Perang Paderi Abad-21 (PPA-21)

Berbagai isu telah digelontorkan. Mulai dari politik lokal sampai ke
ABS-SBK dan KKM. Salah satu yang menarik perhatian kami adalah
dikotomi antara Ranah dan Rantau.  Kebetulan kami juga mengelola forum
SurauNet. Yang terbayang oleh kami adalah dikotomi dalam hal
orientasi.

Ketika SurauNet boleh jadi berorientasi ’Dari Minangkabau untuk
Nusantara’ (atau mancanegara) maka RantauNet barangkali sebaliknya,
”Dari Nusantara (atau mancanegara) untuk Minangkabau.”

Konsep Adat Basandi Syarak dan Syarak Basandi Kitabullah (ABS-SBK)
mulai ramai disorot. Baik dalam konteks kepentingan politik setempat,
local wisdom, individual interest maupun kelompok hingga ke percaturan
nasional. Terakhir, kekhawatiran itu juga muncul dalam rencana Kongres
Kebudayaan Minangkabau (KKM) yang diwarnai pro dan kontra.

Sebagai Urang Minang yang mengelola sebuah forum yang outward looking,
orang boleh berasumsi SurauNet acuh tak acuh dengan seabrek persoalan
local di Sumatera Barat. Ini adalah salah satu dari beberapa alasan
lain yang mendorong kami untuk bergabung kembali di forum RantauNet
setelah ‘rehat’ hampir 15 tahun lalu.

Apa yang terjadi di Ranah Minang saat ini persis seperti Bosnia
Herzegovina sebelum perang saudara meletus pada 1993 yang diwarnai
ethnic cleansing. Saat itu, seperti diakui juga oleh tokoh2 ulama di
sana, warga Bosnia yang mayoritas Muslim ternyata tidak mencerminkan
keseharian yang islami sama sekali.

Hubungan kekerabatan merenggang, Prinsip bertetangga ‘siapa lu siapa
gue.’ Koruptor yang kaya raya dihormati. Rohaniwan dan spiritualis
yang hendak berlaku lurus dipandang rendah serta dipinggirkan. Kawan
disikat, famili dimakan. Aurat terbuka di mana-mana. Sulit membedakan
mana orang Bosnia dan mana etnis Rusia atau Serbia.

Tapi apa yang terjadi kemudian, hari-hari belakangan ini, musibah
telah menyatukan hati mereka. Lembaga-lembaga kerohanian kembali
mendapat dukungan. Ulama berbakat dipanggil pulang ke kampung halaman,
bahkan ada yang dijadikan Grand Mufti, meski waktu itu sibuk mengajar
di Malaysia.

Para ulama Bosnia hari ini adalah mereka yang dulu sempat mengecap
pendidikan di Al Azhar, Malaysia. Inilah salah satu alasan kami
merangkul adik-adik kita dari Minangkabau yang kini tengah menuntut
ilmu di Al Azhar untuk bergabung di SurauNet.

“Pokoknya Anda ajaklah teman-teman di Al Azhar, terutama yang dari
Sumatera Barat alias Urang Minang. Nanti setelah balik ke Tanah Air,
silakan kalian kelola SurauNet rame-rame. Kami cukup mengawasi dari
balik kelambu,” kata kami kepada salah seorang generasi muda Minang
yang tengah mengecap pendidikan di Al Azhar, yang kebetulan tengah
mendalami ilmu tafsir.

Merekalah nantinya yang akan diharapkan mampu memberi wajah islami di
Ranah Minang yang kini tengah dinodai oleh penyakit perilaku akut
seperti paganistik materialistis, umbar aurat untuk seperak dua perak
rupiah bertopengkan hajatan perkawinan serta judi dan mabuk-mabukan di
lahan terbuka.

Sejak gempa 2009, kami di SurauNet sibuk mengkaji akar persoalan
kenapa ‘Rahmat dan Perlindungan Allah SWT’ telah tercabut dari akar
tanah Minangkabau, kampung halaman kita bersama. Bahkan ada surau yang
lumat ditelan Bumi dan hanya menyisakan pucuk atapnya saja. Usut punya
usut, ternyata surau tersebut dipakai sebagai tempat judi.

Secara umum, kami menemukan bahwa pada dasarnya perilaku paganistik
materialistis itu berakar dari ‘keputusasaan dalam urusan ekonomi di
rumah tangga.’ Sehingga banyak sanak saudara kita yang mulai
menghalalkan segara cara untuk memenuhinya.

Alhasil, kami mulai mengumpulkan bahan tentang asal-usul bangsa dan
kebudayaan Minangkabau itu sendiri.

Selama berabad-abad, telah terjadi pergulatan tiada henti antara kaum
ulama dengan kaum pagan yang condong mempertahankan pola tingkah laku
jahiliyah seperti berjudi di bulan Ramadhan, perzinahan terselubung,
miras, kriminalitas dan berbagai penyimpangan akidah lainnya.

Tadinya kami hendak menuangkan semua rumusaan tersebut, berbekal
pengalaman-pengalaman pribadi kami dalam beberapa tahun terakhir, ke
dalam free ebook berjudul, “Kiat rumah tangga Muslim menahan badai
krisis ekonomi rumah tangga.”

Tapi kemudian, konsep itu kami rasa masih perlu disempurnakan lagi,
sehingga digagaslah sebuah program terbuka bernama “Perang Paderi
Abad-21’ (PPA-21)

Ini bukanlah perang dalam arti sesungguhnya. Melainkan, sebuah program
yang berisi kampanye-kampanye terbuka untuk kembali ke Kultur Surau,
akar budaya asli orang Minangkabau. Kultur yang juga merupakan akar
budaya islami berbagai kelompok masyarakat di negeri-negeri Nusantara
dan mancanegara.

Karena itu, kami saat ini juga minta pengertian dunsanak bahwa istilah
Rang Surau tidak lagi menjadi monopoli Urang Minang. Sama seperti
pemberian gelar datuk kepada Sultan Yogya dll, maka kamipun memberi
gelar Rang Surau kepada orang Jawa dll yang jelas-jelas dan terbukti
concern dengan hal-hal yang bersifat edukasi dan kebudayaan Islam
dalam satu kerangka besar bernama ‘koreksi peradaban.’

Selain itu, kami juga mengambil istilah Perang Paderi semata-mata
mengingatkan bahwa dakwah dan tarbiyah islamiyah di Ranah Minang
sebetulnya belumlah tuntas dan masih jauh dari harapan, sama seperti
tempat-tempat lainnya di Nusantara pada umumnya.

Langkah-langkah awal pelaksanaan program tersebut sangat sederhana,
yakni menyiapkan bahan-bahan yang akan dibagi-bagikan dan
dipublikasikan ke berbagai lapisan masyarakat baik melalui lembaga
formal maupun non-formal termasuk kader-kader partai (PKS, PAN, dll),
LSM, pengurus surau dan masjid.

Informasi-informasi yang akan kami sebarkan barangkali bukan 100%
solusi atas persoalan yang dihadapai masyarakat Sumbar saat ini, tapi
setidaknya membuka wawasan akan peluang-peluang baru di depan mata,
baik dari sudut ekonomi makro, investasi, perdagangan, agronomi dan
industri.

Tapi yang paling berat dari kesemua itu adalah transformasi dari
sistem pembagian harta warisan (pusako tinggi) matrilienal ke
patrilineal sesuai ajaran Islam. Apakah sistem matrilineal tersebut
masih relevan di masa sekarang saat dunia sudah sesak dihuni oleh
manusia dan tujuan perantauanpun semakin terbatas bagi lelaki Minang.

Apapun jawabnya, kami yakin wacana ini sedikit banyak akan menimbulkan
resistensi di Sumatera Barat terutama dari kalangan adat. Tapi kalau
tidak dimulai, tidak akan membawa dampak perubahan apapun sama sekali.

Banyak suara-suara ‘ketidakpuasan’ dari kaum intelek Minangkabau di
Rantau yang mengeluh dan ‘taibo hati’ karena merasa telah ‘kehilangan
hak warisnya’ di kampung-kampung di mana pranata ulayat masih
terbilang kuat.

Karena PPA-21 ini merupakan program terbuka dan melibatkan orang
banyak, maka kamipun membuka diri bagi dunsanak2 di RantauNet
khususnya, dan Urang Minang secara umumnya untuk ikut terlibat baik
secara materil maupun spirituil.

Tanpa perlu menunggu musibah yang lebih besar lagi agar hati kita baru
bisa bersatu. “Tak akan berubah nasib kaum kalau tidak dari dalam diri
mereka sendiri.”

Terima kasih

Nama asli: Ali Cestar
Nama alias: (lai agak sakambuik)
Lahir: Padang, 14 Mei 1970
Gelar adat: Sutan Rangkayo Labieh
Suku: Koto
Ulayat asal: Kampuang Koto, Palembayan Tangah, Palembayan, Agam.
Alamat: Haji Ramin 38 Radar AURI, Mekarsari, Depok 16952
Pekerjaan: Media & Komunikasi
Website: http://www.surau.net  http://www.gafeksi.com
Email: edi...@surau.net, a...@gafeksi.com
Telp: 021-83844154, 83628465
Hp: 0818-08357232

(Data di atas sesuai dengan ketentuan yang berlaku di RantauNet)




-- 
.
Posting yang berasal dari Palanta RantauNet ini, jika dipublikasikan di tempat 
lain wajib mencantumkan sumbernya: ~dari Palanta r...@ntaunet 
http://groups.google.com/group/RantauNet/~
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi:
- DILARANG:
  1. E-mail besar dari 200KB;
  2. E-mail attachment, tawarkan di sini dan kirim melalui jalur pribadi; 
  3. One Liner.
- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet
- Tulis Nama, Umur dan Lokasi pada setiap posting
- Hapus footer dan seluruh bagian tidak perlu dalam melakukan reply
- Untuk topik/subjek baru buat e-mail baru, tidak me-reply e-mail lama dan 
mengganti subjeknya.
===========================================================
Berhenti, bergabung kembali serta ingin mengubah konfigurasi/setting-an 
keanggotaan di: http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe.

Kirim email ke