Nakan Ronald P Putra  dfan sanak dipalanta n.a.h

Terharu juga kita membaca kultweet pak TS, petinggi PKS kalau dalam sidang
MS masih bisa jadi panutan.

Tapi kalau melihat PKS dilapangan terjadilah kira-kira hal berikut:

Tahun 2000-an sebagian besar umat islam berharap besar agar PKS menjadi
partai  islam terbesar di Nusantara ini.

Memang waktu itu dan beberapa tahun berikutnya harapan itu masih besar
karena cirinya jelas -warna islamnya terlihat jelas dan PKS .

Kemudian gencarlah para pengamat politik suruhan,  mengggosok  PKS dengan
gosokan : PKS akan lebih hebat jika masuk ketengah tidak lagi menyendiri
diluar. Mungkin makasudnya menampung semua orang dan membiasakan menyokong
bersama di PILKADA.

Kemudian saran itu nampaknya di amini  oleh PKS akibatnya jadilah PKS
dengan muka PKS 2015 sekarang ini.



Begitu  gencarnya seruan  kepada partai islam kalau mau menang
pemilu/pilkada harus masuk ketengah tidak menyendiri diluar, artinya
menbasional, terima semua orang jadi anggota dsb.



Kebanyakan tokoh islam termakan isu ini, malah ada yang mengatakan kalau  tetap
berperinsip islam, bajunya terlalu sempit dsb.  Berperinsip islam dikatakan
terlalu sempit, pada hal islam itu cakupannya rahmat seluruh alam-
cakupannya melebihi alam semesta.



Jadilah partai-partai islam seperti sekarang ini.



Rakyat awam susah menjatuhkan pilihan, 12 partai nasional kelihatannya
sudah sama saja. Parta islam sudah berbaur dengan partai non islam lainnya.



Untung saja ada golongan /  partai yang  masih memperlihatkan warnanya,
mereka terang-terangan  tak suka syaria’at islam, tapi ini hanya diketahui
oleh lapisan tertentu saja,  belum tentu juga merata kebawah.

Media dakwah umat islam yang paling efektif  ialah mesjid, tapi agak enggan
menjangkau yang bergesekan dengan partai, takut mesjid akan kosong, karena
dimesjid berbagai macam orang dari barbagai partai ada termasuk yang tidak
suka Syari’at islam itu.



Yang paling sulit lagi seperti pemilu 2014 yang lalu, pemilu waktu
ramadhan, dimana umat islam sangat dianjurkan menahan diri, akhirnya jarang
 khatib yang mau menyinggung masalah pemilu di mesjid, mudah-mudahan 2019
pemilu tidak lagi pada bulan puasa.



Padahal mesjid adalah media yang antaranya juga  digunakan nabi dan para
sahabat  termasuk masalah  baik memelihara dan memajukan   islam maupun
yang akan merusak islam.



Akibat partai islam ini sudah nyemplung ketengah, maka bukan tak mungkin
akan kemasukan/disusupi akhirnya terbelah-belah, gejala ini sudah ada.



Yang paling baik itu ialah partai islam konsisten dengan ilamnya, lama-lama
akan mendapat pengikut, kalau nyemplung ketengah malah  tenggelam.



Untuk renungan bagi kita semua terutama generasi muda untuk menghadapi
PILKADA/PEMILU  kedepan.



Wass,



Maturidi (L/77) Talang, Solok, Kutianyia, Duri Riau

-- 
.
* Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain 
wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet~ 
* Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, yang melanggar akan dimoderasi:
* DILARANG:
  1. Email besar dari 200KB;
  2. Email attachment, tawarkan & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. Email One Liner.
* Anggota WAJIB mematuhi peraturan (lihat di http://goo.gl/MScz7) serta 
mengirimkan biodata!
* Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
* Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
* Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti 
subjeknya.
===========================================================
Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/
--- 
Anda menerima pesan ini karena Anda berlangganan grup "RantauNet" dari Google 
Grup.
Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini, kirim 
email ke rantaunet+unsubscr...@googlegroups.com.
Untuk opsi lainnya, kunjungi https://groups.google.com/d/optout.

Kirim email ke