http://www.dakwatun a.com/2008/ tiga-langkah-
meraih-kebahagia an-rumah- tangga/

Alqur'anul Karim, Baitul Muslim
12/5/2008 | 06 Jumadil Awal 1429 H | Hits: 1.260

Tiga Langkah Meraih Kebahagiaan Rumah Tangga

Oleh: DR. Amir Faishol Fath

dakwatuna.com - Allah swt. berfirman,

"Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia
menciptakan untukmu
isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu
cenderung dan merasa
tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa
kasih dan
sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu
benar-benar terdapat
tanda-tanda bagi kaum yang berfikir." Ar Rum:21

Menikah Bukti Keagungan Allah

Ayat ini sebenarnya bagian dari cerita tanda-tanda
keagungan Allah
swt. dan kekuasaan-Nya. Bahwa semua yang ada di langit
dan di bumi dan
segala yang terjadi datang dari-Nya. Termasuk
diciptakannya manusia
berpasang-pasangan yang dengannya terjadi kelanjutan
hidup, seperti
yang disebutkan pada ayat di atas. Karenanya hakikat
pernikahan dan
rumah tangga bagi Allah swt. adalah ikatan yang sangat
agung. Karena
dengannya nampak keagungan-Nya.

Sebaliknya, ketika manusia hidup di alam perzinaan,
yang nampak
hanyalah kebinatangan. Bila kebinatangan yang menonjol
dalam hidup
manusia, kerusakan pasti akan meraja lela. Paling
tidak yang pertama
kali hancur adalah kemanusiaan. Manusia tidak lagi
perduli dengan
rumah tangga. Bila rumah tangga hancur, garis nasab
akan hilang. Lama
ke lamaan manusia tidak tahu lagi siapa sebenarnya
yang ia gauli.
Tidak mustahil suatu saat - bahkan ini sudah banyak
terjadi - akan
lahir seorang anak dari hubungan ayah dengan anaknya,
atau hubungan
ibu dengan anaknya, atau hubungan antara saudara
seayah dan sebagainya.

Karena itu pada ayat di atas, Allah swt. menjadikan
hakikat
berpasang-pasangan sebagai bukti keagungan-Nya, supaya
manusia tidak
begitu mudah merendahkan dirinya dengan menganggap
bahwa berhubungan
dengan siapa saja boleh-boleh saja. Tidak, janganlah
sekali-kali
perbuatan ini dilakukan. Sebab dengan melakukan
perzinaan seseorang
tidak saja mengahancurkan kemanusiaannya sendiri
melainkan lebih dari
itu ia telah merendahkan Allah swt. dengan meremehkan
tanda-tanda
keagungan-Nya.

Jelasnya bahwa dari ayat di atas setidaknya ada tiga
langkah yang bisa
kita bahas secara mendalam dalam tulisan ini untuk
mencapai
kebahagiaan dalam rumah tangga:

(a) Bangun Jiwa Sakinah

(b) Hidupkan Semangat Mawaddah

(c) Pertahankan Spirit Rahmah.

Dan ketiga langkah ini adalah bekal utama setiap rumah
tangga. Bila
salah satunya hilang, rumah tangga akan rapuh dan
mudah retak. Karena
itu hendaklah ketiga langkah tersebut benar-benar
dicapai secara
maksimal, atau paling tidak mendekatinya.

Bangun Jiwa Sakinah

Allah berfirman: litaskunuu ilaihaa, artinya agar kau
berteduh wahai
para suami kepada istrimu. Kata litaskunuu diambil
dari kata sakana
yaskunu artinya berdiam atau berteduh. Dari kata
sakana ini di ambil
istilah sakinah yang kemudian diartikan tenang. Memang
bisa saja kata
sakana diartikan tenang, tetapi pengertian dalam ayat
ini lebih dalam
lagi dari sekedar tenang.

Syaikh Ibn Asyur dalam tafsirnya At Tahrir wat Tanwiir
mengartikan
kata litaskunuu dengan dengan tiga makna:

(1) lita'lafuu artinya agar kamu saling mengikat hati,
seperti
uangkapan ta'liiful quluub. Dalam surah Al Anfal: 63
Allah berfirman:
wa allafa baina quluubihim (Dialah Allah yang telah
mempersatukan hati
di antara mereka). Dengan makna ini maka antara suami
istri hendaknya
benar-benar membangun ikatan hati yang kuat. Dan
sekuat-kuat pengikat
hati adalah iman. Maka semakin kuat iman seseorang,
semakin kuat pula
ikatan hatinya dalam rumah tangganya. Sebaliknya
semakin lemah iman
seseorang, bisa dipastikan bahwa rumah tangga tersebut
akan rapuh dan
mudah retak.

(2) Tamiiluu ilaihaa artinya kau condong kepadanya.
Condong artinya
pikiran, perasaan dan tanggung jawab tercurah
kepadanya. Dengan makna
ini maka suami istri bukan sekedar basa-basi untuk
bersenang-senang
sejenak. Melainkan benar-benar dibangun di atas tekad
yang kuat untuk
membangun masa depan rumah tangga yang bermanfaat.
Karenanya harus ada
kecondongan dari masing-masing suami istri. Tanpa
kecondongan pasti
akan terjadi keterpaksaan.

Karena itu orang tua jangan memaksakan kehendaknya
jika memang
ternyata dalam diri anaknya tidak ada kecondongan.
Saya sering
menemukan seorang anak muda mengeluh karena dipaksa
orang tuanya untuk
menikah dengan si fulanah. Sementara dalam diri anak
muda tersebut
tidak ada kecondongan sama sekali. Tapi orang tuanya
mengancam dan
bahkan menganggap ia bukan anaknya jika tidak
mengikuti keinginannya.

Ini tentu sikap yang tidak pada tempatnya. Orang tua
harus tahu bahwa
sakinah dalam rumah tangga tidak akan di capai tanpa
adanya
kecondongan. Pun orang tua harus tahu bahwa yang akan
hidup bersama
istrinya adalah sang anak. Maka tidak benar
menggunakan kartu merah
orang tua, untuk memaksakan kecondongannya supaya anak
mengikutinya.

Seringkali rumah tangga hancur karena orang tua tidak
meperhatikan
kecondongan sang anak. Karena itu untuk membangun
sakinah harus ada
dalam diri masing-masing suami istri kecondongan.

(3) Tathma'innuu biha artinya kau merasa tenang
dengannya.

Dalam surah Ar Ra'd:28 Allah berfirman: alaa
bidzikrillahi
tathma'innul quluub (Ingatlah, hanya dengan mengingati
Allah-lah hati
menjadi tenteram). Dari sini nampak bahwa untuk
mencapai ketenangan
dalam rumah tangga hanya dengan banyak berdzikir
kepada Allah.

Para ulama menyebutkan bahwa dzikir ada tiga dimensi:
dzikurullisan
(dzikir dengan lidah), dzikrul qalb (dzikir dengan
hati) maksudnya
hatinya selalu sadar dan ingat kepada Allah, dan
dzikrul haal (dzikir
dengan perbuatan), maksudnya seluruh perbuatannya
selalu dalam
ketaatan kepada Allah swt. Maka sungguh tidak mungkin
mencapai sakinah
rumah tangga yang penuh dengan kemaksiatan kepada
Allah swt.

Termasuk kemaksiatan ketika masing-masing suami suka
berbohong. Banyak
rumah tangga yang retak karena ketidak jujuran
masing-masing suami
istri. Bila seorang suami suka berbohong pasti sang
istri akan
gelisah. Selanjutnya ketenangan akan hilang dalam
rumah tangga.
Sebaliknya bila istri suka berbohong, sang suami pasti
tidak akan
merasa tenang bersamanya. Bila suami tidak tenang,
bisa jadi kelak
rumah tangga akan terancam. Dari sini perceraian demi
perceraian
terjadi. Asal muasalnya karena kebiasaan tidak jujur
dan dosa-dosa.

Hidupkan Semangat Mawaddah

Mawaddah artinya cinta. Imam Hasan Al Bashri
mengartikan kata mawaddah
sebagai metafor dari hubungan seks. Jelasnya bahwa
mawaddah adalah
perasaan cinta dan senang dengannya rumah tangga
menjadi bergairah dan
penuh semangat. Tanpa mawaddah rumah tangga akan
kering. Mawaddah
biasanya sangat personal. Ia tidak tergantung kepada
kecantikan istri
atau ketampanan suami. Boleh jadi di mata banyak orang
wanita itu
tidak cantik, tetapi sang suami sangat mencintainya.
Pun boleh jadi
wanita itu disepakati sebagai wanita cantik, tetapi
sang suami
ternyata sangat membencinya.

Sebagian ulama tafsir mengatakan bahwa cinta biasanya
sering menggebu
di masa muda atau di awal-awal pernikahan. Lama ke
lamaan setelah
masuk dalam rutinitas rumah tangga, getaran cinta
menjadi melemah.
Karenanya Allah swt. bekali rahmah sebagai
pengimbangnya, supaya
ketika sinyal cinta mulai redup, masih ada semangat
rahmah yang akan
menyelamatkan rumah tangga tersebut. Lain halnya
dengan orang-orang
yang membangun rumah tangga hanya dengan modal cinta,
rumah tangga
rentan mudah roboh dan tidak kokoh.

Ibarat mesin, mawaddah adalah dinamo penggerak yang
mengairahkan.
Dengan mawaddah rumah tangga menjadi dinamis dan
produktif. Sebaliknya
bila jiwa mawaddah hilang, rumah tangga akan menjadi
monoton tanpa
dinamika sama sekali. Dalam penelitian saya minimal
ciri mawaddah ada
tiga:

(a) Katsratut tahaady (selalu saling memberi hadiah),
karena seperti
kata Nabi saw. dengan saling memberi hadiah cinta akan
selalu hangat.

(b) Katsratu dzikrihi (selalu saling mengingat
kebaikannya) . Sebab
dengan mengingat kebaikannya seseorang akan selalu
merasa berhutang
budi. Hindari melihat keburukan dan kekurangannya,
karena itu akan
menumbuhkan kebencian dan perselisihan tiada henti.

(c) Katsratul ittishaali ma'ahu (selalu saling
berkomunikasi) sebab
dari kemunikasi akan hilang prasangka. Banyak hal yang
sebenarnya
dimaksudkan untuk kebaikan, tetapi karena lemahnya
komunikasi
seringkali kesalahpahaman terjadi.

Pertahankan Spirit Rahmah

Rahmah artinya kasih sayang, diambil dari kata rahima
yarhamu. Dari
kata ini pula diambil kata ar rahmaan salah satu nama
Allah swt. Bahwa
Allah Maha Penyayang. Para ahli tafsir mengatakan
bahwa rahman-Nya
Allah meliputi seluruh mahluk-Nya: manusia, binatang,
dan
mahluk-mahluk lainnya. Termasuk orang-orang yang tidak
beriman,
karenanya mereka masih bisa hidup dan bisa menikmati
fasilitas
kehidupan dari Allah, padahal mereka setiap hari tidak
mentaati-Nya.
Kata rahmah lebih bermakna kesungguhan untuk berbuat
baik kepada orang
lain, apa lagi kepada keluarga.

Memang setiap orang mempunyai kekurangan, dan tidak
ada seorang pun
yang mecapai kesempurnaan. Maka jika setiap manusia
selalu
mempersepsikan adanya pasangan yang sempurna, pasti
pada akhirnya ia
tidak akan pernah punya pasangan. Dalam pepatah Arab
dikatakan: "Man
talaba akhan bilaa `aibin laqiya bilaa akhin (orang
yang mencari kawan
tanpa cacat, pasti pada akhirnya ia tidak akan punya
kawan).

Kata rahmah lebih mencerminkan sikap saling memahami
kekuarangan
masing-masing lalu berusaha untuk saling melengkapi.
Sikap rahmah
menekankan adanya sikap saling tolong menolong dalam
bersinergi,
sehingga kekurangan berubah menjadi kesempurnaan.

Sikap rahmah seringkali berperan ketika semangat cinta
mulai menurun.
Biasanya itu terjadi setelah usia suami istri
sama-sama mencapai tahap
tua. Cucu sudah mulai banyak. Badan banyak
sakit-sakitan. Pada saat
itu kebertahanan rumah tangga sangat ditopang oleh
kekuatan rahmah
(kasih sayang).

Karena itu mawaddah dan rahmah ibarat dua sayap bagi
burung. Bila
kedua sayap itu berfungsi dengan baik, maka rumah
tangga akan berjalan
penuh kebahagiaan. Ibarat burung terbang di angkasa,
ia menikmati
keindahan alam semesta dan penuh dengan kelapangan
dada. Tanpa sedikit
pun ada beban di hatinya. Terbang ke mana saja ia mau,
tidak ada
hambatan dan kesulitan.

Kesadaran Akhirat

Pada penutup ayat di atas Allah swt. berfirman: inna
fiidzaalika
laayatil liqawmiyyatafakkaru un maksudnya bahwa itu
semua merupakan
bukti bagi orang-orang yang berpikir. Yaitu
orang-orang yang
menggunakan akalnya untuk memahami ajaran Allah swt.

Dalam Al Qur'an banyak sekali penegasan bahwa kelak di
hari Kiamat
banyak manusia menyesal karena selama di dunia tidak
menggunakan
akalnya. Allah swt. berfirman,

"Dan mereka berkata: "Sekiranya kami mendengarkan atau
memikirkan
(peringatan itu) niscaya tidaklah kami termasuk
penghuni-penghuni
neraka yang menyala-nyala. " Al Mulk:10

Dari sini nampak bahwa yang membedakan antara manusia
dan mahluk
lainnya adalah karena manusia Allah bekali akal. Dan
di antara ciri
orang-orang berakal bahwa ia selalu menegakkan
kedamaian dalam
hidupnya terutama minimal dalam rumah tangganya. Maka
ketika ia tidak
bisa membangun kedamaian dalam rumah tangganya, bisa
dipastikan ia
akan gagal dalam lapangan kehidupan yang lain.

Bila seseorang gagal dalam rumah tangga otomatis ia
menyesal. Menyesal
karena telah menyia-nyiakan kesempatan untuk berbuat
baik selama di
dunia. Penyesalan itu terjadi kelak setelah ia tahu
bahwa ternyata
Allah tidak menyia-nyiakan sekecil apapun yang
dilakukan manusia.
Famayya'mal mitsqaal dzarratin khairay yarah wamay
ya'mal mitsqaala
dzarratin syarray yarah (Barangsiapa yang mengerjakan
kebaikan seberat
dzarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasan) nya.
Dan barangsiapa
yang mengerjakan kejahatan seberat dzarrah pun,
niscaya dia akan
melihat (balasan) nya pula." Qs. Az Zalzalah:7-8.

Kesadaran akhirat seperti inilah yang harus selalu
dicamkan oleh
setiap suami istri, karena hanya dengan kesadaran ini
semua prilaku
akan menjadi baik dan rumah tangga akan dijalankan
dengan penuh
tanggung jawab. Wallahu' alam bishshwab.

http://www.dakwatun a.com/2008/ tiga-langkah-
meraih-kebahagia an-rumah- tangga/


      

Kirim email ke