Kanda Suryadi jo Dunasanak Sapalanta.... Manuruik ambo nan paralu dipaliharo urang Minang adolah cadiak. Filosofi adu kabau harus tetap awak pacik dalam berpolitik, terutamo di tingkek nasional. Dalam konteks ko indak ado manang jo kalah jo sia nan awak dukuang dari Minang ko, tapi baa malaluan galeh: nasional baruntuang, daerah Sumatera Barat juo baruntuang (win-win solution kecek urang kini).
Filosofi Minang nan ambo tangkok adolah sadonyo untuang, karano tu di zaman lampau banyak tokoh Minang nan jadi diplomat, bahkan negarawan. Kalau dipasoan bakareh angok, sajarah alah mancatat itu bukan wilayah awak: urang Minang manang di nan cadiak (intelektual, kecek Pak JK), bukan di nan bagak (bahaso pokok nya, kecek urang NGO). Strategi nan sasuai jo kekuatan awak ko paralu awak mainkan, asal nan nampak dek urang rami 'cadiak buruak'-nyo (iko jaleh indak cocok jo adaik dan agamo). Tapi cadiak nan maukie (mengukir) kehidupan (nasional), bantuak Hatta, Sjahrir, Yamin, dst. Baitulah kiro-kiro manuruik ambo supayo kawan-kawan nan alah angek dingin dek Pilpres kambali ka pokok soal baliak kambali ka jalan panjang memajukan nagari awak ko dalam konstelasi nasional, mungkin dunia. Pilpres ko tantu ketek untuak mahantam kebersamaan urang minang. Salamo ko panilaian pribadi ambo, nan kurang dek urang Minang ko adolah kekuatan kebersamaan. Saketek sajo dihantam bacerai-berai. Iko mesti dikikih pulo. Talabiah takurang mohon maaf, taratumo ka nan tuo-tuo. Syof (39) --- On Mon, 13/7/09, Lies Suryadi <niadil...@yahoo.co.id> wrote: From: Lies Suryadi <niadil...@yahoo.co.id> Subject: Bls: [...@ntau-net] Re: PENDAPAT SAYA TENTANG KEKALAHAN JK-Win To: RantauNet@googlegroups.com Date: Monday, 13 July, 2009, 5:34 PM Rang Kayo Rina sarato sanak di palanta, Ambo kiro dalam maso kampaye sampai salasai manyontreang, biaso, misalnyo, kalau propinsi A atau B labiah banyak mamiliah JK dan propinsi C dan D labiah condong ka SBY. Tapi....dan iko paralu diinok manuangkan, sasudah jaleh sia nan tapiliah jadi presiden, jan bapikia untuak maanaktirikan propinsi nan cenderung indak mamiliahnyo, dan, sabaliaknyo, maanakemaskan propinsi2/daerah2 nan banyak mamiliahnyo. Pemilu hanyolah jalan untuk mancari seorang pemimpin, bukan untuak mengimplementasikan kebijakan anak emas dan anak diri dalam mengelola Indonesia. Indonesia ko ciek; para pemimpin Indonesia yang mengapu sudah mengalamai reformasi mesti menghindari pandangan yang membedakan pusat dan pinggiran dalam maliek Indonesia ko. Kalau indak, berarti tetap sajo sarupo dulu: indak barasak lenggang di katiak doh. Lah ka bapilin2 dalam kusuik sarang tampuo sajo kito ka salamonyo..... Soal dekonstruksi: ambo kiro pikiran apriori sarupo ko ada dalam utak para birokrat maupun rakyat (seperti terefleksi dalam banyak postiangan di lapau ko). Mako oleh sebab itu, manuruik ambo, kito harus marevolusi pikiran ko. Ambo yakin pikiran sarupo ko tabanam dalam sel2 utak masyarakat awak karano pengalaman jo rezim maso lalu dalam mengelola negara ko. Wassalam, Suryadi --- Pada Sen, 13/7/09, rinapermadi <rinaperm...@gmail.com> menulis: Dari: rinapermadi <rinaperm...@gmail.com> Judul: [...@ntau-net] Re: PENDAPAT SAYA TENTANG KEKALAHAN JK-Win Kepada: RantauNet@googlegroups.com Tanggal: Senin, 13 Juli, 2009, 5:08 PM Pak Ajo Suryadi di Leiden nan mulia, Manuruik Apak, apo pemikiran urang2 nan bapikia mode nan ka didekonstruksi atau pemikiran para pemimpin nan di pucuak kini tu?? Ambo caliak ado yang takileh. Wassalam Rina From: RantauNet@googlegroups.com [mailto:rantau...@googlegroups.com] On Behalf Of Lies Suryadi Sent: Monday, July 13, 2009 3:52 PM To: RantauNet@googlegroups.com Subject: Bls: [...@ntau-net] PENDAPAT SAYA TENTANG KEKALAHAN JK-Win Sanak di Palanta, Agak aneh bagi saya pikiran dan asumsi soal bahwa jika seseorang terpilih jadi presiden, maka ranah Minang akan lebih diperhatikan, dan jika seseorang lain yg terpilih, ranah Minang kurang diperhatikan. SAYA KIRA SIAPA SAJA YG TERLPILIH JADI PRESIDEN HARUS MELIHAT INDONESIA SEBAGAI SATU KESATUAN; TAK BOLEH MENGANAKTIRIKAN PROPINSI INI DAN MENGANAKENAMSKAN PROPINSI ITU. Pertanyaan saya: kok ada pemikiran seperti di atas? Siapa saja yg jadi presiden kan ia presiden INDONESIA? Pikiran2 negatif seperti ini, menurut saya, harus didekonstruksi. Salam, Suryadi --- Pada Sen, 13/7/09, Jupardi <jupa...@anugrah-mgt.biz> menulis: Dari: Jupardi <jupa...@anugrah-mgt.biz> Judul: [...@ntau-net] PENDAPAT SAYA TENTANG KEKALAHAN JK-Win Kepada: RantauNet@googlegroups.com Tanggal: Senin, 13 Juli, 2009, 1:38 PM Rina, Uni Iffah dan Dunsanak Palanta RN Terutama para pendukung dan pemilih JK-Win Kalau ditanya soal sigi manyigi saya sehubungan "kalah telak" nya jagoan kita telah banyak dibahas apa dan bagaimananya oleh para sanak2 dipalanta seperti oleh Kanda Tasril Moeis, Ibu Dr muda yang diBandung, Ronald dan banyak lagi. Lalu bagaimana dengan saya sebagai pendukung JK-Win Jujur saja saya memang sedih atas kekalahan JK ini, sedih bukan Ia tidak menjadi presiden atau minimal bertarung diputaran kedua tapi cara-cara kalahnya menurut saya sangat sulit saya terima. Tapi sebelumnya jika ada yang bertanya (paling tidak orang terdekat saya) kenapa saya menjatuhkan pilihan sama JK, maka jawaban saya dari berbagai pertimbangan yang paling sederhana salah satunya adalah seandainya JK yang urang sumanda kita ini terpilih jadi Presiden tentunya sedikit banyak ranah minang akan lebih diperhatikan pembangunan dari segala aspek kehidupan baik fisik maupun mental atau paling tidak sedikit banyak ada kedekatan emosional Pak JK dengan ranah minang yang berdampak “lebih bergairahnya” denyut pembangunan secara ekonomi di ranah minang dengan segala potensi baik SDA dan SDM yang dimiliki di ranah minang. Logika saya sederhana saja seperti halnya juga SBY jadi Presiden yang berasal dari sebuah Kabupaten kecil dan kurang terkenal di Jawa yaitu Pacitan, semenjak beliau jadi Presiden daerah kecil itu jadi terkenal disaentero Nusantara, apapun ceritanya tentunya Pak SBY dengan ikatan emosionalnya dengan tanah kelahirannya lebih sedikit memperhatikan kampungnya walau tidak secara berlebihan dan serba wah tapi Pacitan sekarang saya pikir tentu berbeda dengan Pacitan sebelum Pak SBY jadi Presiden pembangunannya disegala sector. JK ada benarnya yang meanalisa terlambatnya pencitraan beliau bukan itu saja juga didorong factor internal dari Golkar sebagai perahu terbesar yang mengusung beliau jadi Presiden (baca pendapat Tasril Moeis) dan itu sangat wajar saja karena beliau adalah Ketua Umum Golkar. Sebagai contoh coba bayangkan oleh para sanak yang mendukung JK, selesai Pilpres tanggal 8 Juli besoknya diberitakan dikoran salah satu Wali Kota yang merupakan elit Golkar dan Ia menjadi Walikota karena Golkar saat ditanya wartawan “Pak pilih siapa” tanpa beban sang Walikota ini mengajungkan dua jarinya sambil tersenyum kepada sang wartawan dan berkata “kita pilih yang terbaiklah” Sungguh sesuatu yang menyakitkan bagi Pak JK saya pikir. Memang hak seeorang untuk menentukan pilihannya jatuh kepada siapapun dan itu dilindungi oleh undang-undang kebebasan masyarakatnya untuk memilih siapa saja, tapi rasanya jika seorang elit Golkar dan public figure seperti Walikota ini secara terbuka terang-terangan memilih SBY kurang pantas lah menurut saya dari etika dan moral Ia berpolitik. Seandainya jika pilihannya jatuh pada SBY cukup dia saja yang tahu bersama Tuhan tanpa harus diumbar kepada masyarakat banyak, menjadi lain persoalannya jika sang Walikota yang nota bene elit Golkar ini ketika ditanya wartawan “Pilih siapa Pak” dengan pasti dan tegas menjawab “ Ya JK dong” dan itu sesuatu yang wajar karena JK diusung Golkar dan Ia Elit atau bagian dari komitmen partai yang berlambang Golkar ini menyukseskan JK_Win untuk menjadi Presiden walaupun seandainya nanti kalah tapi paling tidak komitmennya sangat jelas dan pasti sebagai elit Golkar. Saya sendiri tidak tahu berapa banyak elit Golkar baik pusat dan daerah yang menggunakan perahu Golkar untuk menjadi entah itu Gubernur, Walikota dan Bupati didepan Pak JK sebagai Ketua Ummunya memang mereka tampil gagah secara fisik dengan jas kebesaran Golkar yang berwarna Kuning tapi sesungguhnya hatinya bewarna biru, merah entah warna apalagi. Memang ada yang bilang pada saya “Itulah Politik Jepe”..ehemmm semudah dan senaif itukah politik. Menurut saya politik itu masih mempunyai ruang atau ranah yang lebar bagaimana berpolitik yang sehat, menurut logika dan kewajaran untuk bagian-bagian tertentu yang memang seharusnya begitu dilakukan contohnya jika elit Golkar apapun ceritanya tentunya akan mendukung dan memilih JK. Elit-elit GGolkar didaerah memang ada benarnya terasa kurang pencitraannya atau mempopulerkan JK kelapisan masayarakat banyak (grass root). Mereka punya segalanya jaringan, uang dan kekuasaan tentu lebih terasa mudah pekerjaan untuk mempolerkan dan membangun citra JK-Win ke masyarakat banyak jangankan mereka Elit ini saya sendiri sebagai pendukung JK yang tidak ada kepentingan “Siapa dapat apa” menurut catatan saya minimal 10-15 orang saya pengaruhi (terutama orang Minang di Pekanbaru ini) untuk memilih Jk-Win dengan berbagai argument, alasan dan pertimbangan yang saya berikan secara sederhana dan mereka tertarik.Faktanya akibat tidak totalnya elit Golkar di Riau ini dan daerah lainnya setelah penghitungan suara dikantong-kantong Golkar seperti Riau dan Sumbar suara JK-Win jauh anjloknya dan tidak mampu bersaing dengan suara SBY. Ada benarnya jika masyarakat dilapisan bawah suaranya begitu mencair dan mengambang, mereka memang secara tradisional adalah pemilih Golkar, ini hanya dalam arti tanda gambar kalau partai mereka Golkar jika sudah menyangkut pilihan Presiden atau Caleg bisa saja masyarakat secara tradisional adalah Golkar tulen ini akan memilih Presiden atau calegnya diluar Golkar dengan berbagai pertimbangan seperti ada hubungan saudara, teman dan lain sebagainya. Ini kita bisa buktikan di tahun 2004 ketika Pileg masih memilih tanda gambar maka Golkar keluar sebagai pemenang. Dari pengamatan saya pemilih tradisional ini seperti Bapak-Bapak, Ibu-Ibu, kakek-kakek dan Nenek-Nenek pensiunan PNS hati mereka sama Golkar tapi pilihan mereka cendrung ke SBY. Bagi mereka Golkar itu Pak harto dan pak Harto adalah Golkar titik, bisa jadi juga ada pengaruhnya ketika Pak harto telah wafat maka Golkar hanya tinggal kenangan manis bagi mereka. Tapi tentunya suara-suara tradisional Golkar ditingkat akar rumput ini bisa lebih maksimal lagi digarap oleh para elit-elit Golkar yang memegang posisi penting di pemerintahan secara moral politik mereka bertanggung jawab semaksimal mungkin agar JK-Win lebih popular dan citranya meningkat dimata para pendukung Golkar ini,tapi kenyataan baik diatas kertas dan menurut logikanya paling tidak JK-Win suaranya dikisaran 25-30 %. Alih-alih menjadi nomor dua dan ikut berlaga pada putaran kedua (suara SBY dapat ditekan berdua kurang 50 % gabungan Mega dan JK) bersaing dengan Mega-Pro saja jauh dari harapan. Jika bicara Mega-Pro maka dari perolehan suaranya sudah maksimal dan memang segitulah yang mereka bisa garap dan partai PDI-P bersama Elit dan Grass Grootnya sangat konsisten. Saya memang suka mengamati apa yang terjadi dilapisan bawah dimana disinilah suara yang paling banyak, sambil melaksanakan pekerjaan saya yang sering turun ke masyarakat, faktanya Tim sukses, Tim kemenangan atau apapun namanya bersama elit-elit Golkar serta partai koalisinya kurang betul mensosialisasikan JK-Win terutama dimasa-masa kampanye ibaratnya tidak ada denyut yang nyata dari mereka ketingkat masyarakat bawah untuk mempolerkan dan membangun citra JK-Win, habis sudah jika ini tidak dilakukan faktanya dilapisan masyarakat banyak yang saya perhatikan memang sosok SBY sangat popular dipandang dari sisi apapun “Tongkrongan fisiknya, gaya bicaranya, bahasa tubuhnya, kecerdasannya, keintelektualnya, cara berbicaranya yang santun dan lain sebagainya memang mumpuni”. Tim sukses, Tim kemenangan JK-Win yang saya amati memang asyik maksyuk saja berdebat dari televise ke televise dari media ke media itu tidak lebih kepada “tebar pesona” aktualisasi diri untuk menunjukan kecerdasan, keintelektualan, cara berpikir dengan berbagai analisa dan tingkat pengetahuan yang mumpuni ketika berdebat dengan Tim Sukses kedua calon Pilpres yang lain. Menjadi pertanyaan saya seberapa besar pengaruhnya saling debat Tim sukses ini mempopulerkan Presiden dimata masyarakat bawah (grass root) yang nota bene inilah suara rill yang perlu digarap habis-habisan yang didukungnya (saya pikir lebih cendrung mempopulerkan Tim Sukses dari pada Presiden yang didukung dalam acara debat yang sangat seru dan berbicara dengan bahasa-bahasa yang tinggi). Dari pengamatan saya di desa-desa ketika berbicara dengan masyarakat bawah ini sedikitpun mereka tidak menyimak acara-acara debat Tim Sukses untuk mempengaruhi pilihan mereka dan wajar saja “tidak termakan oleh otak” mereka apa yang didebatkan Tim Sukses tersebut ditelevisi. Tentu sangat berbeda jika Tim Sukses ini turun lansung ke akar rumput mempopuler JK-Win, ini betulah rasanya yang kurang dan sangat disayangkan Elit Golkar di daerah yang punya jabatan strategis seperti Gubernur, Walikota dan Bupati tidak “fight” secara total bisanya hanya “mengacungkan dua jari” ketika ditanya wartawan tentu hal ini sangat menyakitkan bagi JK sebagai pribadi maupun Ketua Umum Golkar. Saya sebagai “Tim sukses indenpenden” tanpa ada kepentingan “Siapa dapat apa” telah berusaha secara maksimal dengan turun lansung ke akar rumput untuk mempolerkan JK-Win dengan bahasa-bahasa yang sederhana dan mudah mereka pahami paling tidak mereka mendengar apa yang saya sampaikan dan membuat mereka sedikit ragu-ragu untuk menentukan pilihan dan tentunya disaat mereka ragu karena saya mempolerkan dan mengajak mereka memilih JK tentu ada kecendrungan mereka agar memilih JK-Win. Pesta telah usai hasilnya sudah diketahui JK-Win nomor 3 jika saya jadi JK maka saya telah merasa sepi dalam keramaian, bukannya Golkar mengevaluasi kekalahan ini tapi memanasnya lebih kepada memperebutkan kursi Ketua Umum dari JK dengan agenda mempercepat Munaslub.Bagi saya sebagai pendukung JK (bukan Golkar) kalau ini dikatakan “Beginilah Politik” ya sudah tapi sungguh masih susah sekali saya menerima cara-cara berpikir yang sehat.Jika banyak dari dunsanak RN ini pendukung JK yang masih tetap bangga dengan sosok JK ini paska kekalahannya sayapun termasuk masih tetap bangga dengan JK, sayapun ikut larut bersama Pak JK-Win yang sepi dalam keramaian. Pak JK telah mengucapkan selamat via telpon buat Pak SBY terobati juga hati ini ketika Pak SBY dengan wajah sumringah, sejuk dan damai menyambut suara Pak JK malah Pak SBY masih mengharapkan tenaga Pak JK untuk bersama-samanya membangun negeri ini tentunya pada posisi bukan lagi sebagai wakilnya. Pak SBY seperti kata Pak JK dalam debat terakhirnya dibawah burung garuda foto orang dikiri kanan boleh diganti dan itu Pak SBY hanya perlu menurunkan foto Pak JK dan menggantinya dengan Boediono, selamat buat pendukung SBY. Pak JK telah menelpon Pak SBY dengan hapenya, saya berharap juga Pak JK menelepon Pak Harmoko agar turun gunung membenahi Golkar, siapa tahu Pak Harmoko inilah yang bisa mengusir “Hantu-hantu” yang bernaung di pohon beringin, hantu-hantu yang telah berselingkuh tidak mendukung dan memilih JK, hantu-hantu yang menggunting dalam lipatan, hantu-hantu yang menusuk Pak JK dari belakang. Jika Pak JK memenuhi janjinya seandai tidak terpilih akan pulang kampung dengan tangan terbuka kita tunggu beliau dikampung ranah minang tercinta sebagai urang Sumando. Selamat berjuang Pak JK, Presiden hanya sebuah pilihan dari berbagai pilihan untuk berjuang demi bangsa, negara dan segenap masayarakat Indonesia yang lebih sejahtera, adil dan makmur, semoga Allah selalu memberikan rahmat, hidayah, kesehatan bagi Pak JK, Ibu Mufidah dan keluarga Wass-Jepe (Pendukung dan Memilih JK dalam Pilpres) -----Original Message----- From: rinapermadi [mailto:rinaperm...@gmail.com] Sent: Monday, July 13, 2009 11:07 AM To: 'hanifah daman ' Subject: RE: [...@ntau-net] Re: FW: P E Y E K Cubolah kito tanyoan ka pengamat nan berkompeten di dunia sigi ka sigi nan berdomisili di Pakan tan dih Ni. Baa pulo pandapek liau nan di Pakan tan tun. Wassalam Rina, 32, batam Nikmati chatting lebih sering di blog dan situs web Gunakan Wizard Pembuat Pingbox Onlin Pemerintahan yang jujur & bersih? Mungkin nggak ya? Temukan jawabannya di Yahoo! Answers Get your preferred Email name! Now you can @ymail.com and @rocketmail.com. http://mail.promotions.yahoo.com/newdomains/aa/ --~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~ . Posting yg berasal dari Palanta RantauNet ini, jika dipublikasikan ditempat lain wajib mencantumkan sumbernya: ~dari Palanta r...@ntaunet http://groups.google.com/group/RantauNet/~ =========================================================== UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi: - DILARANG: 1. Email besar dari 200KB; 2. Email attachment, tawarkan disini & kirim melalui jalur pribadi; 3. One Liner. - Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet - Tulis Nama, Umur & Lokasi pada setiap posting - Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dalam melakukan reply - Untuk topik/subjek baru buat email baru, tidak dengan mereply email lama =========================================================== Berhenti, kirim email kosong ke: rantaunet-unsubscr...@googlegroups.com Untuk melakukan konfigurasi keanggotaan di: http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe -~----------~----~----~----~------~----~------~--~---