menikmati proses ini
dengan berdebar-debar.  Takut pengurus
masjidnya kelamaan berbicara atau khotib yang ngomong kepanjangan, monoton dan
kadang mulutnya sampai berbuih putih di ujung bibirnya.  Atau aku malah 
menemukan khotib yang isinya
berbobot, singkat dan tepat sasaran. 
Dengan pidato pengurus masjid yang to the point pula.


 


Di kampungku, ada 3 buah masjid yang rutin melaksanakan shalat jumat.  Yang 
pertama adalah masjid Muhammadiyah,
diisi oleh pedagang, pegawai kecamatan, dan keluarga besar bakoku.  Soalnya 
rumah mereka dekat masjid ini.  Yang kedua masjid banda malintang, isinya
adalah orang di kawasan pinggir kampung dan para musafir.  Lokasinya di pinggir 
jalan besar.  Yang ketiga adalah mesjid koto.  Dekat dengan rumahku, isinya 
adalah warga
asli nagari kami.  Para tetua adat.  Inilah masjid resmi nagari.  Lokasinya di 
dekat kantor wali nagari dan
kantor KAN.


 


Masjid Koto punya tradisi yang unik. 
Khotibnya hanya rotasi dari 3 orang saja.  Malin Bungsu, Malin Paduko dan Malin
Marajo.  Imamnya juga bergilir 2 orang,
Mak Etek Idin dan Da Sidang.  Muadzinnya
juga itu ke itu saja, yaitu Mr Dius atau Saat. 
Pengurus Masjid yang suka ngomong yang rada banyak, Sailan, Kakekku
Jasam, Pakiah Bagindo, Pak Nazar Guru atau Rangkayo Bungsu.  Katanya sudah 
tradisi nagari kami seperti
itu.  Kepala KUA adalah orang kampung kami
asli.  Lulusan IAIN ini tidak pernah jadi
khotib Jumat di kampung kami, soalnya ia bukan khotib nagari.  Ia hanya rutin 
berkhotbah di masjid-masjid
lain.


 


 


Acara jumatan di kampungku sangat bertele-tele.  Pidato pengurus masjidnya 
sangat
panjang.  Belum lagi sekali-kali ada
petuah dari Pak Wali Nagari tentang gotong royong dan ini itu segala macamnya.  
Khotbah jumatnya apalagi.  Khotib hanya membaca buku kumpulan khutbah
jumat.  Stocknya pun tidak seberapa.  Gaya membacanya pun kurang meyakinkan.  
Seperti bernyanyi.  Aku saja yang jarang tinggal di kampung,
pernah mendengar khutbah yang sama sebanyak 5 kali.  Aku ingat betul kata-kata 
khotibnya, "banyak
yang reput (repot-pen), tapi tetap sembayang".


 


Ketika kuliah aku suka sholat jumat di kampus dan masjid dekat kos.  Kalau di 
kampus, standar saja lah.  Acara dimulai oleh pidato anak DKM, mahasiswa
jenggotan, ngomong pelan, celana yang senteng di atas mata kaki.  Khotibnya 
pake bahasa yang tinggi.   Seringnya menghujat amerika dan kapitalis,
dan menyerukan kembali ke sistem islam.  Kalau
masjid dekat rumah, biasa masjid kampung. 
Khotibnya seperti orang pake kerudung. 
Membawa tongkat pula.  Tapi masih
pake bahasa Indonesia, kalau di tempatku KKN dulu mereka bergaya sama tapi
pakai bahasa arab.  Ritual pra
khutbahnya, sedikit mirip di kampungku. 
Bedanya cuma pakai bahasa sunda saja. 
Situasi seperti ini banyak kita temui di daerah-daerah pedalaman Jawa
dan Kalimantan.


 


Kalau di masjid dekat kantorku, ritualnya mirip-mirip di masjid
kampus.  Bedanya, yang datang kebanyakan
ketika khutbah udah berlangsung seperempatnya. 
Dan ketika khotib berkutbah, banyak yang jongkok sambil merokok.  Untuk khotib, 
beberapa kali ada beberapa
orang nama terkenal.  Pilihan kata dan
intonasi mereka biasanya mantap-mantap. 
Terkadang ada juga habib yang berkhotbah.  Suaranya sengau arab.  Sangat 
energik berpidato.  Terutama pada bagian menentang amerika dan
pengaruh televisi.


 


Pernah aku Shalat Jumat di Beijing saat musim dingin baru berakhir.  Masjidnya 
jauh di pinggir kota, kesananya
naik bus dengan beberapa orang kawan.  Airnya
begitu dingin ketika wudhu.  Jamaatnya
adalah orang cina dan turunan arab/persia. 
Pidato pengurus dan khotbah menggunakan bahasa yang aku tak
mengerti.  Ketika shalat berlangsung,
selepas al-fatihah, aku dan kawan-kawan langsung berteriak amin keras-keras,
seperti di tanah air.  Ternyata disana,
jamaahnya hanya diam saja selepas imam membaca al fatihah.  Banyak jemaah lain 
yang menoleh ke kami.  Mereka bingung mungkin dengan perangai dan
penampakan kami yang berbeda dengan mereka. 
Abis jumatan, kami pun langsung kabur. 
Tidak mau dilihat orang-orang dengan sorot mata aneh.


 


Di pedalaman Cililitan Jakarta beberapa tahun silam. Di sebuah masjid
kampung kecil, aku menemukan pengalaman jumatan yang berkesan.  Isi khotbahnya 
sangat menarik hatiku, intinya
sebuah ajakan untuk berbuat baik. 
Mirip-mirip jargon 3 M, AA Gym. 
Cuma si khotib menyampaikan dengan bahasa yang sangat menarik.  Sedikit puitis 
dan filosofis.  Penasaran, aku menunggu beliau di teras
selepas sholat di teras masjid.  Biasanya
abis salam, aku langsung kabur mencari warung buat makan siang, atau pulang ke
rumah kalau shalatnya di masjid dekat rumah. 
Aku ajak beliau bersalaman, kami pun sempat ngobrol sebentar.  Lalu ia 
menanyakan kerja dan kuliahku, lalu
ia bilang dulu banyak alumnus tempat kuliahku di tempat kerjanya dulu.  Sambil 
menyebut sebuah perusahaan besar dan
terkenal di negeri ini.


 


Sayang, khotbah seperti di Cililitan tak pernah lagi kudengar.  Isi khotbah 
sekarang, kebanyakan hanya berisi
hujatan, cacian dan sikap menyalahkan. 
Kadang-kadang kepanjangan pula retorika-retorikanya.  Jamaah pun lebih memilih 
lalok-lalok ayam
daripada serius mendengarkan.  Menebak
buah manggis ritual shalat jumat, menjadi tak seru lagi.  Sebelum wudhu, aku 
sudah bisa memperkirakan
materi yang disampaikan khotib.  Untuk ke
depan, memperkirakan jumlah hasil celengan jemaah mungkin lebih menantang.  Aku 
pun bisa terpacu datang duluan ke masjid,
biar laporan keuangan pengurus tidak terlewat. 
Kan yang datang duluan dapat kambing. 

Hehehehe....



:: arsipnya dapat dilihat http://ubgb.blogspot.com/





       
____________________________________________________________________________________
Take the Internet to Go: Yahoo!Go puts the Internet in your pocket: mail, news, 
photos & more. 
http://mobile.yahoo.com/go?refer=1GNXIC
--~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~
Berhenti (unsubscribe), kirim email ke: [EMAIL PROTECTED]

Konfigurasi dan Webmail Mailing List: http://groups.google.com/group/RantauNet
Tapi harus mendaftar dulu di: https://www.google.com/accounts/NewAccount dengan 
email yang terdaftar di mailing list ini.
-~----------~----~----~----~------~----~------~--~---

Kirim email ke