Titik Beda Simbol GAM-RIOleh Murizal Hamzah [Editor Buku Aceh di Mata Urang 
Sunda]  Judul                : Bouraq-Singa Kontra Garuda [Pengaruh Sistem 
Lambang dalam Separatisme GAM terhadap RI]Penulis              : Indra Jaya 
PiliangPenyunting        : M Nursam.Pengantar         : Otto Syamsuddin 
IshakTerbit               : Maret 2010Tebal   : xxiv + 184 hlm  Belasan anggota 
TNI tidak menemukan kejanggalan dalam sebuah rumah sederhana di pedalaman Aceh 
Timur. Seisi rumah sudah diobrak-abrik. Tidak ditemukan senjata atau indikasi 
lain yang menunjukkan pemilik seorang gerilyawan Gerakan Aceh Merdeka (GAM). 
Justru di ruang tamu terpampang bingkai berisi lukisan Burung Garuda serta foto 
presiden RI. “Mereka tertipu dengan tempelan itu yang menduga saya seorang pro 
NKRI. Padahal saya GAM yang kerjanya menyelundup senjata,” kutip pria berbadan 
subur ini kepada saya pada tahun 2001. Saya tidak bisa menahan geli menyimak 
pengalaman pria berusia sekitar 40 tahun itu. Selain itu, dia juga mahir 
menghafal teks Pancasila dan menyanyikan Lagu Indonesia Raya. “Dengan modal, 
saya selalu lolos dari razia,” ucapnya menebar senyum. Sekedar dicatat, 
kadangkala militer Indonesia meminta warga untuk melantunkan dua simbol 
tersebut sebagai bukti setiap pada NKRI harga mati. Simbol, lambang, atau kata 
bukanlah sekedar deretan huruf-huruf, permainan warna, atau makna melompong. 
Dalam pentas politik, semua itu mengandung pesan tertentu sebagai bentuk 
perlawanan identitas diri (hal. 12). Dalam perkara ini, Indra menyibak 
makna-makna simbol dan bendera GAM-RI secara menungkit. Tak pelak, buku ini 
juga bertaburan tiori-tiori komunikasi atau tiori lain yang bagi kaum awam bisa 
membosankan. Maklum buku ini diadaptasi dari thesis penulis di Program Pasca 
Sarjana Jurusan Ilmu Komunikasi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik 
Universitas Indonesia. Penulis yang sering mengupas konflik Aceh mengingatkan 
simbol budaya bisa menjadi alternatif resolusi konflik horizontal atau konflik 
vertikal. Untuk membedah arti lambang dan simbol GAM-RI, penulis tidak 
menggunakan pisau analisis yang lazim digunakan dalam ilmu sejarah atau ilmu 
politik. Namun menggunakan pisau ilmu semiotika. Semiotika ialah ilmu tentang 
tanda-tanda atau studi tentang tanda dan segala hal yang berhubungan dengannya, 
cara berfungsi,  hubungannya dengan tanda-tanda lain, pengirimannya dan 
penerimaanya oleh mereka yang menerimanya. (hal. 51). Dalan bejana semiotika, 
lambang GAM-RI ditempatkan dalam tataran teks budaya, lalu dicarikan penanda 
dan pertanda. Hasilnya? Lambang RI yaitu Burung Garuda dan bendera nasional 
Merah Putih ditafsirkan secara diakronis, terutama melalui pemikiran pendiri 
bangsa. Sementara lambang GAM yakni Bouraq-Singa dan bendera Bulat Sabit 
diartikan secara diakronis dan sinkronis. Analisisi atas temuan penelitian ini 
menghasilkan kesimpulan yang kian jelas perbedaan aspek yang diperjuangan oleh 
GAM dengan aspek yang dalam dalam lambang RI. Secara piawai, penulis 
menjelaskan riwayat Merah Putih dan Garuda yang merujuk pada buku berjudul 
6.000 Tahun Sang Merah Putih yang ditulis oleh Muhammad Yamin.  Disebutkan, 
secara resmi Merah Putih berkibar di persada Indonesia pada 17 Agustus 1945 
yang dijahit oleh Fatmawati istri Soekarno. Secara internasional, Merah Putih 
dinaikkan pertama di Lake Succes Gedung Perserikatan Bangsa-Bangsa pada 28 
September 1950. Sedangkan bendera GAM yakni Bulat Sabit diudara pertama kali di 
bumi Aceh pada 4 Desember 1974 di Gunung Halimon Pidie oleh deklarator GAM Dr 
Hasan Tiro yang dihadiri oleh 12 orang. Perbedaan tajam lain antara 
Bouraq-Singa Vs Garuda yakni GAM menggunakan singa yang bukan binatang khas 
Indonesia. Singa hidup di belantara Afrika atau India. Sedangkan Bouraq 
merupakan kendaraan Nabi Muhammad SAW dalam Isra Mikraj yang bisa terbang. 
Bouraq dan Garuda sama-sama bisa terbang dan menjadi nama pesawat udara di 
Indonesi. Perbedaan lain, bouraq identik dengan Islam dan garuda identik dengan 
Hindu sebagai agama asli masyarakat Nusantara ini.  Garuda adalah kendaraan 
Dewa Wisnu (hal 110-112) Singa dikenal sebagai raja rimba yang bisa 
mengendalikan rajawali atau mitos burung garuda. Penampilan singa lebih 
berwibawa dengan bulu-bulunya yang melingkari  kepalanya yang terkesan seperti 
mahkota. Untuk urusan ini, Hasan Tiro yang mencipta lambang GAM mampu 
menghentikan retina menancap pandangan pada singa yang perkasa layaknya simbol 
negara Singapore. Di sisi lain, lambang ini mampu mengumpulkan dukungan dari 
dalam dan luar negeri. Rakyat Aceh lebih cepat paham dengan kisah buraq yang 
dikisahkan ulang pada acara Maulid. Sepintas lalu, bendera GAM mirip dengan 
bendera Turki yang tidak memiliki dua garis hitam di bawah dan di atas. 
Sebaliknya, bendera Indonesia berasal dari panji-panji kerajaan Majapahit. 
Sejatinya,  bendera RI sama dengan bendera Monaco yaitu sama-sama Merah Putih. 
Hanya perbandingan ukuran yang berbeda. RI berbanding 2:3 dan Monaco berbanding 
4:5. Simbol adalah bentuk perjuangan. Setiap orang, organisasi atau negara 
memiliki simbol masing-masing. Otto yang juga sosiolog Aceh dalam pengantar 
menyebutkan pada umumnya organisasi politik di mana pun memiliki empat hal 
simbolik yakni bendera, lambang, lagu dan slogan. Elemen ini diproduksi 
wujudnya dan dikonstruksi legendanya. Bahkan kalau perlu, materialnya sama 
sekali tidak memiliki landasan empiris. (hal. xix). Secara keseluruhan, penulis 
mengakui agak sulit menelusuri lambang-lambang GAM. Hal ini dimungkinkan karena 
masih langka penulis atau intelektual yang membedah pernik-pernik GAM yang juga 
termaktub dalam MoU Helsinki. Buku bersampul hitam ini akan mematuk pembaca 
bila simbol Bouraq-Singa dan Garuda ditampilkan berwarna. Bagaimana pun, sampul 
depan adalah etalase buku. Saya tidak paham, mengapa, penulis atau editor 
membiarkan menulis nama Soekarno dengan Sukarno atau Seoharto dengan Suharto 
yang dijumpa berulang kali. Apakah ini juga bagian protes atau ketidaksukaan 
penulis kepada penguasa rezim orde lama dan rezim orde baru?
~~."IJP".~~

-- 
.
Posting yg berasal dari Palanta RantauNet ini, jika dipublikasikan ditempat 
lain wajib mencantumkan sumbernya: ~dari Palanta r...@ntaunet 
http://groups.google.com/group/RantauNet/~
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi:
- DILARANG:
  1. Email besar dari 200KB;
  2. Email attachment, tawarkan disini & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. One Liner.
- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet
- Tulis Nama, Umur & Lokasi pada setiap posting
- Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dalam melakukan reply
- Untuk topik/subjek baru buat email baru, tidak dengan mereply email lama 
===========================================================
Berhenti, bergabung kembali serta ingin merubah konfigurasi/settingan 
keanggotaan di: http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe

Kirim email ke