Alaikumsalam ww

Maaf, tergelitik juga dg pertanyaan Kanda Masrur: "Kenapa baru sekarang 
terungkap atau di ungkap...?".

Menurut ambo, bagi yg jeli membaca peta politik, "ada waktunya" utk 
mengungkapkan sesuatu...:) Ada waktunya utk menyampaikan The Real Story 
behind... Dlm skala yg lebih kecil pun juga demikian kok...;) Apakah itu 
berdaya guna atau tidak, hanya waktu yang akan membuktikannya nanti. Insya 
allah...

Wassalam,
Nofrins/49




________________________________
From: masrursiddik masrursiddik <masrursid...@gmail.com>
To: RantauNet@googlegroups.com
Sent: Sunday, May 24, 2009 9:49:25 AM
Subject: [...@ntau-net] Re: Kisah Di Balik Layar “Damai ACEH”

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Rky Evy Nizhamul na mulie sarato Dunsanak Sapalanta,

Sungguh menarik Kisah dari Pak Jusuf Kala, nan salamo ko samar-samar tadanga
Pertanyaannya: Kenapa baru sekarang terungkap atau di ungkap ?
Dapek dijawab , Betapa JK bak harimau ma andokkan kuku, dengan kata lain ndak 
ingin manonjolkan diri...... islami
Sementara itu ndak ado nan manulihkan kisah macam iko......... sangajo atau 
ngak sajo ado sajo nan ingin manutuik- nutuki
Hal saropo ko banyak kajadian...... sajarah nan sabananyo sirna.... lalu muncul 
versi nan katuju jo panguasa

Banyak conto nan bisa awak simak.......saparti perjuangan Tan Malaka, Sutan 
Syahrir.......  antah lah

Oyo seketek  tanpa mengurangi makna tulisan ko, rasonyo parlu 
klarifikasi........ bahwa 1 batalion = 800-1000 orang
 sedangkan 1 kompi = -150-200 orang.

Kironyo kisah-kisah saupoko paralu disebar luaskan, apalagi ditulis oleh pelaku 
sejarah serta masih hidup

Terimakasih

Wassalam dan salamm kenal

Masrur Siddik
L / .67, asa Sasak, suku Jambak,
Gadang di KikTingggi, kini di Bandung





2009/5/24 Evy Nizhamul <hy...@yahoo.com>

Kisah Di Balik Layar “Damai ACEH”


Oleh Jusuf Kalla - 23 Mei 2009 


Sebenarnya keterlibatan saya dalam menyelesaikan Konflik Aceh itu
hanya kebetulan belaka. Meski sebenarnya sebelum mendamaikan Aceh, saya
sudah memiliki pengalaman dalam mendamaikan Ambon dan Poso. Bagi anda
yang belum begitu mengetahui bagaimana cerita di balik layar tentang
proses perdamaian Aceh, maka saya akan menceritakan kepada anda semua. 



Pada Zaman Ibu Mega menjabat sebagai presiden saat itu saya
dipercayakan sebagai MENKOKESRA. Nah salah satu tugas daripada
MENKOKESRA adalah mengurusi pengungsi, dan salah satu pengungsi
terbesar itu ada di ACEH. Sebenarnya urusan untuk mendamaikan atau pun
meredam konflik Aceh itu sebenarnya tugas dari MENKOPOLKAM yang saat
itu sedang dijabat oleh pak SBY. Saya pertama kali mengunjungi
pengungsi Aceh di ajak oleh beliau (Pak SBY). Saat itu sudah ada 2,5
juta orang. Maka saya mengambil kesimpulan, urusan pengungsi ini, tidak
bisa diselesaikan tanpa adanya perdamaian. Mengingat sebelumnya saya
sudah punya pengalaman dalam hal mendamaikan Aceh, Poso maka saya
berinisitif dan meminta izin kepada Presiden untuk membantu mendamaikan
Aceh tanpa bermaksud untuk memotong tugas dan wewenang dari seorang
MENKOPOLKAM. Presiden memberi izin, dan saya mulai mengumpulkan tim
yang terdiri atas saudara Hamid Awaluddin dan dr. Farid serta beberapa
teman lainnya.Sementara untuk bendahara Tim saya mengangkat istri
saya, karena memang ada biaya perdamaian ini yang diambil dari kocek
pribadi saya, (saya tidak akan mengatakan berapa jumlahnya).- (yang ini di edit 
oleh Evy...)



Langkah pertama yang saya lakukan ialah mencari tahu apa
persoalannya. datangi persoalannya, ketahui persoalannya, tanpa
mengetahui persoalannya dan mendatangi persoalannya. Karena itu yang
pertama ialah mempelajari apa masalah sebenarnya. Sering orang salah
mengira masalah yang terjadi di Aceh. Banyak yang menyangka bahwa itu
murni masalah syariah. Padahal bukan! inti masalahnya adalah ketidakadilan. 


Pada waktu diadakan perundingan, tepatnya selama 17 hari, saya
sampai bosan, karena semua buku di meja saya, semua buku tentang
Maluku, buku di kamar, di mobil semua tentang Maluku, sehingga saya
merasa orang Maluku. 
Ketika perjanjian damai ditanda tangani, banyak pihak yang sangsi,
kalau damai di Aceh akan benar-benar terwujud. Banyak yang menganggap
bahwa itu hanya bagian dari strategi GAM untuk mengumpulkan kembali
kekuatan yang sempat porak poranda akibat tsunami pada 2004 akhir.
 Termasuk panglima TNI waktu itu, dia bilang ke saya “wah pak bagaimana,
seandainya GAM maupun TNI tetap mengangkat senjata, meski perjanjian
damai sudah ditanda tangani ? Saya bilang, “Pak Panglima, saya yakin
ini selesai!”, siapa sih yang enak tinggal di hutan, digigitin nyamuk,
makan seadanya ubi kayu, apa enak?”, mending pulang ke kota ketemu
keluarga, anak istri,. Hal yang sama juga dengan tentara kita emang
enak itu TNI tinggal di Aceh, uang makannya hanya 17 ribu, makan
supermi, selalu dihantui oleh perasaan ditembak, dan tidak tahu perang
melawan siapa, bahan bias dikata perang melawan saudara sendiri, apa
enak itu?”. 
Jadi yakinlah bahwa begitu damai maka langsunglah teman-teman (TNI)
bisa pulang. Itulah jaminan saya, dan jaminan itu juga saya minta
kepada Presiden untuk memberi jaminan yang sama. 

Apabila GAM meletakkan
senjata, maka TNI pulang. Ini disebut sebagai sistem cash and carry,
yang merupakan sistem pertama yang diterapkan di dunia, dalam upaya
melakukan perdamian antara dua pihak yang bertikai. Teknisnya setiap
300 pucuk senjata GAM yang diserahkan maka 10 Batalyon pasukan TNI yang
ditarik pulang. 
Kemudian masalah muncul lagi, GAM tidak mau menyerahkan senjata ke
TNI, karena yang ditanda tangani di Helsinky itu adalah surat
perjanjian damai, bukan menyerah. Artinya apabila GAM menyerahkan
senjata ke TNI itu berarti dia mengaku kalah. Jadi harus kita cari
jalan tengah lagi, akhirnya mucul ide, agar GAM tidak merasa harga
dirinya diinjak injak maka diambil keputusan bahwa GAM tidak perlu
menyerahkan senjata. Tapi memotong sendiri senjatanya, di tengah
lapangan, dan disaksikan oleh seluruh pihak,


Tahap awal 300 pucuk senjata dipotong di tengah tanah lapang. Setiap
senjata dibelah dan dipotong 3, dan setiap pihak menyimpan salah satu
bagian sebagai kenang-kenangan. Jadi kalau di media ada yang
memberitakan GAM menyerahkan senjata kepada TNI, itu salah !!. GAM
tidak pernah menyerahkan senjatanya, tapi ia sendiri yang memotongnya
menjadi 3 bagian. Jadi itu strategi yang saya ambil waktu itu sebagai
jalan untuk Win-Win Solution. 300 senjata dipotong, 10 batalyon TNI
naik kapal di pelabuhan untuk pulang ke daerah masing-masing. Jadi ini
yang saya namakan sistem ”Cash and Carry” yang adil, karena 10 Batalyon
itu sama dengan 300 Pasukan sesuai dengan jumlah senjata GAM yang
dipotong pada tahap awal damai.


Kemudian tahap selanjutnya, barulah proses resmi di samping doa
bersama-sama. Dan yang paling sulit adalah soal partai politik lokal
sesuai dengan syarat yang diminta oleh GAM. Waktu itu ada yang
menganggap Partai lokal itu, melanggar Undang-undang, tapi saya bilang
tidak, ada juga contoh partai politik lokal, contoh pada tahun 1955,
ada partai lokal dan contoh Undang-undang Kedudukan Partai, di situ ada
peluang mendirikan partai lokal,. Tetapi tetap saja rumit sekali
mencarikan jalan keluarnya. Padahal Ini perundingan terakhir,
perundingan satu malam, ada rumusan yang tidak sesuai, perundingan
damai terancam dead lock. 


Saya kebetulan malam itu hanya berdua dengan istri. Kemudian salah
seorang Kyai yang juga sahabat saya menelepon ”saya tahu pak jusuf lagi
kesulitan, ada baiknya baca Yassin 10 kali, insya allah selesai
persoalan. Akhirnya saran itu saya jalankan, berhubung membaca Yassin
10 kali itu memakan waktu yang lamabisa 2 jam untuk saya. Jadi saya
minta istri saya untuk bantu, dia baca 5 kali dan saya juga baca 5
kali, jadi 10 kan ? Habis membaca Yassin langsung ada telepon, dari
Helsinki, yang menyatakan bahwa perundingan bisa dilanjutkan. 


Pak Presiden tidak jadi masalah, akhirnya draft atas izin presiden
saya tanda tangani lagi jam 1 malam. Saudara Malik paraf juga biar.
Sepuluh menit kemudian datang paraf, beliau paraf, baru saya tidur,
alhamdulillah, karena itulah perundingan terakhir sebelum
penandatanganan. Jadi yakin 10 kali, dan ini penting. Saya pada waktu
itu bertanya kepada Saudara Saman, kata Pak Saman di hutan di Aceh, dia
berhubungan terus dengan Pak Malik. Saya tanya waktu itu, Pak, pada
malam terakhir itu, you bikin apa? Kami bingung juga kapan selesainya
ini, bagaimana. 


Jadi kami berdua shalat tahajud di masjid, dan
alhamdulillah selesai, rupanya antara kedua belah piahk sama sama ingin
damai. Salah satunya Pak Malik juga ingin damai, dan dengan doa
semuanya, apapun upaya itu, tanpa upaya dan doa itu tidak akan selesai.


saya kira perundingan Aceh yang paling murah yang kita lakukan.
Karena tidak ada anggarannya, dari Negara. Istri saya yang menjadi
bendahara . dr. Farid merangkap segala macam, karena dia yang paling
muda. dan saudara Hamid yang akan tercatat dalam sejarah, karena
fotonya ada di situ waktu penandatangan perjanjian damai.
Pertanyaan saya : bagaimana komentar Anda.....

Wassalam,



 Evy Nizhamul
(Tangerang, suku Tanjung, asal : Kota Padang)

http://hyvny.wordpress.com
http://bundokanduang.wordpress.com


      
--~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~
.
Posting yg berasal dari Palanta RantauNet ini, jika dipublikasikan ditempat 
lain harap mencantumkan sumbernya: ~dari Palanta r...@ntaunet 
http://groups.google.com/group/RantauNet/~
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi/dibanned:
- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet
- Tulis Nama, Umur & Lokasi pada setiap posting
- Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dalam melakukan reply
- Untuk topik/subjek baru buat email baru, tidak dengan mereply email lama 
- DILARANG: 1. Email attachment, tawarkan disini & kirim melalui jalur pribadi;
2. Posting email besar dari 200KB; 3. One Liner
===========================================================
Berhenti, kirim email kosong ke: rantaunet-unsubscr...@googlegroups.com 
Untuk melakukan konfigurasi keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe
-~----------~----~----~----~------~----~------~--~---

Kirim email ke