Assalamualaikum w.w. Sanak Zulfikri,

Tarimo kasih ateh kiriman karangan Pak Wisran Hadi nan
di bawah ko. Ambo sabana tagalak sengeng  mambaco
sindiran aluih baliau ko. 

Supayo kato bajawab, gayuang basambuik, ingin bana
ambo mambaco apo tanggapan dari "Dt. Bana Tan Tapo"
atau nan mawakili baliau, taradok sindiran ko. Kan
indak sero kalau kito hanyo mambaco kritik safihak
sajo.

Atau kito mintak Pak Wisran Hadi untuak manaruihkan
karangan baliau ko, icak-icak marupokan jawaban dari
"Dt Bana Tan Tapo" tu ?

Wassalam,
Saafroedin Bahar

--- [EMAIL PROTECTED] wrote:

> CATATAN "TERCECER" SI MALIN KUNDANG
> 
> I. Nama dan Gelar  
> 
> Sejak abak mati karena kerja rodi sebagai seorang
> anak aku bertekat untuk menjadi anak yang berguna.
> Membela ibuku. Niat itu kusampaikan pada ibu setelah
> dia kembali dari kota Gede, dan segera ibu merobah
> namaku dari si Buyung menjadi "Gunawan". Anak yang
> berguna. 
> 
> Kemudian, setelah Islam masuk, tanpa setahuku ibu
> memberikan nama tambahan di depan namaku itu dengan
> "Muhammad". Dan setelah aku menaiki pelaminan,
> orang-orang memanggil gelarku "Malin", maksudnya
> mungkin orang yang soleh. 
> 
> Maka pergilah aku merantau. sewaktu aku pulang
> sebentar melihat ibu, aku sempat bertanya kepadanya:
> "Mak, kenapa sewaktu Belanda masuk atau Jepang
> datang namaku tidak ditambah pula dengan "Albert
> atau Yamaguci" misalnya. Ibuku menjadi marah dan dia
> menggerutu. Mamakmu sendiri bergelar Datuk Bana Tan
> Tapo, tetapi secuil pun tak pernah dia berusaha
> menegakkan kebenaran dan takutnya pada orang kalau
> diuji pendapatnya bukan main.
> 
> Sekarang kau sudah dipanggil orang si Malin. Padahal
> apa yang kau kerjakan di rantau menjadi "pancacak"
> !?. O !, kalau begitu tahulah aku kini. Tampaknya
> antara nama dan gelar seperti tidak ada hubungan
> sama sekali dengan  tingkah laku dan perbuatan. 
> 
> II. Merantau Cina 
> 
> Sewaktu aku akan pergi merantau, ibuku berpesan:
> "Malin, jangan lah kamu merantau Cina. Hujan emas di
> negeri orang, hujan batu di negeri awak, lebih baik
> juga negeri awak". Aku mengangguk mengiyakan. 
> 
> Tapi sewaktu orang-orang Cina sudah mulai membeli
> tanah pusaka kami, ibuku segera mengirim surat kilat
> khusus yang isinya: "Malin, merantaulah seperti Cina
> !. Beli tanah dimana saja. Tanah pusaka kita
> ternyata telah dikapling-kapling mereka !".  
> 
> Surat kilat khusus itu dibaca istriku, Puti Manih
> Talonsong (sebelum menjadi isteriku, nama kecilnya
> Cian Phao). Setelah surat itu dibacanya, dia
> tersenyum. "Jangan tanahmu, kau sendiri kan sudah ku
> kapling jauh sebelum itu"  
> 
> Maaf mamak Datuk !, kata aku kepada mamakku, aku
> terpaksa kawin dengan Puti Manih Talonsong itu
> karena aku dulu jadi anak semang Baba Laweh,
> bapaknya.    
> 
> III. Anak dipangku Kemanakan. ?   
> 
> Restoran "Bim Bing" suasananya enak dan
> remang-remang. Aku pelanggan restoran itu tanpa
> setahu Cian Phao, soalnya ada Puti Basusual Intan
> disana. Aku yakin dia sama asal atau sekampung
> dengan ku, tapi separo mati pula dia bertahan
> mengatakan tidak. Dalam pertengkaran itu aku pangku
> dia habis-habisan. Tiba-tiba seorang tua
> tertelungkup di depan kami, pingsan. Seteleh
> ditelentangkan, Puti Basusual Intan terperanjat
> "Ayahku !" teriaknya. Kuraba kepala yang pingsan
> itu. Ternyata dia Datuk Bana Tan Tapo mamakku.
> Rupanya dia jatuh pingsan melihat aku begitu penuh
> nafsu memangku Puti Basusual Intan. 
> 
> Insiden kecil ini di jadikan Head Line Surat Kabar
> "Datuk Bana Tan Tapo pingsan karena Anak dipangku
> kemanakan di Bim Bing" ?.
> Pada mulanya insiden, akhirnya menjadi petuah adat
> sampai sekarang gara-gara wartawan.   
> 
> IV. "Rumah Gadang bapaga Adat"   
> 
> Aku sudah mengirimkan sejumlah uang berkali-kali
> sebagaimana yang diminta mamakku Dt. Bana Tan Tapo
> untuk menyiapkan "rumah gadang" kaum kami. Kemudian
> ibuku mengirim surat pula supaya mengirimkan uang
> lagi untuk membuat pagar rumah gadang itu. Semuanya
> aku penuhi. Tapi sewaktu aku pulang ke kampung
> melihat rumah gadang itu, ternyata tidak ada pagar
> atau tanda akan diberi pagar. segera kutemui mamakku
> Dt. Bana Tan Tapo menanyakan kenapa pagar belum juga
> dibikin sedangkan uangnya sudah dikirim lebih.
> "Rumah gadang bapagar Adat" Malin !, bukan berpagar
> besi seperti rumah sekarang !, jawabnya tenang. 
> 
> Dan uang yang telah kukirimkan digunakan buat apa ?,
> kan buat bikin pagar !, kataku kesal. 
> Sambil menangis merangkulku dia berbisik "Kau saja
> sanggup beristeri sampai lima, pada hal kau belum
> jadi Datuk !". Aku bingung !. 
> 
> "Uangmu telah kugunakan untuk kawin lagi, gengsi
> kalau penghulu seperti aku tidak punya banyak
> isteri, sepertinya aku tidak laku !". 
> 
> Mungkin inilah sebabnya rumah gadang di Minangkabau
> semakin berkurang, kalau kemanakan di rantau selalu
> mengirimkan uang disalah gunakan oleh mamaknya.   
> 
> V. "Masyarakat Ilmiah"   
> 
> Datuk-datuk yang selalu mengadakan rapat atau sidang
> di Balai Adat mempunyai tata cara tersendiri. Setiap
> kata harus dijelaskan arti dan maksudnya supaya
> tidak terjadi kesalah pengertian. Dan bagi yang
> memberikan jawaban, mengulang kembali penjelasan itu
> dan setelah disepakati bahwa arti dan maksudnya
> sama, baru persoalan dilanjutkan. 
> 
> Jika sekiranya yang dibicarakan tentang perkawinan,
> terlebih dahulu disamakan pendapat tentang "kawin"
> itu, apa yang dilakukan bila kawin, kawin cara siapa
> dan seterusnya. Setelah itu baru persoalan
> dilanjutkan "siapa yang akan kawin", bagaimana
> kawinnya, dimana dan kapan ? dan seterusnya. 
> 
> Kadang-kadang rapat itu hanya membicarakan tentang
> sebuah durian yang jatuh ke halaman orang lain,
> terpaksa mereka rapat sampai lima atau enam hari. 
> Repot !, tapi kata Datukku itu adalah sikap ilmiah.
> Semua harus punya rujukan yang jelas. Kalau mengutip
> pendapat orang lain harus di konfirmasikan sampai
> benar-benar diakui sebagai pendapat, bukan pendapat
> kita. Aku mengangguk membenarkan.    
> 
> Sewaktu dia tersinggung karena aku kawin lagi
> sedangkan isterinya sebagai Datuk baru tiga, dia
> memakiku; "Anjiang kamu Malin !". 
> 
> Aku tenang saja, tapi ketenangan ku membuat
> kemarahannya melimpah ruah; "Hei Malin ! Hanya Datuk
> yang boleh bersiteri banyak ! Kau telah menghina
> semua Datuk yang ada di negeri ini !"  "Anjing !,
> Anjiang kau !", suaranya semakin serak dan akhirnya
> menangis.   
> 
> Setelah reda kemarahannya lalu ku katakan, bahwa
> kita harus bersikap ilmiah. Kita ini masyarakat
> ilmiah. Segala sesuatunya harus jelas. Jika mamak
> Datuk mengatakan anjing, supaya dijelaskan anjingnya
> anjing apa, kurapan atau hitam, jantan atau betina
> dan turunan anjiang apa !?   
> 
> Tiba-tiba dia berdiri; "Baik !", katanya dengan
> geram. Tubuhnya bergoyang menahan kemarahannya.
> "Anjiang kamu !
> Anjing kumbang !
> Anjing milik Datuk Perpatih Nan Sabatang !
> Yang menggigit dubalang Datuk Ketumanggungan !. 
> 
> Tapi anjing tidak dihukum !
> Yang namanya anjing ! Tentu tidak dimakan hukum !
> Hanya anjing yang memakan hukum !    
> 
> Akhirnya mamakku tertawa
> terpingkel-pingkel sendiri.   
> 
> Wisran Hadi 
> 
> (Dikutip dari "Majalah Adat dan Kebudayan
> Minangkabau LIMBAGO", terbitan Desember 1986)
> Sumber :
>
http://zulfikri.wordpress.com/tag/humor-renungan/page/2/
> 
>
> 
> 
=== message truncated ===



       
____________________________________________________________________________________
Got a little couch potato? 
Check out fun summer activities for kids.
http://search.yahoo.com/search?fr=oni_on_mail&p=summer+activities+for+kids&cs=bz
 

--~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~
===============================================================
Sukseskan Pulang Basamo se Dunia, bulan Juni 2008.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Website: http://www.rantaunet.org
===============================================================
UNTUK SELALU DIPERHATIKAN:
- Harap memperhatikan urgensi posting email, yang besar dari >300KB.
- Hapus footer dan bagian yang tidak perlu, jika melakukan reply.
- Email attachment, tidak dianjurkan! Tawarkan kepada yang berminat dan kirim 
melalui jalur pribadi.
===============================================================
Berhenti (unsubscribe), kirim email ke: [EMAIL PROTECTED]

Webmail Mailing List dan Konfigurasi keanggotaan lihat di:
http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe
Dengan terlebih dahulu mendaftarkan email anda pada Google Account di:
https://www.google.com/accounts/NewAccount?hl=id&cd=US&service=groups2.
==========================================================
-~----------~----~----~----~------~----~------~--~---

Kirim email ke