Ketika menjadi tuan rumah pertemuan Bakti Sosial Apakabar (BSA) di RM Natrabu dan RM Garuda di jalan Sabang beberapa bulan lalu, Pak Hasan Zen Mahmud mungkin "tercengang" dan membatin, si uda ini kok masih saja "berani" menyambar gulai tunjang dan gajeboh.
Saya mah, gula darah gak masalah, tensi terkendali, kolesterol? saya berpolitik burung onta saja. Filosofinya, seperti kebanyakan orang Minang generasi saya saya kira, makan gulai tunjang mati, gak makan mati, ya makan saja :D. Masakan Minang di RM Natrabu dan RM Garuda memang khas dan enak. Tetapi perkara gulai tunjang, kedua RM itu masih kalah dari RM Sinar Minang di Pasar Aceh, Banda Aceh. Tunjang sapi, yang diambil hanya dari pergelangan kaki ke bawah, disangai dulu di atas api baru digulai di atas kayu api, sehingga agak kehitam-hitaman, legit dan empuk. Saya pikir begitu warung-warung nasi Kapau tempo dulu memasak gulai tunjang. Warung Nasi Kapau Uni Lis di Pasar Ateh Bukit Tinggi pun tidak seperti itu gulai tunjangnya. Setiap hari libur sebelum Ramadan, saya hampir selalu makan siang di sana, setelah shalat Zuhur dulu di Masjid Raya Baiturrakhman. Nasi tambuah, gulai tunjang satu potong besar (sepiring hanya muat sepotong karena tulangnya tidak dibuang), ekstra sepiring cabe dendeng dan bumbu rendang campur kacang polong digabung jadi satu, teh manis hangat, Alhamdulillah hanya 13 rebu. Kalau saya selesai makan dan bangkit hendak pulang, pelayan perempuannya yang saya tahu dia bukan orang Minang bilang sama saya dengan lembut: "Hati-hati ya kek" :D. Ketika saya tanyakan kepada sang pemilik yang sudah mulai hapal wajah saya, apakah Sinar Minang buka di malam hari selama Ramadan, dijawab iya. Sejak hari pertama Ramadan sampai dengan Sabtu kemarin saya selalu berbuka puasa di Kafe Masakan Aceh di samping kantor. Setelah shalat Magrib dan adakalanya Isya dulu baru pulang ke tempat kos. Nah, hari Minggu kemarin, saya ingin agak memanjakan seleralah. Rencana pun disusun. shalat Magrib dulu di Baiturrakhman, setelah itu berbuka puasa di Sinar Minang, dengan gulai tunjang tentu, dan sesudah itu mencari jajanan khas Aceh. Karena tenggat pekerjaan sangat ketat, saya tetap bekerja di kosan, capek rebahan sebentar. Sebentar-sebentar melihat jam tangan. Ya Haji Darwin hari itu berpuasa kayak cucu-cucunya di Depok :D. Gulai tunjang, man! Ketika rebah-rebahan sehabis shalat asar saya tertidur, dan ketika ponsel saya memekik-mekik pas jam 6, saya segera bebersih dan berwuduk, lalu berangkat ke Masjid Baiturrahman dengan mengantongi aqua gelas dan beberapa buah biskuit di saku baju koko saya. Saya sebenarnya lebih suka membatalkan puasa dengan kurma. Selain mengikuti sunah Rasulullah, saya juga pernah membaca artikel bahwa selain manis, kurma juga sangat kaya nutrisi. Tetapi kurma tanpa biji yang saya beli di supermarket saya taruh di laci meja saya kantor. Saya tiba di Masjid sekitar 15 menit menjelang magrib. Jemaah masih sedikit. Mungkin orang-orang Aceh lebih suka berbuka puasa di rumah. Di Jakarta, termasuk di Istiqlal jemaah shalat magrib selama Ramadan biasanya penuh. Mungkin juga karena selama Ramadan pengurus masjid menyediakan penganan dan air untuk berbuka puasa sumbangan para dermawan. Tidak perduli Anda berpuasa hari itu atau tidak, sehari-hari menjalankan shalat lima waktu atau tidak, berada di sana waktu magrib pasti kebagian jatah. Singkat cerita, selesai shalat dan membaca wirid singkat, dengan sigap saya bangun dan berjalan dengan mantap keluar Masjid. Tetapi ketika keluar dari puntu gerbang masjid yang kearah Pasar`Aceh, saya "terkejut setengah mati", loh kok gelap dan sepi? Tidak kecuali di sebuah jalan yang di hari-hari biasa berderet warung nasi masakan Aceh juga gelap dan sepi. Firasat saya mulai kurang enak. Belum kehilangan harapan, saya mendudu ke RM Sinar Minang. Ondeh mandee, memang terang sih, tetapi etalasenya masih kosong blong! Masak sich si uda pemilik RM yang sudah mulai hapal wajah saya itu bohong? Dengan kuncun saya balik arah. Apa hendak dikata, tidak akar rotanpun jadi. Sayapun masuk sebuah warung nasi Aceh, dengan harapan sehabis makan dapat menikmati secangkir kopi Aceh campur susu kental yang sangat saya sukai itu. Tetapi begitu saya temukan beberapa pengunjung klepas-klepos dengan asap rokoknya, saya mundur teratur saja. Akhirnya, Alhamdulillah, saya berbuka puasa di warung nasi gerobak di emper toko. Selesai makan dan beristirahat sebentar di sana, saya mendengar Azan Isya dikumandangkan di Baiturrahman. Olala, baru saya sadar, Pasar Aceh baru hidup setelah shalat taraweh di Baiturrahman selesai. Ini Aceh bung! Di mana bumi dipijak, di sana langit dijunjung. Kecewa?, seketika ya, tetapi semua itu akhirnya saya syukuri karena semakin menyadarkan saya, bahwa saya, bahwa manusia, selalu memiliki kekurangan-kekurangan, kekonyolan-kekonyolan, dan keterbatasan-keterbatasan. Tidak semua keinginan bisa terlaksana walaupun punya uang, bahkan hanya untuk menyantap sepotong gulai tunjang. Sebuah pelajaran berharga untuk saya Ramadan tahun ini.. Masih pengin gulai tunjang di RM Sinar Minang? Tentu saja. Mungkin nanti setelah saya kembali dari cuti lebaran. Kalau umur panjang, Insya Allah. Wassalam, H. Darwin Bahar St Bandaro Kayo (64 tahun) --~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~ =============================================================== Website: http://www.rantaunet.org =============================================================== UNTUK SELALU DIPERHATIKAN: - Hapus footer dan bagian yang tidak perlu, jika melakukan reply. - Posting email besar dari >200KB akan di banned, sampai yang bersangkutan menyampaikan komitmen akan mematuhi Tata Tertib yang berlaku. - Email attachment, DILARANG! Tawarkan kepada yang berminat dan kirim melalui jalur pribadi. =============================================================== Berhenti (unsubscribe), kirim email kosong ke: [EMAIL PROTECTED] Webmail Mailing List dan Konfigurasi keanggotaan lihat di: http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe Dengan terlebih dahulu mendaftarkan email anda pada Google Account di: https://www.google.com/accounts/NewAccount =============================================================== -~----------~----~----~----~------~----~------~--~---