Ruju’nya Al Ustadz Jafar Umar Thalib20 08 2008


Alhamdulillah…… setelah sekian lama perselisihan antara Al ustadz ja’far Umar 
Thalib dengan kalangan salafiyin, akhirnya beliau menyatakan ruju’ atas 
beberapa kesalahan beliau, dan berikut beberapa perkataan beliau…..

Dalam hal dzikir jama’ah yang mengundang kontroversi dikalangan Salafiyyin 
beliau berkata…

Maka dalam hal pandangan mafsadah (kerusakan) yang ditimbulkan oleh kehadiran 
saya di majlis itu, saya setuju dengan segenap yang hadir di rumah As-Syaikh 
Muhammad, dan saya nyatakan bahwa Ja’far Umar Thalib tidak sepantasnya untuk 
mendatangi majlis dzikir Arifin Ilham meskipun untuk berceramah padanya. Maka 
dengan tulisan ini sekaligus saya nyatakan bahwa mulai sekarang Ja’far Umar 
Thalib tidak akan hadir di majlis dzikir Arifin Ilham dan sekaligus juga Ja’far 
Umar Thalib menyatakan keluar dari Dewan Syari’ah Majlis Adz-Dzikra Arifin 
Ilham.

Kemudian dalam hal penghalalan musik beliau berkata….



Adapun permasalahan pandangan saya tentang halalnya musik berdasarkan bacaan 
saya dari buku karya Abdullah bin Yusuf Al-Judai’, maka para mahasiswa 
Indonesia itu memberi tahu saya bahwa telah terbit buku bantahan terhadapnya 
yang ditulis oleh As-Syaikh Abdullah Ramadhan bin Musa yang diterbitkan oleh 
Darul Mu’ayyid –Riyadh Saudi Arabia. Merekapun memberikan kepada saya buku 
bantahan tersebut sebagai hadiah untukku berupa kitab yang tebalnya 620 
halaman. Saya dengan senang hati menerima hadiah tersebut yang sangat berharga 
bagi saya dan langsung saya pelajari sampai artikel ini saya terbitkan. Saya 
belum selesai mempelajarinya dan untuk sementara saya nyatakan disini bahwa 
saya mencabut peredaran fatwaku tentang musik ini. Dan saya terus mempelajari 
tentang masalah tersebut.

Kemudian dalam hal memberikan gelaran yang buruk kepada sesama Ahlus Sunnah wal 
Jama’ah beliau berkata….

Dan dalam rangka menjalankan apa yang dinasehatkan oleh As-Syaikh Rabi’ bin 
Hadi Al-Madkhali kepadaku, maka dalam tulisan ini saya lengkapi pernyataan 
taubatku kepada Allah dari tindakanku menggelari Salafiyyin di Indonesia dengan 
gelar Ahlul Fitnah wal Khiyanah (artinya tukang fitnah dan tukang khianat). 
Saya nyatakan bahwa saya telah bersalah dengan menggelari mereka seperti itu, 
dan dengan demikian saya cabut pernyataanku yang demikian itu. Maka dengan 
kerendahan hati saya memohon maaf yang sebesar-besarnya kepada segenap 
Salafiyyin atas kesalahan dan kedhalimanku terhadap hak kehormatan mereka.

Sebelum pernyataan tersebut Asy Syeikh Rabi’ bin Hadi Al Madkhali telah 
menasehati beliau, berikut nasehat beliau…..

………Maka dengan Pertolongan Allah Ta’ala dan kemudian dengan pertolongan 
beberapa ikhwan Salafiyyin di kota Jeddah, akhirnya pada tanggal 10 Mei 2008 
saya bertemu As-Syaikh Rabi’ bin Hadi Al-Madkhali di rumah kediaman beliau di 
komplek perumahan Awali Makkah. Tampak beliau lebih tua dibanding pertemuan 
saya dengannya tujuh tahun yang lalu. Setelah salam dan saling menanyakan 
kabar, langsung saja teman Salafi yang membawa kami dari Jeddah (yaitu 
As-Syaikh Ahmad Al-Ghamidi), memperkenalkan kami dengan beliau. Dan tampaknya 
beliau telah lupa dengan saya sehingga beliau baru ingat kalau saya adalah 
Ja’far Umar Thalib yang memimpin Jihad Fi Sabilillah di Maluku dan di Poso.
Begitu beliau mengetahui bahwa yang datang ini adalah orang yang selalu 
diberitakan dan dilaporkan kepada beliau, langsung saja beliau bertanya kepada 
saya: “Apa yang kamu inginkan dari saya?”
Maka sayapun langsung menjawab: “Saya ingin mempertanyakan apa yang antum 
nyatakan tentang saya bahwa saya telah antum hukumi keluar dari manhaj Salaf.”
Demi mendengar pernyataan saya itu langsung beliau nyatakan: “Saya tidak akan 
memutuskan apa yang kalian perselisihkan kecuali kalau kedua belah pihak dari 
kalian telah berkumpul di hadapan saya. Hanya saja saya nasehatkan kamu untuk 
kembali bergabung dengan salafiyyin di Indonesia. Bukan sebagai pemimpin 
mereka, akan tetapi kamu menjadi sebagian dari mereka.”
Nasehat beliau langsung saya sambut dengan pernyataan: ‘Wahai Syaikh Rabi’, 
sesungguhnya sekarang ini tidak ada lagi perkara kepemimpinan. Namun saya ingin 
mendapat keterangan dan nasehat dari antum tentang mengapa saya dianggap keluar 
dari manhaj Salaf dan apa nasehat antum untuk saya agar saya dapat memperbaiki 
kekeliruan saya?”
As-Syaikh Rabi’ langsung menjawab: “Saya menganggap kamu keluar dari manhaj 
Salaf, karena kamu:
1. Menulis surat bantahan terhadap nasehat yang telah saya berikan berkenaan 
dengan kekeliruan kamu dalam memimpin jihad. Dari suratmu itu saya mendapati 
bahwa kamu bukanlah Ja’far Umar Thalib yang dulu. Karena tampak dari suratmu 
itu bahwa kamu telah bersikap tidak sopan kepada Ulama’.
2. Kamu memutuskan hubungan dengan Ulama’.
3. Kamu menggelari saudara-saudara kamu dari kalangan Salafiyyin dengan gelar 
yang jelek.
Karena itu saya nasehatkan kepadamu agar kamu meninggalkan arena politik 
praktis. Sebab dengan terlibat dalam arena politik itu kamu terlalaikan dari 
kemestian da’wah Salafiyah. As-Syaikh Al-Allamah Muhammad Amin As-Syanqithi 
rahimahullah menyatakan: “Politik gaya demokratisme itu adalah anak 
perempuannya anjing. Maka jangan kamu memasuki arena politik praktis itu.” Juga 
saya nasehatkan kepadamu untuk kamu bertaqwa kepada Allah dalam menjalankan 
kegiatan Da’wah dan ikhlaskanlah amalanmu itu hanya untuk Allah. Saya 
nasehatkan kepadamu agar engkau menulis berbagai kesalahanmu untuk kemudian 
kamu bertaubat kepada Allah Ta’ala dari berbagai kesalahan itu. Saya 
menasehatkan kepadamu agar kamu berupaya sungguh-sungguh untuk membangun 
semangat saling mencinta di antara kamu dengan saudara-saudaramu kalangan 
Salafiyyin. Upayakanlah untuk kamu kembali dalam suasana saling tolong menolong 
dengan mereka dalam rangka kebaikan dan ketaqwaan. Jauhkanlah
 berbagai sebab yang mengarah kepada perselisihan dan perpecahan di kalangan 
kalian. Karena perpecahan dan permusuhan diantara kalian itu telah melemahkan 
Da’wah Salafiyah di Indonesia. Allah Ta’ala berfirman:
Dan janganlah kalian bertikai di antara kalian, karena pertikaian itu akan 
menjadikan kalian kalah dari musuh kalian dan akan menghilangkan kekuatan 
kalian.” (Al-Anfal: 46)
Demikian As-Syaikh Rabi’ bin Hadi Al-Madkhali hafidhahullah menasehati saya 
bagaikan Bapak yang menasehati anaknya. Beliau menahan saya di rumahnya agar 
saya makan malam bersama beliau. Namun karena As-Syaikh Ahmad Al-Ghamidi harus 
pulang ke Jeddah setelah shalat Isya’ maka kami memohon maaf kepada As-Syaikh 
Rabi’ dan beliaupun mengantarkan kami pulang sampai ke pintu keluar sambil 
terus menasehati saya untuk dapat kembali hidup rukun dengan ikhwan Salafiyyin 
di Indonesia sebagaimana dulu.

Allahu ‘alam…….Walhamdulillah Rabbul ‘alamin….
http://adiabdullah.wordpress.com/2008/08/20/rujunya-al-ustadz-jafar-umar-thalib/
dinukil dari …
http://alghuroba.org/index.php?read=142




      Get your preferred Email name!
Now you can @ymail.com and @rocketmail.com
http://mail.promotions.yahoo.com/newdomains/sg/

Kirim email ke