Dima balahan suku/kampuang awak??
-------------------------------------------------------
Oleh : Marthias Pandoe, Wartawan Senior

HAMPIR setiap nagari di Sumatera Barat, satu kaum dari suku Tanjung
misalnya punya balahan di nagari lain. Bisa saja dalam satu wilayah
kecamatan, atau satu wilayah kabupaten, atau satu wilayah propinsi.
Contohnya orang Tanjuang Saba atau Banda Buek turun dari Solok. Orang
sekitar Lubuk Minturun dan Sungai Lareh Keamatan Koto Tangah Padang,
konon sebagian berasal dari Koto Sani, juga di daerah Solok.

Sebagian orang sekitar Kampung Dalam–Pariaman, kabarnya berasal dari
Bukittinggi/Agam. Di Sicincin ada pepatah yang menyatakan: Ikua darek
kapalo rantau. Orang dari kawasan Batusangkar babalahan ke Payakumbuh.
Beberapa kaum dari Kayu Tanam datang dari Jao Padangpanjang. Dari
Kecamatan Matur berbagi ke salingka Danau Maninjau dan Palembayan.
Balahan adalah pecahan satu kaum yang mendiami satu kampung, yang
tempo doeloe sudah padat dan sawah ladang yang mereka garap makin
sempit. Kaum ini mengambil putusan untuk berbagi menyebar ke tempat
lain, yang masih tersedia tanah garapan. Sekarang namanya mungkin
transmigrasi lokal-spontan.

Karena masih luasnya tanah yang menganggur, pemerintah yang berkuasa
masa itu tidak mengatur berapa luas tanah yang mau ditaruko para
pendatang baru. Tentu semampu tenaga mereka. Namun agar tidak terjadi
sengketa kelak, lebih dini mereka buat batas-batasnya, sawah
bapimatang, ladang bintalak (sempadan). Sekarang untuk transmigrasi
dari Pulau Jawa yang padat penduduknya ke wilayah yang jarang
penduduknya seperti di Sumatera dan Kalimantan, diatur oleh Pemerintah
liwat Departermen Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Nakertrans). Bagi
mereka ditentukan luas tanah garapan. Biasanya masing-masing KK
(kepala keluarga) beroleh dua hektar, yakni untuk perumahan dan
pekarangan. Sebagian lagi untuk usaha tani. Mereka juga diberi rumah
yang sudah pakai sumur dan jaminan pangan seperti beras, gula, ikan
asin, dan minyak tanah untuk kebutuhan satu tahun, sampai tanah
garapannya menghasilkan.

Transmigran lokal-spontan balahan tadi tidak beroleh sembako (sembilan
bahan pokok) untuk jaminan hidup selama satu tahun menjelang tarukoan
menghasilkan. Mereka pun tidak dibuatkan rumah, tapi membangun sendiri
tempat kediaman berupa dangau ketek sekadar dapat berteduh. Alat-alat
pertanian pun dibawa sendiri. Sekadar untuk identitas saat akan
berpisah, dibagilah misalnya alat makan pecah belah atau pakaian
pusaka yang masih bisa bertahan bertahun-tahun. Bagaikan burung tabang
mambawo sarang, selain membawa alat pertanian dan bahan makanan,
mereka pun membawa sukunya seperti Tanjung tadi. Di yang tempat baru
ini mereka terus berkembang biak. Mereka berintergrasi dengan penduduk
setempat, dan alkulturasi sosial-budaya dima langik dijujuang di sinan
tanah dipijak, dima ranting dipatah, di sinan aia disauak.

Untuk mengatur organisasi dalam pasukuan, maka adait diisi limbago
dituang. Ditagakanlah penghulu sebagai pemimpin kaum yang telah
berkembang biak itu, dilengkapi perangkatnya, seperti panungkek,
imam-katik, cadiak-pandai, dan sebagainya. Semuanya merupakan duplikat
dari leluhur tempat asal nenek-moyang mereka. Gelar penghulu di tempat
asal misalnya Datuk Rajo Pangulu, maka di tempat baru ditabalkan pula
gelar yang sama. Demikian juga gelar yang lain-lain. Panungkeknya
sama-sama memikul gelar Datuk Marajo, Imamnya sama-sama bergelar Imam
Marajo. Bahkan nama-nama perempuan begitu juga. Di tempat asal ada
nama Jawana, di tempat baru ada pula nama yang sama bernama Rayam di
tempat asal, demikian pula nama seorang perempuan di tempat baru. Ada
nama Basirun, maka di tempat baru ada fotokopinya. Bagai pinang
dibalah duo. Pada mulanya dibangun satu-dua dangau terpencar letaknya
guna mendakati sawah-ladang.

Jadilah dia taratak mulo babuek, kemudian jadi dusun. Dusun jadi koto.
Kebersamaan waktu itu sangat mengemuka. Kian lama berangsur saling
mendekati, lalu tercipta jiran (tetangga). Yang terpencar
dikampuangkan. Mungkin ini asal kata kampuang. Setelah makin ramai,
maka tercipta pulalah bakampuang dan banagari Dangau-dangau kini
hampir tidak ada lagi, berganti dengan rumah semi-permanen, atau lebih
permanen. Penduduknya pun kian berkembang biak. Guna memenuhi unsur
lazimnya sebuah nagari di Minangkabau, mereka lalu marantang labuah,
mambangun musajik atau surau, balairung. pakan (pasar), tapian mandi,
pandam pakuburan, gotongroyong mambuek banda buatan, membangun
galanggang untuk basilek atau pamedanan tempat berkumpul-kumpul, dan
sebagainya.

Sebagian tanah garapan kaum pendatang tadi diciptakan menjadi ulayat
kaum untuk diwariskan turun temurun kepada anak-kemenakan menurut
garis keturunan ibu dalam sistem materilineal. Lahan ini dinamakan
pusako tinggi. Atas kesepakatan pemuka masyarakat waktu itu disediakan
pula tanah ulayat nagari. Hasilnya untuk biaya nagari dan petugas
nagari. Namun dunia makin berkembang. Ada hubungan balahan itu yang
masih utuh, Kedua pihak membangun jembatan batu, tak lakang dek paneh,
tak lapuak dek hujan. Mereka masih saling kunjung-mengunjungi. Bila
terjadi musibah kematian, atau kalau ada helat perkawinan. ataupun
upacara adat lainnya.

Tapi tak bisa dimungkiri, sebagian besar balahan tersebut sudah kabur,
bahkan terputus sama sekali Walau prasarana jalan sudah bagus dan
tersedia alat transportasi, serta mudah berkomunikasi dengan telepon
tangan yang terdapat hampir di tiap kantong orang saat sekarang ini,
namun generasi muda sekarang tidak perduli lagi dengan balahan itu,
sehingga akhirnya kekerabatan kehilangan jejak. Lambat laun yang
mereka anggap kerabatnya cuma ibu-bapak dan anak-anak satu rumah
saja.Bahkan akan bisa jarak hubungan dengan saudara sepupu. Apalagi
se-kaum. (***)

Padang Ekspres ONLINE, Rabu, 12-Desember-2007

--~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~
===============================================================
Website: http://www.rantaunet.org
===============================================================
UNTUK SELALU DIPERHATIKAN:
- Hapus footer dan bagian yang tidak perlu, jika melakukan reply.
- Posting email besar dari >200KB akan di banned, sampai yang bersangkutan 
menyampaikan komitmen akan mematuhi Tata Tertib yang berlaku.
- Email attachment, DILARANG! Tawarkan kepada yang berminat dan kirim melalui 
jalur pribadi.
===============================================================
Berhenti, kirim email kosong ke:
[EMAIL PROTECTED]

Webmail Mailing List dan Konfigurasi teima email, lihat di:
http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe
Dengan terlebih dahulu mendaftarkan email anda pada Google Account di
https://www.google.com/accounts/NewAccount
===============================================================
-~----------~----~----~----~------~----~------~--~---

Kirim email ke