Mak Ngah, dd ZD, Fitrianto, Nanang dan pak E. Dt Marajo nan Tuo n.a.h
Dari Panyakik Mamakuak yang Membudaya ke Pengangguran dan Investor Menarik data penganguran dari dd ZD Pememalak parkir hampia ado disatiok tampek tapi Kiktinggi kok taekspos banna Memang io lah coitu bana paremannyo. Nan pemalak parkir ko io mungkin murni pengangguran tapi panjual nasi diwarung kok satolo mamalak. Ada peribahasa di sebagian anak muda “Tidak perlu kerja tetap, yang perlu tetap bekerja, yang penting baik dan halal” Baik dan halal ini yangmungkin kadang tertingggal. Sekarang di nagari usaha mencegah pengangguran ini sudah mulai nampak, investornya Bank setempat. Dibeberapa nagari pengangguran diarahkan atau kesadaran sendiri berusaha membudi dayakan Singkong/Ubi kayu, Jahe/sipadeh , langkuweh, sayuran dll, ditanah ulayat baik HPT sendiri atau menyewa HPT lain mereka berhasil dan dapat pula menarik penganggur lainnya sebagai tenaga kerja. Hanya mereka ini masih terdaftar pengangguran di Depnaker setempat. Kalau cerita dari ranah,yang sulit adalah pengangguran ex SLTA/PT Perlu pembinaan agar mereka cinta kerja, yang penting baik dan halal. Untuk SLTA, sekarang sudah ada SMK pertanian hampir ditiap kecamatan Sumbar, hanya mungkin belum maksimal. Mereka yang tamat SMK itu masih enggan membuka lahan tanah ulayat, banyak yang ingin di belakang meja meskipun harus menunggu tahunan. Nakan Fitrianto. Untuk kesejahtraan, tanah ulayat itu ada berkostribusi seperti kebun jahe dan singkong diatas, hanya belum maksimal, karena SMK yang ada sekarang mungkin belum bisa mendekati Ins Kayu Tanam dan SOMA (Sekolah Oekoer Matua/Matur) tempo dulu. Konstribusi konvensional tanah ulayat adalah untuk perumahan dan garapan untuk pangan. Dari lima kebutuhan dasar kehidupan, 2 terdapat dengan cuma-cuma di minang jaitu untuk Papan (rumah) dan Pangan, Orang minang asal tidak malas saja, untuk beberapa generasi, keperluan makan dan perumahan tak usah mikir Makanya tanah ulayat ini jangan sampai hilang, kalau hilang nasib orang minang akan sama dengan daerah lain yang sudah kehabisan tanah, terutama kalangan bawah, yang hanya tamat SD/SLTP/SLTAyang harus memaksakan diri jadi TKI dan TKW untuk makan. Dari Nanang Ada 4 point yang menarik: 1. Baraja awak ka permasalh pertanahan di Bali… nan tajadi, pribumi manjadi penonton. Pribumi jadi penonton tentu kita tak mau, apalagi jadi kuli investoar berketerusan. Untuk Minang janganlah tanah dilepas/jual lepas habis ke ivestor 2. Awak liek lo di sekitar Kab. Gianyar atau desa Ubud… sabahagian gadang diijin kan hanyo sewo. Sistim seo/sewo ko paliang cocok untuk penggunaan tanah ulayat di Minang. Tanah bisa produktif tapi tidak lepas dari yang punya. 3. Kalau masalh investasi Silom jo hyper mark ko, target… bagi peodusen sistem di pasa modren ko inyo manitip babeda jo pasa rakyaik, produsen nan manantukan (sales nyo mungkikn). Kok dapek untuak Minangkabau pasar rakyat sajo ditingkatkan kebersihan dan penertibannyo. Mal dan berbagai hypermart tak perlu di Sumbar. Apalagi sekarang Mal dan Hypermart ini sudah begitu licik, mereka cukup punya gedung, dalamnya petani desa yang menyediakan dengan harga ditentukan bos mal/hm itu, akhirnya disamping membunuh pasar tradisional juga berangsur membunuh petani. 4. Takah di Lombok… Caro Lombok ko rancak bana di Minang. Tepatlah modal dari pemerintah jangan dari investor Pak E. Dt Marajo nan Tuo n.a.h Kalau warung alah pakai sertifikat dari Wako dan jaleh tarifnyo, io sanang ati balanjo. Tapi kalau sarupo warung nasi Kiktinggi nan dikaluahkan tu io bedomah. Indak kamasuak paruik lapa, kalua awak mangarutok, io sakli tu sajonyo, anggap sajolah ka ubek. Ado ciek nan taraso: Membangun Minang kita tak usah ikut pola Jakarta. Jakarta hanya tempat menghabiskan uang rakyat dan menggadaikannya ke orang luar. Padang, Bukittinggi dll kota Sumbar lainnya jangan kita korbankan pula, cukuplak Jakarta saja. Menurut pak Amin Rais di TV ONE , 97 % Jakarta itu sudah dikuasai asing, dan menurut Ir. Bambang Pamungkas 87 % Jawa itu sudah dikuasi asing dan non pri. Akibat yang kita lihat dari ke dua informasi diatas: 1. Penduduk Betawi sudah berserakan menjauh terkonservasi di Condet, itupunm masih dikejar dengan imingan uang agar mereka mau melepas tanahnya. 2. Kehabisan tanah garapan dan perumahan telah menyebabkan anak bangsa ini harus menjadi budak untuk sesuap nasi ke luar negeri. Mengenai kebenaran data dari kedua bapak-bapak diatas biarlah BPS menengahinya. Awak dirantau, kadang soman si bisu barasian Ado ide untuak perbaikan ranah, kamaa kadi tembakkan Saran dari perorangan indak kadi caliak doh. Kapai kakantua apak-apak tu, alun lo tantu basuo. Mungkin Nanag nan biaso bagalimang disitu bisa mambari saran. Wass, Maturidi (L/77) Talang, Solok, Kutianyia, Duri Riau -- . * Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet~ * Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email. =========================================================== UNTUK DIPERHATIKAN, yang melanggar akan dimoderasi: * DILARANG: 1. Email besar dari 200KB; 2. Email attachment, tawarkan & kirim melalui jalur pribadi; 3. Email One Liner. * Anggota WAJIB mematuhi peraturan (lihat di http://goo.gl/MScz7) serta mengirimkan biodata! * Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting * Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply * Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti subjeknya. =========================================================== Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: http://groups.google.com/group/RantauNet/ --- Anda menerima pesan ini karena Anda berlangganan grup "RantauNet" dari Google Grup. Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini, kirim email ke rantaunet+unsubscr...@googlegroups.com. Untuk opsi lainnya, kunjungi https://groups.google.com/d/optout.