Untuk detailnya beserta foto2, silakan klik
http://melayuonline.com/news/?a=TlBxUi91UGlaM1ZBY2E%3D=&l=dari-cape-town-hin
gga-minang


21 Maret 2009 12:37
Dari Cape Town hingga Minang
Diskusi Panel dan Penyerahan hadiah LKTI Internasional 2008

Yogyakarta, MelayuOnline.com - Diskusi panel dan penyerahan hadiah LKTI
Internasional 2008 yang diselenggarakan oleh Balai Kajian dan Pengembangan
Budaya Melayu (BKPBM) bekerjasama dengan Pusat Studi Sosial Asia Tenggara
(PSSAT-UGM) berlangsung sukses. Acara yang digelar pada Jumat siang (20/03)
di ruang pertemuan BKPBM tersebut dihadiri oleh akademisi dari Indonesia
maupun Malaysia, peneliti, mahasiswa, perwakilan keluarga Kepulauan Riau,
serta tokoh-tokoh kebudayaan di Yogyakarta.

Seperti diungkapkan oleh Pemangku BKPBM, Mahyudin Al Mudra, SH. MM.,
penyelenggaraan diskusi ini merupakan bentuk dari pertanggungjawaban
akademis para pemenang LKTI Internasional 2008. "Dengan didiskusikan,
karya-karya yang berhasil memenangkan lomba ini dapat diuji bobot
kualitasnya," ujar Mahyudin dalam sambutannya. Namun sayangnya, baru dua
pemenang (yaitu Ahmad Sahidah dan Israr Iskandar) yang dapat menjadi panelis
dalam diskusi kali ini. Sebab, seorang pemenang lainnya, yaitu Siti Nur
Hidayah berhalangan hadir. Rencananya, Siti Nur Hidayah akan
mempertanggungjawabkan karya tulisanya pada Diskusi Bulanan BKPBM pada bulan
April mendatang.


Selain dua pembicara tersebut, diskusi yang dimoderatori oleh Gilang Desti
Parahita, peneliti PSSAT-UGM ini juga dihadiri oleh Andrajati, Konsul
Jenderal RI di Cape Town. Andrajati menjadi Keynote Speaker dengan
membawakan makalah berjudul "Diaspora Budaya Melayu di Capetown, Afrika
Selatan". Dalam pidatonya, Andrajati memaparkan bahwa kedatangan bangsa
Melayu ke Cape Town, atau yang dulu dikenal sebagai Tanjung Harapan (Cape of
Good Hope), dimulai kira-kira pada abad ke-15 di mana Belanda mulai
menjadikan Cape Town sebagai tempat pembuangan bagi masyarakat Nusantara
yang dianggap membangkang. Pada tahun 1694 misalnya, Syekh Yusuf dari Gowa
(Makassar) dibuang ke Cape Town, sementara Imam Abdullah bin Qadi Abdus
Salaam dari kesultanan Tidore dibuang ke Cape Town pada tahun 1780.  

Dua ulama inilah generasi pertama yang menyebarkan agama Islam di Cape Town,
serta memperkenalkan bahasa dan adat istiadat Melayu. "Menurut penelitian,
hingga kini setidaknya terdapat 350 kosa kata bahasa Melayu yang masih
digunakan di Cape Town," ujarnya. Kosa kata yang bersumber dari bahasa
Melayu tersebut antara lain minta maaf, terama kasie, sembahyang, wagtoe
(waktu), labarang (lebaran), badjoe, serta tusok konde. Bahkan adat istiadat
seperti memotong rambut bayi, memberi nama bayi, menguburkan jenazah, serta
mendoakan jenazah setelah tiga hari, tujuh hari, empat puluh hari, hingga
seratus hari hampir sama dengan yang dilakukan oleh masyarakat Melayu
Nusantara.

Sementara Ahmad Sahidah, panelis pertama yang juga juara kedua LKTI
Internasional 2008, memaparkan kajiannya tentang identitas Melayu yang
termaktub dalam naskah kuno Bahr al-Lahut (Laut Ketuhanan). Menurutnya,
pengarang Bahr al-Lahut yaitu Abdullah 'Arif sejak abad ke-12 telah
memberikan penjelasan yang cukup memadai tentang bagaimana menjadi "orang
Melayu". Beberapa di antaranya adalah meneguhkan jati diri keislaman di satu
sisi, serta terbuka terhadap pelbagai pandangan lain di sisi lain. "Jadi
menjadi Melayu adalah menjadi Islam, sekaligus terbuka terhadap
pemahaman-pemahaman baru," tuturnya.

Pandangan ini lalu dikritisi oleh Mahyudin Al Mudra. Menurutnya, identitas
Melayu yang kerap kali dirujuk pada Islam sebetulnya menandakan begitu
kuatnya dominasi Islam dalam kebudayaan Melayu. "Terjadi hegemoni
pendefinisian tentang identitas Melayu," tegasnya. Pandangan yang hegemonik
inilah yang coba dikoreksi dan selalu dikritisi oleh BKPBM. "Kami tidak
menolak Islam sebagai bagian dari identitas Melayu, namun bahwa warisan
sejarah dan budaya sebelum dan sesudah masa Islam juga harus dihargai,"
tukasnya.

Berbeda dengan Sahidah, panelis kedua, yakni Israr Iskandar yang juga
pemenang ketiga LKTI Internasional 2008 mengemukakan temuannya tentang
perempuan dan demokrasi di ranah Minang. Menurutnya, penggambaran tentang
budaya Minang yang menghormati posisi perempuan, ternyata tidak
termanifestasi dalam kehidupan politik. Salah satu contoh yang dapat dilihat
adalah peran organisasi Bundo Kanduang pada masa Orde Baru. Menurut Israr,
peran Bundo Kanduang tidak hanya untuk urusan-urusan kebudayaan, tetapi juga
untuk memberikan legitimasi terhadap rezim yang berkuasa. "Akibatnya Bundo
Kanduang dianggap sebagai representasi perempuan Minang secara keseluruhan,
padahal proses pemilihan para pengurusnya tidak begitu dikenal oleh
masyarakat," tuturnya.

Pada masa setelah reformasi pun, peran perempuan Minang tetap marginal,
terutama dalam dunia politik. Jumlah perempuan dalam Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah Sumatra Barat, misalnya, hanya sekitar 4 orang dari total 55 jumlah
anggota dewan.

Hasil kajian Israr memperoleh tanggapan menarik dari Prof. Dr. Sjafri
Sairin, Guru Besar Antroplogi UGM yang juga konsultan MelayuOnline.com.
Menurut Sjafri, konsep demokrasi sebetulnya berangkat dari kerangka modern,
yaitu state (negara), sementara matrilineal dan Bundo Kanduang adalah konsep
tradisional yang akarnya adalah klan (kekerabatan). Jadi, untuk
menyempurnakan kajian demokrasi di ranah Minang, sebaiknya basis analisis
tidak hanya membenturkan antara kekerabatan dan demokrasi, melainkan melihat
peran kekerabatan tersebut dalam dunia politik kontemporer.

Usai diskusi, para pemenang kemudian didaulat menerima sertifikat dan hadiah
yang merupakan hasil kerjasama dengan beberapa lembaga. Untuk Juara Kedua,
Ahmad Sahidah yang kini sedang menempuh program Doktor di Universiti Sains
Malaysia, memperoleh hadiah sejumlah Rp 7.000.000,00 dari Universiti Sains
Malaysia. Secara kebetulan, Ahmad Sahidah saat ini juga sedang menempuh
program Doktor di Universiti Sains Malaysia. Sementara Juara Ketiga, Israr
Iskandar, yang juga dosen di Universitas Andalas, Padang, berhak atas hadiah
sebesar Rp 5.000.000,00 dari PSSAT-UGM. Adapun Juara Keempat yang
berhalangan hadir memperoleh hadiah sebesar Rp 3.000.000,00 dari Bapak
Andrajati, Konsul Jenderal RI di Cape Town, Afrika Selatan.

Di akhir acara, panitia juga menyelenggarakan syukuran sederhana Milad
Pertama RajaAliHaji.com dengan cara pemotongan nasi kunyit (tumpeng). Dalam
sambutannya Mahyudin mengatakan, semoga spirit Raja Ali Haji selalu menjadi
suluh yang menerangi perjalanan kerja-kerja kebudayaan BKPBM di waktu
mendatang.

(Lukman/brt/03-09)


--~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~
=============================================================== 
UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi/dibanned:
- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet
- Tulis Nama, Umur & Lokasi di setiap posting
- Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dalam melakukan reply
- Untuk topik/subjek baru buat email baru, tidak dengan mereply email lama 
- DILARANG: 1. Email attachment, tawarkan disini & kirim melalui jalur pribadi; 
2. Posting email besar dari 200KB; 3. One Liner
=============================================================== 
Berhenti, kirim email kosong ke: rantaunet-unsubscr...@googlegroups.com 
Daftarkan email anda yg terdaftar disini pada Google Account di: 
https://www.google.com/accounts/NewAccount?hl=id
Untuk melakukan konfigurasi keanggotaan di:
http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe
===============================================================
-~----------~----~----~----~------~----~------~--~---

Kirim email ke