http://niadilova.blogdetik.com/index.php/archives/974#more-974
Minang Saisuak #97 - Anak Daro dan Ibu-Bapanya dari Solok

Duduk bersanding di pelaminan tentu jadi idaman banyak gadis. Itulah
hari-hari yang dinanti-nanti dalam hidup seorang wanita. Kemeriahan
pesta perkawinan di Minangkabau dengan elok digambarkan oleh sebuah
lagu Minang standar yang berjudul ‘Malam Bainai’. ‘Malam-malam baeko
yo Mamak / Malam-malam bainai, yo Sayang / Anak daro, yo Mamak / Jo
marapulai’, demikian penggalan lirik lagu tersebut yang dipopulerkan
oleh ‘Cik Uniang’ Elly Kasim.

Pesta perkawinan adalah momen yang paling primordial dalam kehidupan
bangsa Indonesia. Artinya, hampir setiap orang, dari taraf sosial
ekonomi apa saja, kalau sudah urusan menikah dan menyelenggarakan
pesta perkawinan, langsung tampak latar belakang etnisnya, karena
mereka cenderung merayakannya dengan cara adat etnis masing-masing,
baik yang tinggal di kota (wilayah urban) apalagi yang tinggal di
pedesaan (wilayah rural).

Rubrik ‘Minang Saisuak’ kali ini menurunkan sebuah foto (9×12 cm.)
yang menggambarkan seorang pengantin wanita (anak daro) yang sedang
diapit oleh bapak dan mandeh-nya. Mungkin ini momen saat si anak daro
akan berangkat manjalang ke rumah marapulai (pengantin pria) yang
tentu saja akan diiringi oleh ipa-bisa, andan-pasumandan dan urang
nagari. Dari model sunting di kepalanya dapat diduga pengantin wanita
ini berasal dari darek. Lihat juga galang gadang dan segala perhiasan
emas dan perak yang menggantung di dada pengantin ini. Ibunya memakai
pakaian standar wanita Minang zaman saisuak. Dan penampilan ayahnya,
yang memegang tongkat datuak dan keris tersisip di pinggang,
menunjukan bahwa dia juga cukup disegani dalam nagari. Di latar
belakang kelihatan bagian dinding rumah gadang mereka yang berukir
bamego-mego. Tidak tiketahui kapan persisnya foto ini dibuat dan oleh
siapa. Tapi sangat mungkin foto ini berasal dari paroh pertama abad
ke-20.

Perhelatan tradisional di Minangkabau masih tetap dilestarikan, dengan
segala variasi antar satu dan lain nagari, walau beberapa bagian dari
prosesi perkawinan itu juga telah berubah karena zaman yang beredar
dan musim yang terus berganti.

Suryadi – Leiden, Belanda. (Sumber foto: Tropenmuseum, Amsterdam). |
Singgalang, 29 Juli 2012

Pada 6 Agustus 2012 07:50, Lies Suryadi <niadil...@yahoo.co.id> menulis:
>
> Dek karano banyak silang pandapek mengenai latak salendang induak2 di
> Minangkabau, mako ambo kirimkan ciek tulisan ringan nan mungkin konek
> (nyambuang) co carito awak nan sadang bagadiguah ko. Mudah2an ado gunonyo.
> Mintak tolong ka Dinda Niofend di dapua Rantau Net untuak mancarikan link
> onlinenyo di internet.
>
> Sassalam,
> Suryadi
>

-- 
Wassalam
Nofend | L-36 | CKRG

-- 
-- 
.
* Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain 
wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet 
http://groups.google.com/group/RantauNet/~
* Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi:
- DILARANG:
  1. E-mail besar dari 200KB;
  2. E-mail attachment, tawarkan di sini & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. One Liner.
- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: 
http://forum.rantaunet.org/showthread.php?tid=1
- Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
- Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
- Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti 
subjeknya.
===========================================================
Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/



Kirim email ke