On Apr 23, 4:58 am, "Dr. Saafroedin Bahar" <saaf10...@yahoo.com>
wrote:
> Dalam zaman kolonial dulu, pemerintah kolonial menyatakan bahwa 'inlander' -- 
> ya kita-kita ini -- belum matang untuk merdeka. Setelah hampir 65 tahun 
> merdeka, seorang tokoh mencatat bhw selama 53 tahun kita berperang sesama 
> kita, dan tahun-tahun sesudahnya kaum elite kita sibuk memperkaya diri. 
> Sebagian besar rakyat masih tetap sengsara.



Assalamu'alaikumWrWb,

Pak Saaf yang saya hormati,

Pendapat  seperti tokoh yang pak Saaf sebutkan cukup sering kita
dengar/baca, baik menyangkut Indonesia secara menyeluruh ataupun
penilaian atas "kemajuan" atau ketertinggalan" ranah Minang sendiri,
yang mengesankan rasa kecewa, kecil hati, dan pesimisme.
Saya sendiri berpendapat bahwa permasalahan seperti ini sangat
tergantung pada tolok ukur penilaian, sudut pandang  yang digunakan,
serta sempit/luasnya cakrawala pandangan yang bersangkutan.
Ini mirip dengan pandangan tentang gelas yang "setengan berisi" atau
"setengah penuh".

Generasi muda sekarang yang sebagian sudah mampu untuk melanglang
buana untuk bersekolah atau bekerja, atau mengenal dunia secara mudah
melalui bermacam terbitan atau media, akan menggunakan tolok ukur
kondisi dunia luar tersebut. Apalagi kalau pandangannya dipengaruhi
pula oleh pendapat-pendapat orang lain yang tentunya mempunyai "warna"
yang beragam pula (politik, agama, dll).

Tapi bagi generasi pak Saaf dan saya sendiri (yang sedikit lebih muda
dari pak Saaf), yang benar-benar telah melihat dan mengalami sendiri
pertumbuhan Republik ini dari fase yang paling awal, ditambah pula
dengan mendengar cerita zaman penjajahan dari para orang tua dan
kerabat kita sendiri, adalah sulit untuk mengatakan bahwa kita ini
"jalan di tempat" atau "mundur".
Kondisi fisik Indonesia, tekanan bathin dan fikiran pada zaman
perjuangan kemerdekaan, zaman awal kemerdekaan dengan peristiwa DI/TII/
RMS di sebagian Republik ini, peristiwa pergolakan daerah PRRI/
PERMESTA, era bung Karno, peristiwa G30S, dan era Orde Baru, praktis
tidak dikenal generasi sekarang atau hanya dikenal kulit-kulitnya.
Mereka bisa punya pengetahuan tentang  masa-masa itu, tapi mereka
tidak bisa merasakan suasana bathin yang penuh tekanan pada sebagian
besar masa-masa lalu itu.

Setiap melakukan kilas balik menembus masa-masa lalu tersebut, dan
membandingkannya dengan keadaan Indonesia hari ini, hati dan perasaan
saya penuh dengan rasa syukur atas anugerah dan rahmat kemerdekaan
yang diberikan Allah SWT pada bangsa besar ini pada umumnya dan ranah
Minang pada khususnya. Bangsa ini telah selamat menempuh masa-masa
sulit, dan sampai pada masa sekarang dengan kondisi seperti sekarang
ini.
Hati saya sulit untuk mengingkari kemajuan di bidang fisik,
pendidikan, industri, hankam, dll, dll dibandingkan dengan situasi dan
kondisi  pada setiap fase pertumbuhan 65 tahun negeri ini.

Tapi tentunya banyak yang merasa tidak puas dengan berbagai alasan/
argumentasi. Ini wajar karena justru merupakan masukan untuk berupaya
lebih maju/baik. Sejauh pandangan saya (yang terbatas) sejumlah besar
permasalahan bangsa ini pada hakekatnya sudah terdeteksi oleh para
pemikir dan anak bangsa ini sendiri, dan bangsa inipun secara sungguh-
sungguh sampai hari ini masih berupaya untuk merubah nasibnya ke arah
yang lebih baik, dan mengatasi segala rintangan dan hambatan yang ada
di muka mata.

Jadi pak Saaf, saya kurang sefaham dengan pendapat tokoh yang bapak
sebutkan itu. Dia bisa tumbuh menjadi tokoh, mungkin punya keluarga
yang sehat, anak-anak yang terdidik, usaha yang mapan, hidup di
lingkungan yang asri, dll adalah karena berkah kemerdekaan yang telah
diperjuangkan oleh para pendiri bangsa ini, serta izin Allah SWT.

Maaf dan wassalam,

Epy Buchari
L-67, Ciputat Timur

-- 
.
Posting yg berasal dari Palanta RantauNet ini, jika dipublikasikan ditempat 
lain wajib mencantumkan sumbernya: ~dari Palanta r...@ntaunet 
http://groups.google.com/group/RantauNet/~
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi:
- DILARANG:
  1. Email besar dari 200KB;
  2. Email attachment, tawarkan disini & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. One Liner.
- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet
- Tulis Nama, Umur & Lokasi pada setiap posting
- Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dalam melakukan reply
- Untuk topik/subjek baru buat email baru, tidak dengan mereply email lama 
===========================================================
Berhenti, bergabung kembali serta ingin merubah konfigurasi/settingan 
keanggotaan di: http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe

Kirim email ke