*BBM Naik Anak Putus Sekolah Bertambah *
Pemberian kompensasi kenaikan harga BBM sekarang ini sibuk didengung-dengungkan, yang perlu ditanya sejauh mana implementasinya telah terlaksana ? Adakah jaminan bahwa kompensasi tersebut benar-benar tepat sasaran, memberi manfaat bagi masyarakat miskin?. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2004, jumlah penduduk miskin di Indonesia sekitar 36,15 juta jiwa. Sedangkan rata-rata garis kemiskinan (tahun 2004) di Indonesia adalah 127.653 rupiah per kapita per bulan. Perhitungan jumlah penduduk miskin yang dilakukan BPS tersebut menggunakan pendekatan basic need. Dengan pendekatan ini, kemiskinan didefinisikan sebagai ketidakmampuan dalam memenuhi kebutuhan dasar. Dengan kata lain kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan sisi ekonomi masyarakat untuk memenuhi kebutuhan makanan dan non makanan yang mendasar. Batas kecukupan makanan (pangan) dihitung dari besarnya rupiah yang dikeluarkan untuk memenuhi kebutuhan minimum energi sebanyak 2.100 kalori per kapita per hari. Dengan rencana kenaikan BBM sekitar 30% diperkirakan akan menimbulkan inflasi terhadap berbagai barang dan jasa termasuk yang dibutuhkan masyarakat miskin. Apabila pendapatan masyarakat tetap, mengakibatkan daya beli masyarakat menjadi melemah. Menurut analisa BPS, dengan asumsi pendapatan masyarakat tetap (tidak meningkat), diperkirakan apabila kenaikan harga (inflasi) sekitar 10% akan menaikkan penduduk miskin sekitar 30%. Dengan kata lain, berapa besar pertambahan penduduk miskin tergantung seberapa besar dampak kenaikan BBM terhadap laju inflasi. Rencana pengguliran dana bantuan BOS (biaya operasional sekolah) sempat membuat masyarakat miskin terlena. Pada saat BOS masih bersifat wacana saja, banyak di antara warga masyarakat miskin sangat mengharapkan bisa memeroleh dana tersebut. Alasannya sudah jelas bahwa dengan penghasilan yang ada, untuk memenuhi kebutuhan makan saja sudah sulit apalagi kalau masih harus dibebani biaya pendidikan. Fakta di beberapa daerah manakala muncul sejumlah kisah siswa dari keluarga miskin mencoba bunuh diri karena malu menunggak biaya SPP, merupakan bukti betapa dunia pendidikan memang sangat membebani keluarga miskin. Sejak awal Tahun Ajaran Baru, banyak di antara peserta didik dari penduduk miskin terpaksa menunggak pembayaran SPP (sumbangan penyelenggaraan pendidikan), dan siswa tidak mampu membeli buku-buku pelajaran dan peralatan sekolah lainnya. Bagi masyarakat miskin, dana BOS sangat diharapkan segera cair, sehingga dapat digunakan para siswa untuk membayar tunggakan biaya SPP dan membeli buku-buku serta peralatan sekolah lainnya. Namun demikian, bagaimana realisasi dan operasional penyaluran dana BOS tersebut? Sudahkah penyalurannya benar-benar tepat sasaran dan tersosialisasi dengan baik? Dikhawatirkan, kondisi birokrasi yang lamban, pelaksanaannya yang kurang transparan atau adanya penyelewengan dana BOS menyebabkan derita masyarakat miskin makin bertambah. Ironisnya, pemerintah sendiri saya kira kurang yakin bahwa langkah dan besarnya angka kenaikan harga BBM ini merupakan sebuah jalan terakhir yang harus diambil.
Orang Yang Sangat Berharap agar BBM Jangan Naik Lagi, R. Nasution Reza Ervani wrote:
Assalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh, Pagi yang cerah, ... Saya cuma mau tanya ke sahabat-sahabat milis sekalian. Sebenarnya ada nggak sih hubungan atau dampak kenaikan BBM dengan Pendidikan Nasional Ada yang bisa kasih opini ? Mohon pencerahannya ya ... Terima kasih Salam, Reza Ervani