Kebahagiaan Yang Hakiki

By: agussyafii

Perhatikan bagaimana al Quran membimbing kita melihat masalah, seperti yang 
disebutkan dalam surat al Baqarah ayat 216, 'Boleh jadi engkau membenci 
sesuatu, padahal ia baik bagimu, dan boleh jadi engkau menyenangi sesuatu 
padahal ia buruk bagimu. Allah mengetahui dan kamu tidak mengetahui (Q/2:216).

Renungkan pula bagaimana proses yang mengantar kita pada kebahagiaan, ternyata 
di sana ada pengorbanan. Pesta perkawinan yang sangat membahagiakan ternyata 
harus didukung oleh pengorbanan banyak hewan yang harus disembelih. Kemerdekaan 
suatu bangsa juga harus didukung oleh pengorbanan sebagian dari warganya, yakni 
dengan gugurnya para pahlawan di medan perang. Disadari atau tidak, sebenarnya 
setiap pribadi harus bersedia berkorban demi kebahagiaan bersama.

Pengorbanan, sifat mengalah harus selalu ada pada diri kita demi mewujudnya 
kebahagiaan yang hakiki. Suatu bahaya yang mencekam ternyata melahirkan 
kebahagiaan berupa munculnya orang-orang pemberani yang berhasil mengusir 
bahaya itu. Pengalaman menderita sakit parah ternyata bisa mendatangkan rasa 
kebahagiaan, yakni ketika merasakan betapa nikmatnya kesehatan. Jika 
penderitaan itu terjadi karena kesalahan maka itu adalah tanggungjawab kita 
sebagai pilihan hidup kita tetapi bila  tidak bersalah itulah yang disebut 
dengan pengorbanan, maka pengorbanan kita akan dibalas oleh Allah dengan 
ketinggian derajat di akhirat (Q/2:155-157) .

Menurut al Quran, Allah memberikan potensi kepada kita untuk mampu memikul 
kesedihan dan melupakannya. Dalam surat at Taghabun disebutkan 'Tidak satupun 
petaka yang menimpa seseorang kecuali dengan izin Allah dan barang siapa yang 
beriman kepada Allah, niscaya Dia (Allah) akan memberi petunjuk kepada hatinya, 
dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu (Q/64:11).

Allah Maha Sempurna, sementara nalar kita tidak sempurna. Adakalanya kehidupan 
dapat dipahami oleh nalar kita dan seringkali tidak. Kita pernah diributkan 
oleh lirik lagu yang mengatakan bahwa takdir itu kejam, padahal takdir Allah 
selalu baik untuk hamba-hambaNya. Persoalan kehidupan memang bukan semata-mata 
problem nalar, tetapi problem juga rasa, sebagai akibat dari keinginan kita 
untuk selalu mendapatkan yang terbaik untuk dirinya, keluarga kita atau diri 
kita saja hingga melupakan yang lain. Jika problemnya demikian maka yang mampu 
menanggulanginya adalah  ketaqwaan kita kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala, 
berperan besar dalam mencapai kebahagiaan yang hakiki, dunia dan akherat.

Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan 
dalam urusannya. (QS Ath-Thalaq 4).

Wassalam,
agussyafii
-- 
Tulisan ini dibuat dalam rangka kampanye program Kegiatan 'Muhasabah Amalia 
(MUSA)' Hari Ahad, Tanggal 18 April 2010 Di Rumah Amalia. Kirimkan dukungan dan 
partisipasi anda di http://www.facebook.com/agussyafii2, atau 
http://agussyafii.blogspot.com/, http://www.twitter.com/agussyafii atau sms di 
087 8777 12 431.




      

[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke