Berpikir, Bertafakkur dan Tadabbur (3)

sumber, http://mubarok-institute.blogspot.com


Tafakkur disebut juga merenung. Jika fikiran itu suatu potensi yang
bisa menghubungkan konsep ilmu dengan obyek,maka tafakkur atau
merenung adalah pengembaraan potensi itu mengikuti kapasitas akalnya.
Tidak semua orang bisa bertafakkur, hanya orang dengan kualitas
intelektual tertentu yang bisa bertafakkur, sedang orang awam biasanya
tersesat pada lamunan, bukan renungan. Obyek berfikir biasanya
"teknis" sedangkan obyek renungan sifatnya sangat luas, misalnya
merenungkan makhluk ciptaan Tuhan, merenungkan proses pergantian siang
dan malam, merenungkan perjalanan hidup dirinya atau perjalanan hidup
suatu bangsa. Tuhan melalui al Qur'an banyak sekali menegur manusia
yang tidak mau bertafakkur (afala tatafakkarun). Produk tafakkur bukan
hanya ilmiah, tetapi bahkan menggapai hakikat sesuatu. Bertafakkur
bebas bisa menghasilkan filsafat dan orangnya disebut failasuf,
sedangkan bertafakkur yang berdimesi vertikal bisa mengantar orangnya
menjadi ulu al- albab yang renungannya bukan saja berbentuk ilmu
pengetahuan atau filsafat, tetapi juga tercermin pada perilaku orang
yang mengetahui rahasia berbagai fenomena alam dan kehidupan.

Bertadabbur.

Tadabbur berasal dari bahasa Arab dubur yang artinya dibalik atau di
belakang . Jika orang bertafakkur fikirannya melayang-layang ke
wilayah yang sangat luas dan jauh, tadabbur langsung menangkap apa
yang ada dibalik yang difikir. Orang yang dendam sering berfikir keras
bagaimana caranya membalas dendam dengan volume yang lebih dahsyat
tapi ia berharap tindakan dendamnya tidak diketahui orang, tetapi
ketika suatu ketika ia mengalami hal yang sama persis dengan kejahatan
yang ia perbuat,maka ia langsung bisa melihat hakikat dibalik
peristiwa. Maka sejak peristiwa itu ia takut mendendam, sebaliknya ia
selalu menebar kasih sayang.

Orang yang memandang bentangan alam luas, fikirannya bisa
melayang-layang jauh hingga kepada Tuhan sang Pencipta. Tetapi seorang
yang untuk pertama kalinya menjalankan ibadah haji,ketika di Ka`bah ia
bisa mencium hajar aswad dan bisa berdoa di multazam,maka ia tidak
bisa berfikir melayang-layang jauh. Yang terasa ia merasa disambut
langsung oleh Tuhan sehingga dari ratusan ribu orang tawaf ia merasa
dipilih langsung oleh Nya untuk bisa mengadu di multazam. Ia tidak
mengerutkan keningnya seperti orang yang bertafakkkur, tetapi air
matanya bercucuran, ia merasa sangat diistimewakan oleh Tuhan padahal
ia merasa sudah banyak melakukan dosa.

Al Qur'an surat Qaf 16 menyebut bahwa Tuhan berada pada jarak yang
lebih dekat dibanding urat leher manusia, mengawasi lalu lintas
bisikan jiwa, bukan hanya apa yang diperbuat dan dikatakan, tetapi apa
yang hanya terlintas di dalam hatipun Tuhan mengetahui. Teks ayat ini
merupakan informasi bagi manusia bahwa tidak ada sesuatupun yang
dilakukan oleh manusia,yang baik maupun yang buruk kecuali pasti
diketahui oleh Tuhan. Tidak ada sesuatu yang bisa dimanipulasi dari
pengawasan Tuhan.

Tetapi efektifitas informasi dari ayat ini diterima secara berbeda
oleh manusia, bergantung pada bagaimana tingkat pemahamannya, karena
manusia ada yang hanya mampu berfikir, yang lain sudah bertafakkur,
dan yang lain sudah bertadabbur

berfikir bisa menyerap informasi, tetapi hasilnya hanya bersifat kognitip.

Bertafakkur bisa membayangkan ruang lingkup informasi, dan hasilnya
bisa bersifat afektip


Bertadabbur bisa merasakan kekuatan informasi sehingga hasilnya bukan
hanya kognitip dan afektip, tapi sudah psikomotorik.

Orang yang sudah bisa bertadabbur terhadap ayat suci maka dalam
dirinya sudah ada sistem pengawasan melekat. Ia tak pernah
berandai-andai, memperhitungkan atau membayangkan melakukan suatu
penyimpangan dengan harapan tidak akan ketahuan. Orang seperti ini
sudah alergi terhadap hal-hal yang menyimpang. Nah saya yakin di
negeri kita,baik yang mengawasi maupun yang diawasi mayoritas masih
berada pada tataran berfikir, sedikit sekali yang bertafakkur dan
hanya satu dua yang sudah bisa bertadabbur. Oleh karena itu hanya
sistem yang ketat dan tepat yang bisa meminimalisir perilaku
menyimpang aparatur negara , aparatur yang diawasi maupun aparatur
yang mengawasi. Wallohu a`lamubissawab.

sumber, http://mubarok-institute.blogspot.com


Salam cinta,
agussyafii

==============================================
Sekiranya berkenan mohon kirimkan komentar anda melalui
[EMAIL PROTECTED] atau http://mubarok-institute.blogspot.com
==============================================


Kirim email ke