[Mayapada Prana] Peradaban India Kuno yang Musnah

2005-06-05 Terurut Topik E d u a r d
Peradaban India Kuno yang Musnah

Perang Mahabharata pada masa India kuno kemungkinan
besar merupakan sebuah perang berteknologi tinggi
semacam perang nuklir. Bukti-bukti kerusakan akibat
perang itu menunjukkan hal itu.

Mahabharata, adalah sebuah wiracarita India kuno yang
terkenal, berbahasa Sansekerta, yang melukiskan
tentang konflik keturunan Pandu dan Dritarastra dalam
memperebutkan takhta kerajaan. Bersama dengan Ramayana
disebut sebagai 2 besar wiracarita India, yang ditulis
pada tahun 1500 SM, dan hingga kini sudah sampai
sekitar lebih dari 3.500 tahun. Fakta sejarah yang
dicatat dalam buku tersebut, masanya juga lebih awal
2.000 tahun dibanding penyelesaian bukunya, artinya
peristiwa yang dicatat dalam buku, kejadiannya hingga
kini kira-kira telah lebih dari 5.000 tahun yang
silam.

Buku ini telah mencatat kehidupan dua saudara sepupu
yakni Kurawa dan Pandawa yang hidup di tepian sungai
Gangga, serta dua kali perang hebat antara kerajaan
Alengka dan Astina. Namun yang membuat orang tidak
habis pikir, kenapa perang pada masa itu begitu
dahsyat? Dengan menggunakan teknologi perang
tradisional, tidak mungkin bisa memiliki kekuatan yang
begitu besar. Spekulasi baru dengan berani menyebutkan
perang yang dilukiskan tersebut, kemungkinan adalah
semacam perang nuklir!

Perang pertama kali dalam buku catatan dilukiskan
seperti berikut ini: bahwa Arjuna yang gagah berani,
duduk dalam Weimana (sarana terbang yang mirip pesawat
terbang) dan mendarat di tengah air, lalu meluncurkan
Gendewa, semacam senjata yang mirip rudal, roket yang
dapat menimbulkan sekaligus melepaskan nyala api yang
gencar di atas wilayah musuh, seperti hujan lebat yang
kencang, mengepungi musuh, kekuatannya sangat dahsyat.
Dalam sekejap, sebuah bayangan yang tebal dengan cepat
terbentuk di atas wilayah Pandawa, angkasa menjadi
gelap gulita, semua kompas yang ada dalam kegelapan
menjadi tidak berfungsi, kemudian badai angin yang
dahsyat mulai bertiup, wuuus wuuus, disertai
dengan debu pasir, burung-burung bercicit panik...
seolah-olah langit runtuh, bumi merekah. Matahari
seolah-olah bergoyang di angkasa, panas membara yang
mengerikan yang dilepaskan senjata ini, membuat bumi
bergoncang, gunung bergoyang, di kawasan darat yang
luas, binatang-binatang mati terbakar dan berubah
bentuk, air sungai kering kerontang, ikan udang dan
lainnya semuanya mati. Saat roket meledak, suaranya
bagaikan halilintar, membuat prajurit musuh terbakar
bagaikan batang pohon yang terbakar hangus.

Jika akibat yang ditimbulkan oleh senjata Arjuna
bagaikan sebuah badai api, maka akibat serangan yang
diciptakan oleh bangsa Alengka juga merupakan sebuah
ledakan nuklir dan racun debu radioaktif.

Gambaran yang dilukiskan pada perang dunia ke-2 lebih
membuat orang berdiri bulu romanya dan merasa ngeri:
pasukan Alengka menumpangi kendaraan yang cepat,
meluncurkan sebuah rudal yang ditujukan ke-3 kota
pihak musuh. Rudal ini seperti mempunyai segenap
kekuatan alam semesta, terangnya seperti terang
puluhan matahari, kembang api bertebaran naik ke
angkasa, sangat indah. Mayat yang terbakar, sehingga
tidak bisa dibedakan, bulu rambut dan kuku rontok
terkelupas, barang-barang porselen retak, burung yang
terbang terbakar gosong oleh suhu tinggi. Demi untuk
menghindari kematian, para prajurit terjun ke sungai
membersihkan diri dan senjatanya.

Spekulasi perang Mahabharata sebagai perang nuklir
diperkuat dengan adanya penemuan arkeologis. Para
arkeolog menemukan banyak puing-puing yang telah
menjadi batu hangus di atas hulu sungai Gangga yang
terjadi pada perang seperti yang dilukiskan di atas.
Batu yang besar-besar pada reruntuhan ini dilekatkan
jadi satu, permukaannya menonjol dan cekung tidak
merata. Jika ingin melebur bebatuan tersebut,
dibutuhkan suhu paling rendah 1.800 C. Bara api yang
biasa tidak mampu mencapai suhu seperti ini, hanya
pada ledakan nuklir baru bisa mencapai suhu yang
demikian.

Di dalam hutan primitif di pedalaman India,
orang-orang juga menemukan lebih banyak reruntuhan
batu hangus. Tembok kota yang runtuh dikristalisasi,
licin seperti kaca, lapisan luar perabot rumah tangga
yang terbuat dari batuan di dalam bangunan juga telah
dikacalisasi. Selain di India, Babilon kuno, gurun
sahara, dan guru Gobi di Mongolia juga telah ditemukan
reruntuhan perang nuklir prasejarah. Batu kaca pada
reruntuhan semuanya sama persis dengan batu kaca pada
kawasan percobaan nuklir saat ini.

Semua temuan arkeologis ini sesuai dengan catatan
sejarah yang turun-temurun, kita bisa mengetahui bahwa
manusia juga pernah mengembangkan peradaban tinggi di
India pada 5.000 tahun silam, bahkan mengetahui cara
menggunakan reaktor nuklir, namun oleh karena
memperebutkan kekuasaan dan kekayaan serta menggunakan
dengan sewenang-wenang, sehingga mereka mengalami
kehancuran.

Sebagai perbandingan, reaktor nuklir pada 2 miliar
tahun silam pernah dimanfaatkan di Oklo, Afrika
Selatan. Manusia dapat memanfaatkan nuklir untuk
tujuan damai, sekaligus memanfaatkan topografi alam

[Mayapada Prana] Melacak Peradaban Atlantis

2005-06-05 Terurut Topik E d u a r d
Melacak Peradaban Atlantis :
Daratan yang Hilang Ditelan Masa

Legenda yang berkisah tentang Atlantis, pertama kali
ditemui dalam karangan filsafat Yunani kuno: Dua buah
catatan dialog Plato (427-347 SM) yakni: buku Critias
dan Timaeus.

Pada buku Timaeus, Plato berkisah: Di hadapan Selat
Mainstay Haigelisi, ada sebuah pulau yang sangat
besar, dari sana kalian dapat pergi ke pulau lainnya,
di depan pulau-pulau itu adalah seluruhnya daratan
yang dikelilingi laut samudera, itu adalah kerajaan
Atlantis. Ketika itu Atlantis baru akan melancarkan
perang besar dengan Athena, namun di luar dugaan
Atlantis tiba-tiba mengalami gempa bumi dan banjir,
tidak sampai sehari semalam, tenggelam sama sekali di
dasar laut, negara besar yang melampaui peradaban
tinggi, lenyap dalam semalam.

Dalam legenda, yang mendirikan kerajaan Atlantis
adalah dewa laut Poseidon. Di atas sebuah pulau, ada
seorang gadis muda yang kedua orang tuanya meninggal,
Poseidon memperistri gadis muda itu dan melahirkan
lima anak kembar, kemudian Poseidon membagi
keseluruhan pulau menjadi 10 wilayah, masing-masing
diserahkan pada 10 anak untuk menguasai, dan anak
sulung ditunjuk sebagai penguasa tertinggi. Karena
anak sulung lelaki ini bernama Atlan, oleh karenanya
menyebut nama negeri tersebut sebagai kerajaan
Atlantis.

Satu bagian dalam dialog buku Critias, tercatat kisah
Atlantis yang dikisahkan oleh adik sepupu Critias.
Critias adalah murid dari ahli filsafat Socrates, tiga
kali ia menekankan keberadaan Atlantis dalam dialog.
Kisahnya berasal dari cerita lisan Joepe yaitu moyang
lelaki Critias, sedangkan Joepe juga mendengarnya dari
seorang penyair Yunani bernama Solon ( 639-559 SM).
Solon adalah yang paling bijaksana di antara 7
mahabijak Yunani kuno, suatu kali ketika Solon
berkeliling Mesir, dari tempat pemujaan makam leluhur
mengetahui legenda Atlantis. Catatan dalam dialog,
secara garis besar seperti berikut ini:

Ada sebuah daratan raksasa di atas Samudera Atlantik
arah barat Laut Tengah yang sangat jauh, yang bangga
dengan peradabannya yang menakjubkan. Ia menghasilkan
emas dan perak yang tak terhitung banyaknya: istana
dikelilingi oleh tembok emas dan dipagari oleh dinding
perak. Dinding tembok dalam istana bertakhtakan emas,
cemerlang dan megah. Di sana, tingkat perkembangan
peradabannya memukau orang. Memiliki pelabuhan dan
kapal dengan perlengkapan yang sempurna, juga ada
benda yang bisa membawa orang terbang. Kekuasaannya
tidak hanya terbatas di Eropa, bahkan jauh sampai
daratan Afrika. Setelah dilanda gempa dahsyat,
tenggelamlah ia ke dasar laut beserta peradabannya,
juga hilang dalam ingatan orang-orang.

Penyelidikan Arkeolog
Menurut perhitungan versi Plato waktu tenggelamnya
kerajaan Atlantis, kurang lebih 11.150 tahun yang
silam. Plato pernah beberapa kali mengatakan, keadaan
kerajaan Atlantis diceritakan turun-temurun. Sama
sekali bukan rekaannya sendiri. Plato bahkan pergi ke
Mesir minta petunjuk biksu dan rahib terkenal setempat
waktu itu. Guru Plato yaitu Socrates ketika
membicarakan tentang kerajaan Atlantis juga
menekankan, karena hal itu adalah nyata, nilainya jauh
lebih kuat dibanding kisah yang direkayasa.

Jika semua yang diutarakan Plato memang benar-benar
nyata, maka sejak 12.000 tahun silam, manusia sudah
menciptakan peradaban. Namun di manakah kerajaan
Atlantis itu? Sejak ribuan tahun silam orang-orang
menaruh minat yang sangat besar terhadap hal ini.
Hingga abad ke-20 sejak tahun 1960-an, laut Bermuda
yang terletak di bagian barat Samudera Atlantik, di
kepulauan Bahama, dan laut di sekitar kepulauan
Florida pernah berturut-turut diketemukan keajaiban
yang menggemparkan dunia.

Suatu hari di tahun 1968, kepulauan Bimini di sekitar
Samudera Atlantik di gugusan Pulau Bahama, laut tenang
dan bening bagaikan kaca yang terang, tembus pandang
hingga ke dasar laut. Beberapa penyelam dalam
perjalanan kembali ke kepulauan Bimini, tiba-tiba ada
yang menjerit kaget. Di dasar laut ada sebuah jalan
besar! Beberapa penyelam secara bersamaan terjun ke
bawah, ternyata memang ada sebuah jalan besar
membentang tersusun dari batu raksasa. Itu adalah
sebuah jalan besar yang dibangun dengan menggunakan
batu persegi panjang dan poligon, besar kecilnya batu
dan ketebalan tidak sama, namun penyusunannya sangat
rapi, konturnya cemerlang. Apakah ini merupakan jalan
posnya kerajaan Atlantis?

Awal tahun '70-an, sekelompok peneliti telah tiba di
sekitar kepulauan Yasuel, Samudera Atlantik. Mereka
telah mengambil inti karang dengan mengebor pada
kedalaman 800 meter di dasar laut, atas ungkapan
ilmiah, tempat itu memang benar-benar sebuah daratan
pada 12.000 tahun silam. Kesimpulan yang ditarik atas
dasar teknologi ilmu pengetahuan, begitu mirip seperti
yang dilukiskan Plato! Namun, apakah di sini tempat
tenggelamnya kerajaan Atlantis?

Tahun 1974, sebuah kapal peninjau laut Uni Soviet
telah membuat 8 lembar foto yang jika disarikan
membentuk sebuah bangunan kuno mahakarya manusia!
Apakah ini dibangun oleh orang Atlantis?

Tahun 1979, ilmuwan