http://as-laksana.blogspot.it/2014/06/surat-terbuka-untuk-pak-amien-rais.html?m=1

Berikut ini seorang AS Laksana (http://id.m.wikipedia.org/wiki/A.S._Laksana) 
membuat surek terbuka utk pak Amien Rais. Sangaik rancak utk dibaco dan diinok 
manuangan.

Surat Terbuka untuk Pak Amien Rais
Kolom Ruang Putih, Jawa Pos, 22 Juni 2014

Pak Amien yang baik, ini kali kedua saya menggunakan kolom ini untuk menulis 
surat terbuka. Sebelumnya, hampir lima tahun lalu, saya menulis surat terbuka 
untuk Presiden SBY. Ketika itu Pak SBY baru memulai periode kedua 
pemerintahannya. Saya pikir memberi saran adalah kewajiban warga negara yang 
baik, sebab performa presiden kurang menggembirakan dan ia mulai menjadi bahan 
ledekan.

Hal yang sama sedang terjadi pada anda saat ini: menjadi bahan ledekan. 
Mula-mula saya mendengar ada satu orang di dalam kerumunan anak-anak muda 
mengajukan tebakan kepada teman-temannya dan ia menjawab sendiri tebakan itu, 
"Apa beda Amien Rais dan tahun kabisat? Tahun kabisat muncul empat tahun 
sekali, Amien Rais setahun lebih lambat, ia muncul lima tahun sekali." Di media 
sosial maupun dalam perbincangan sehari-hari, saya sering membaca atau 
mendengar orang-orang menyebut anda sebagai Sengkuni. Itu seburuk-buruknya 
watak yang saya kenali dalam dunia pewayangan: ia penghasut, ia licik, ia 
menumbuh-suburkan watak angkara. Sebagian dari mereka yang meledek anda adalah 
para pemuda belia yang usianya mungkin belum genap 20 tahun. Saya sedih sekali.

Saya benci mendengar ledekan itu. Kalau menggunakan kata-kata Pak SBY, saya 
prihatin. Anda adalah orang yang saya hormati--sebagai guru, sebagai orang yang 
berdiri di baris terdepan reformasi, juga sebagai orang yang pernah memimpin 
Muhammadiyah, sebuah organisasi yang dibentuk oleh pendirinya dengan tujuan 
mulia dalam kacamata umat Islam. Di luar semua alasan itu, saya pernah kuliah 
di Fisipol UGM dan anda adalah dosen di sana. Meskipun anda tidak pernah 
mengajar saya secara langsung di kelas, saya tetap menghormati anda sebagai 
guru saya.

Ketika anda terjun aktif di dunia politik, dan ikut mendesak Pak Harto turun, 
saya bangga. Pak Harto sudah terlalu lama menjadi presiden dan ia sendiri tidak 
tahu kapan harus turun. Ketika anda menjadi kandidat presiden, 2004, saya 
memilih anda dan berharap anda menang. Saya benar-benar ingin melihat Indonesia 
yang berbeda ketika negeri ini dipimpin oleh intelektual, seseorang yang 
bertahun-tahun bergelut di kampus dan memilih dunia pendidikan sebagai jalan 
hidup.

Dua tahun sebelum pemilihan, saya bahkan menawarkan sebuah konsep kampanye 
untuk anda--saya yakin anda tidak ingat, banyak sekali orang yang menemui anda 
saat itu. Kita bicara di rumah dinas anda sebagai ketua MPR dan pada pertemuan 
kedua Anda langsung setuju. Mudah sekali berbicara dengan anda, saya pulang 
dari rumah anda dengan perasaan sangat senang. Namun konsep itu tidak pernah 
bisa dieksekusi. Saya dan anggota tim sukses yang anda tunjuk untuk menangani 
program kampanye tersebut tidak pernah mencapai kata sepakat. Sebelum pertemuan 
berakhir, saya sampaikan kepadanya, "Pak Amien guru saya, konsep ini saya 
tawarkan karena rasa hormat saya dan dukungan terhadap pencalonannya. Tapi anda 
memperlakukan saya sebagai pedagang Malioboro."

Seorang teman menyarankan agar saya menawarkan konsep itu kepada kandidat lain. 
Saya menolak sarannya.

Pak Amien, hanya sekali itu saya merasa terdorong untuk ikut berkampanye. Pada 
pemilu berikutnya, saya ingat sejumlah kawan menggalang kampanye aktif agar 
pasangan Mega-Prabowo jangan sampai menang. Saya merasa biasa-biasa saja saat 
itu dan yakin bahwa Mega-Prabowo tidak akan menang. Di hari pemilihan, saya 
datang ke bilik suara agak sore dan memilih kandidat yang saya merasa lebih 
sreg dibandingkan dua kandidat presiden lainnya. Saya tidak pernah tertarik 
pada pemilu legislatif. Sejak Gus Dur menyebut DPR sebagai kumpulan anak TK, 
menurut saya mereka tidak pernah naik kelas hingga sekarang.

Tahun ini kita akan menggelar pemilihan presiden lagi dan saya dicekam perasaan 
cemas dan marah oleh gencarnya fitnah dan kampanye hitam yang dilancarkan 
sebagai strategi meraih kemenangan. Mereka bahkan tega menggunakan mulut 
anak-anak, yang suatu sore berjalan beriringan di depan rumah saya, untuk 
menyanyikan lagu yang liriknya betul-betul menjijikkan.

Pak Amien, anda jauh lebih tahu dari saya bahwa Islam mengutuk fitnah dan nabi 
Muhammad mengibaratkan fitnah sebagai malam yang gelap gulita. Itu perumpamaan 
yang sangat bagus. Dalam kepungan fitnah, kita tak bisa melihat cahaya dan 
sulit menemukan sesuatu yang bisa dipegang. Saya heran bahwa anda tidak 
terdorong untuk menghentikan semburan fitnah dan membantu menjadikan situasi 
lebih terang. Anda justru menambahi kobaran fitnah ini dengan seruan Perang 
Badar.

Saya Islam sejak kecil karena kedua orang tua saya Islam. Ada sejumlah kasus di 
dunia fana ini tentang orang-orang yang meninggalkan agama orang tua mereka dan 
memilih agama baru saat mereka tumbuh dewasa, dengan alasan masing-masing. 
Namun saya yakin kebanyakan orang lain di negeri ini seperti saya, dalam 
pengertian bahwa kita tidak bisa memilih siapa ibu yang melahirkan kita, apa 
suku bangsanya, dan apa agamanya.

Fitnah-fitnah hari ini, yang menggelembungkan isu agama dan ras dan apa saja 
yang bisa digunakan sebagai alat untuk meraih kekuasaan, saya rasakan tidak 
saja terlalu keji dan mengerikan, tetapi juga meneror dan memecah belah. Entah 
seperti apa kadar keislaman saya hari ini, saya tetap berharap bahwa 
orang-orang, dari latar belakang agama atau etnis atau kelompok apa pun, bisa 
mempercayai dan ikut merasakan bahwa Islam adalah rahmat bagi semesta. Saya 
tidak sanggup menyaksikan perangai yang menyebabkan orang berpikir bahwa orang 
Islam adalah mereka yang menghalalkan cara apa pun untuk berkuasa.

Yang sedang kita hadapi saat ini hanyalah pemilihan presiden, bukan pemilihan 
panglima perang-perangan atau kapten pertandingan gobak sodor. Ini hanya 
ikhtiar duniawi untuk mendapatkan orang yang lebih baik dalam memimpin sebuah 
pemerintahan.

Untuk itu, yang kita perlukan bukanlah mental perang-perangan atau petak umpet 
sambil melempar sampah, melainkan ajakan untuk meneliti rekam jejak setiap 
kandidat. Cukup sering saya menyampaikan kepada teman-teman: "Pilihlah orang 
yang catatan masa lalunya baik, lebih utama adalah orang yang di masa lalu 
telah melakukan tindakan-tindakan yang berguna bagi kepentingan orang banyak." 
Pada seseorang dengan rekam jejak yang baik, anda tahu, kita bisa berharap akan 
adanya pemerintahan yang mampu memberi kebaikan bagi seluruh warga negara.

Kita semua tahu bahwa, jauh sebelumnya, nama Jokowi terlalu kuat sebagai 
kandidat dibandingkan nama-nama lain dari partai apa pun. Harus diakui faktanya 
seperti itu. Cukup sering saya membaca pernyataan-pernyataan negatif anda 
tentangnya. Namun popularitas dan tingkat elektabilitas gubernur DKI Jakarta 
ini tetap tak tertandingi. Maka anda pun akhirnya berupaya menjodoh-jodohkan 
Jokowi dengan Hatta Rajasa. Para pentolan dari partai-partai lain--Golkar, PPP, 
dan PKS--juga berbuat serupa. Mereka mendekati Jokowi pada awalnya. Saya 
membaca berita tentang ini semua di media massa.

Kalau akhirnya anda dan kawan-kawan bergandeng tangan dengan Gerindra yang 
mengusung Prabowo, dan kemudian anda mengatakan Bung Bowo dan Bung Hatta serupa 
benar dengan Bung Karno dan Bung Hatta, itu hanya langkah politik yang sangat 
pragmatis. Orang tahu bahwa itu melulu urusan tawar-menawar--gagal dengan satu 
pihak, lalu terakomodasi oleh pihak yang lain.

Maka, saya tercengang dengan adanya fitnah-fitnah SARA dan pengondisian yang 
menyesatkan seolah-olah yang sedang berlangsung saat ini adalah perjuangan suci 
untuk mengibarkan panji-panji agama. Lalu orang-orang dari dua kubu berseteru 
dalam kegelapan. Saya yakin tidak ada yang ideologis dalam urusan ini. Para 
politisi kita bukan kumpulan orang-orang yang ideologis. Mereka hanya kawanan 
yang tergiur oleh kekuasaan, atau setidaknya bisa ikut serta dalam gerbong 
kekuasaan. Anda sendiri juga pernah mengatakan, demi membuka peluang untuk 
mendekati kandidat yang semula paling dijagokan, bahwa Jokowi dan Hatta Rajasa 
seperti Bung Karno dan Bung Hatta.

Sekarang situasi kian panas dan gelap. Beberapa orang berpikir bahwa seusai 
pemilu pasti terjadi kerusuhan. Saya menolak pikiran seperti itu. Kami punya 
nalar dan saya yakin seusai pemilu semuanya baik-baik saja--kecuali ada 
provokasi, kecuali ada yang sengaja mengudak-udak air kolam yang tenang. Rakyat 
bisa terpancing, anda tahu, tetapi mereka biasanya bukan pihak yang memulai. 
Jadi kalau sampai kerusuhan itu terjadi, para elite politik, termasuk anda, 
adalah orang-orang pertama yang patut dipersalahkan.

Saya sudahi surat saya, Pak Amien. Kalaupun anda tidak membaca surat ini, atau 
membaca namun tidak merasa perlu menganggap penting apa yang saya sampaikan, 
saya akan baik-baik saja. Memang saya marah pada fitnah-fitnah yang 
berseliweran, tetapi saya tetap menulis dan menyampaikan pemikiran saya dengan 
perasaan gembira.

Semoga anda dan keluarga selalu sehat. Salam dari saya, A.S. Laksana. [*]
Powered by Telkomsel BlackBerry(R)

-- 
.
* Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain 
wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet~ 
* Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, yang melanggar akan dimoderasi:
* DILARANG:
  1. Email besar dari 200KB;
  2. Email attachment, tawarkan & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. Email One Liner.
* Anggota WAJIB mematuhi peraturan (lihat di http://goo.gl/MScz7) serta 
mengirimkan biodata!
* Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
* Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
* Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti 
subjeknya.
===========================================================
Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/
--- 
Anda menerima pesan ini karena Anda berlangganan grup "RantauNet" dari Google 
Grup.
Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini, kirim 
email ke rantaunet+unsubscr...@googlegroups.com.
Untuk opsi lainnya, kunjungi https://groups.google.com/d/optout.

Kirim email ke