[Keuangan] Beranikah Bank Syariah Menjadi ‘Grameen Bank’ di Indonesia?
tulisan ini saya copas dari kompasiana, sebuah tulisan karya ririn handayani dalam rangka iB Blogger Competition. kalo udah di blog publik begitu, apa saya masih harus izin lagi ya ? kalau saya dianggap salah, maka saya mohon maaf sebesar-besarnya. selain saya sangat mendukung lomba artikel semacam ini, IMHO beberapa tulisan di dalamnya cukup menarik untuk diobrolkan mengingat nampaknya isyu ekonomi pro rakyat dan kerakyatan maupun jalan tengah sangat mewarnai pilpres kali ini, dan bagi saya itu berarti masyarakat kita mulai peduli dengan kebangunan ekonomi bagi rakyat (kecil) yang mungkin dari sisi jumlah merupakan mayoritas di republik ini (sayangnya, belum jelas benar dari angka itu berapa rakyat kecil yang wiraswasta, yang karyawan, maupun yang keduanya :) komentar saya di bawah ini adalah pikiran saya yang bukan pelaku UMKM, bukan pengamat ekonomi, hanya pendapat seorang jurukunci ki brankas yang tertarik dengan pengembangan UMKM (hmm. jatuh2nya pengamat juga ya.. tapi ketinggian ah.. penonton aja deh :) menurut saya, yang lebih sulit bukanlah segmentasi pemberian kredit pada UKM, melainkan antara 1) memilih UMKM yang memang layak dibantu (kriteria bisa macam2 soalnya) dan / atau mendidik UKM ini agar mampu menyusun rencana usaha yang cukup matang sehingga potensinya berkembang ngga perlu diragukan lagi, setidaknya menurut analis kredit :) dan 2) menyajikan laporan yang cukup handal, utamanya bagi dia sendiri, sehingga bisa monitor dan mungkin mengembangkan usahanya lagi. kalo mengharap masyarakat siap duluan, mungkin sulit, meski pasti ada aja rekan2 LSM yang siap membantu UMKM tersebut dalam hal itu. mengandalkan penyuluh pemerintah punya, hmm.. entah juga ya.. hehe.. jadi menurut saya memang perlu ada semacam penyuluhan dari bank itu sendiri. ]eh.. dan semoga pendapat saya ini ngga terlalu asal. kalo ternyata ngaco ya mohon maap dan mohon koreksinya :) *BR, ari.ams* sumber asli: http://ib-bloggercompetition.kompasiana.com/2009/07/17/beranikah-bank-syariah-menjadi-grameen-bank-di-indonesia/ * * iB Blogger Competition adalah lomba penulisan artikel di kanal blog Kompasiana dengan total hadiah sebesar Rp. 20 juta. Tema tulisan seputar Perbankan Syariah. Lomba terbuka untuk umum, dengan syarat harus memiliki blog atau account di situs pertemanan (Facebook, Multiplay, dll). Artikel diterima paling lambat tanggal 15 Agustus 2009 untuk periode I dan tanggal 31 Oktober 2009 untuk periode II. * Beranikah Bank Syariah Menjadi Grameen Bank di Indonesia? *Oleh ririnhandayani - 17 Juli 2009 - Dibaca 296 Kali - Ada berita memprihatinkan yang dimuat Harian Pagi Radar Jember dua hari berturut-turut, 28 dan 29 Juni 2009 lalu. Yakni tentang nasib 2.200 anggota Bank Gakin (Bank Keluarga Miskin) di Kabupaten Jember yang seperti telur di ujung tanduk. Pasalnya, modal bank yang dibina Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Jember itu akan ditarik oleh pemiliknya, Bank Jatim. Padahal modal pinjaman yang diberikan Bank Jatim hampir mencapai 80%. Dari 29 Bank Gakin yang ada, hanya tujuh unit yang menggunakan dana mandiri. Dana yang digulirkan juga lumayan besar yakni mencapai Rp 14 milyar lebih. Jika benar Bank Jatim akan menarik seluruh pinjamannya, dipastikan sekitar 2.200 anggota Bank Gakin Jember akan kelabakan. Mereka harus pontang-panting mempertahankan eksistensi usahanya yang sudah tiga tahun ini dirintis dengan gemilang. Mereka akan terpukul karena pemerintah dalam hal ini Pemerintah Kabupaten Jember, belum mampu menyediakan dana pengganti karena keterbatasan anggaran. Demikian sebagian isi dari tulisan di Harian Pagi Radar Jember tersebut. Atas realitas ini, akankah Bank Syariah khususnya Bank Syariah di Kota Jember tergerak hatinya dan melihat ini sebagai potensi pasar yang prospektif? Tujuh belas tahun sudah usia bank syariah di Indonesia sejak berdiri 1992 lalu, namun eksistensinya masih melangit. Sebagian besar strategi dan inovasi produk yang dikembangkan bank syariah belum bisa dinikmati sektor riil yang notabene adalah kalangan masyarakat kelas bawah yang jelas-jelas sangat membutuhkan aliran modal namun tidak memiliki apa-apa untuk dijadikan agunan. Dalam mekanisme pemberian kredit/modal, bank syariah menetapkan prosedur yang tidak jauh berbeda dengan bank konvensional. Masalahnya kemudian menjadi sangat sederhana, apa artinya perbedaan antara bank konvensional dengan sistem bunganya dan bank syariah dengan sistem bagi hasilnya, jika keduanya sama-sama susah diakses oleh masyarakat kecil yang membutuhkan modal untuk kelangsungan usahanya? Saya terenyuh mendengar cerita seorang ibu lijo (penjual sayur keliling) tentang bagaimana ia bisa mendapatkan modal usaha untuk bisa berjualan dan bagaimana ia harus membayar bunganya. Tak adanya akses untuk meminjam modal usaha ke bank karena tak punya apa-apa untuk dijadikan agunan, terpaksa si ibu meminjam uang kepada rentenir dengan bunga 20 persen sebulan. Bandingkan dengan tingkat suku bunga kredit komersil bank konvensional yang kini
[Keuangan] Logika Sekuler tentang Bank Syariah
sekali lagi dari iB Blogger Competitioan @ Kompasiana tulisan yang menarik tentang Bank Syariah, setidaknya menurut kuncen ki brankas seperti saya tetapi apakah memang demikian, adanya ? mohon bantuan penjelasan rekan2 financiers *BR, ari.ams* http://ib-bloggercompetition.kompasiana.com/2009/07/10/logika-sekuler-tentang-bank-syariah/ * Logika Sekuler tentang Bank Syariah *Oleh Subhan - 10 Juli 2009 - Dibaca 352Kali - Rasanya tidak cukup hanya mengedepankan dalil-dalil agama untuk meyakinkan masyarakat bahwa kehadiran bank syariah merupakan salah satu solusi untuk mengatasi masalah ekonomi bangsa. apalagi jika yang dihadapi adalah kalangan sekuler yang begitu alergi terhadap penerapan nilai-nilai agama dalam kehidupan bermasyarakat, umumnya mereka enggan menerima penjelasan yang dipenuhi dengan kutipan-kutipan ayat quran atau hadits. Yang diinginkan adalah penjelasan logis kenapa sesuatu itu dianggap bagus dan baik. Penjelasan agama hanya berlaku bagi kalangan yang yakin bahwa setiap yang diatur oleh quran dan sunnah adalah baik. Sedangkan bagi kalangan sekuler, yang begitu mendewakan pikiran dalam setiap pengambilan keputusan, diperlukan data empirik untuk benar-benar yakin bahwa sesuatu itu memang benar-benar baik. Dalam pelaksanaan bank syariah misalnya, kalangan sekuler sangat membutuhkan bukti nyata bahwa bank syariah benar-benar lebih baik dibanding bank konvensional. Berikut ini beberapa alasan yang sekiranya bisa diterima kalangan sekuler kenapa bank syariah sangat layak dijadikan alternatif penyelesaian masalah ekonomi bangsa. *Pertama, bank syariah lebih menguntungkan.* Ini bukan hanya klaim tapi bisa dibuktikan secara empirik. Berdasar data yang terpampang dalam website salah satu bank syariah dan juga bank konvensional bisa diketahui secara jelas bahwa bank syariah lebih banyak memberikan keuntungan material di banding bank konvensional. Per tanggal 9 Juli 2009, salah satu bank syariah berani memberikan bagi hasil senilai 3,22% bagi nasabah tabungan. Bagi hasil 3,22% ini diberikan kepada seluruh nasabah pemilik rekening tabungan tanpa mensyaratkan saldo minimal. Angka 3,22% ini muncul setelah besaran bagi hasil tabungan diekuvalenkan ke dalam bentuk persentase. Sementara pada tanggal dan produk yang sama, salah satu bank konvensional tidak memberikan bunga sama sekali bagi pemilik rekening tabungan yang saldonya kurang dari Rp 1 juta. Bunga baru bisa diberikan ketika saldo tabungan nasabah di atas Rp 1 juta. Itupun tidak sebesar bagi hasil yang diberikan bank syariah. Bank konvensional milik pemerintah ini hanya bisa memberikan bunga sebesar 1,75% bagi nasabah pemilik tabungan dengan saldo antara Rp 1 juta hingga Rp 5 juta. Sedangkan bagi nasabah tabungan dengan saldo Rp 5 juta - Rp 50 juta bank konvensional yang banyak cabangnya ini hanya bisa memberikan bunga sebesar 2,25%. Selanjutnya bagi nasabah tabungan yang memiliki saldo sebesar Rp 50 juta Rp 100 juta akan diberikan bunga sebesar 2.5%. Bagi nasabah dengan saldo minimal Rp 100 juta hingga saldo kurang dari satu milyar rupiah bank konvensional hanya berani membayar bunga 2,75%. Bunga yang cukup besar yaitu 3,75% baru bisa dinikmati nasabah bank konvensional jika memiliki saldo tabungan lebih besar dari satu milyar rupiah. *See*, terbukti bank syariah lebih menguntungkan bagi nasabah. Untuk mendapatkan bagi hasil sebesar 3% nasabah bank syariah tidak perlu menungu tabungannya mencapai satu milyar rupiah. *Kedua, bank syariah menolak sistem rente.* Sudah jadi pengetahuan umum bahwa bank syariah tidak diberlakukan sistem bunga. Bunga yang sejatinya adalah insentif bagi para nasabah yang telah menyimpan dananya pada suatu bank kini telah berubah fungsi menjadi biaya wajib yang harus disediakan bank dalam kondisi apapun. Tak peduli apakah bank itu untung atau rugi. Yang pasti ketika ada nasabah yang menyimpan dananya kepada sebuah bank maka bank harus menyediakan bunga sesuai persentase yang ditentukan. Dengan sistem bunga seperti ini tentu akan menyulitkan bank konvensional berkreasi mengembangkan usaha. Belum juga dana masyarakat disalurkan ke dalam proyek-proyek pembangunan, bank konvensional sudah harus berpikir bagaimana caranya membayar bunga yang ditetapkan. Akibatnya banyak bank konvensional yang mengambil cara pintas untuk menutupi biaya bunga yang harus dibayarkan itu. Bank konvensional biasanya akan menggunakan dana masyarakat untuk membeli surat berharga Bank Indonesia. Dengan cara ini bank tidak perlu berspekulasi mendapatkan keuntungan. Cukup borong SBI dan pada waktu tertentu akan mendapat keuntungan yang cukup untuk membayar biaya bunga bagi nasabah. Pada akhirnya negaralah yang dibebani untuk menyediakan biaya bunga bagi para nasabah. Di sisi lain pemberlakukan sistem bunga semacam ini akan melahirkan masyarakat pragmatis yang hanya mengandalakan bunga bank untuk mendapatkan keuntungan. Beda dengan sistem bank syariah yang tidak menjanjikan insentif apapun kepada nasabah sebelum diketahui keuntungan yang
Re: [Keuangan] Logika Sekuler tentang Bank Syariah
oom ari, perlu segmentasi juga. soalnya bank syariah ndak jelas segmen marketnya di mana. kenapa nggak mengarah pada yg industri, perumahan, retail banking, agro, dll. 2009/7/18 anton ms wardhana ari.am...@gmail.com: sekali lagi dari iB Blogger Competitioan @ Kompasiana tulisan yang menarik tentang Bank Syariah, setidaknya menurut kuncen ki brankas seperti saya tetapi apakah memang demikian, adanya ? mohon bantuan penjelasan rekan2 financiers *BR, ari.ams* http://ib-bloggercompetition.kompasiana.com/2009/07/10/logika-sekuler-tentang-bank-syariah/ * Logika Sekuler tentang Bank Syariah *Oleh Subhan - 10 Juli 2009 - Dibaca 352Kali - Rasanya tidak cukup hanya mengedepankan dalil-dalil agama untuk meyakinkan masyarakat bahwa kehadiran bank syariah merupakan salah satu solusi untuk mengatasi masalah ekonomi bangsa. apalagi jika yang dihadapi adalah kalangan sekuler yang begitu alergi terhadap penerapan nilai-nilai agama dalam kehidupan bermasyarakat, umumnya mereka enggan menerima penjelasan yang dipenuhi dengan kutipan-kutipan ayat quran atau hadits. Yang diinginkan adalah penjelasan logis kenapa sesuatu itu dianggap bagus dan baik. Penjelasan agama hanya berlaku bagi kalangan yang yakin bahwa setiap yang diatur oleh quran dan sunnah adalah baik. Sedangkan bagi kalangan sekuler, yang begitu mendewakan pikiran dalam setiap pengambilan keputusan, diperlukan data empirik untuk benar-benar yakin bahwa sesuatu itu memang benar-benar baik. Dalam pelaksanaan bank syariah misalnya, kalangan sekuler sangat membutuhkan bukti nyata bahwa bank syariah benar-benar lebih baik dibanding bank konvensional. Berikut ini beberapa alasan yang sekiranya bisa diterima kalangan sekuler kenapa bank syariah sangat layak dijadikan alternatif penyelesaian masalah ekonomi bangsa. *Pertama, bank syariah lebih menguntungkan.* Ini bukan hanya klaim tapi bisa dibuktikan secara empirik. Berdasar data yang terpampang dalam website salah satu bank syariah dan juga bank konvensional bisa diketahui secara jelas bahwa bank syariah lebih banyak memberikan keuntungan material di banding bank konvensional. Per tanggal 9 Juli 2009, salah satu bank syariah berani memberikan bagi hasil senilai 3,22% bagi nasabah tabungan. Bagi hasil 3,22% ini diberikan kepada seluruh nasabah pemilik rekening tabungan tanpa mensyaratkan saldo minimal. Angka 3,22% ini muncul setelah besaran bagi hasil tabungan diekuvalenkan ke dalam bentuk persentase. Sementara pada tanggal dan produk yang sama, salah satu bank konvensional tidak memberikan bunga sama sekali bagi pemilik rekening tabungan yang saldonya kurang dari Rp 1 juta. Bunga baru bisa diberikan ketika saldo tabungan nasabah di atas Rp 1 juta. Itupun tidak sebesar bagi hasil yang diberikan bank syariah. Bank konvensional milik pemerintah ini hanya bisa memberikan bunga sebesar 1,75% bagi nasabah pemilik tabungan dengan saldo antara Rp 1 juta hingga Rp 5 juta. Sedangkan bagi nasabah tabungan dengan saldo Rp 5 juta - Rp 50 juta bank konvensional yang banyak cabangnya ini hanya bisa memberikan bunga sebesar 2,25%. Selanjutnya bagi nasabah tabungan yang memiliki saldo sebesar Rp 50 juta – Rp 100 juta akan diberikan bunga sebesar 2.5%. Bagi nasabah dengan saldo minimal Rp 100 juta hingga saldo kurang dari satu milyar rupiah bank konvensional hanya berani membayar bunga 2,75%. Bunga yang cukup besar yaitu 3,75% baru bisa dinikmati nasabah bank konvensional jika memiliki saldo tabungan lebih besar dari satu milyar rupiah. *See*, terbukti bank syariah lebih menguntungkan bagi nasabah. Untuk mendapatkan bagi hasil sebesar 3% nasabah bank syariah tidak perlu menungu tabungannya mencapai satu milyar rupiah. *Kedua, bank syariah menolak sistem rente.* Sudah jadi pengetahuan umum bahwa bank syariah tidak diberlakukan sistem bunga. Bunga yang sejatinya adalah insentif bagi para nasabah yang telah menyimpan dananya pada suatu bank kini telah berubah fungsi menjadi biaya wajib yang harus disediakan bank dalam kondisi apapun. Tak peduli apakah bank itu untung atau rugi. Yang pasti ketika ada nasabah yang menyimpan dananya kepada sebuah bank maka bank harus menyediakan bunga sesuai persentase yang ditentukan. Dengan sistem bunga seperti ini tentu akan menyulitkan bank konvensional berkreasi mengembangkan usaha. Belum juga dana masyarakat disalurkan ke dalam proyek-proyek pembangunan, bank konvensional sudah harus berpikir bagaimana caranya membayar bunga yang ditetapkan. Akibatnya banyak bank konvensional yang mengambil cara pintas untuk menutupi biaya bunga yang harus dibayarkan itu. Bank konvensional biasanya akan menggunakan dana masyarakat untuk membeli surat berharga Bank Indonesia. Dengan cara ini bank tidak perlu berspekulasi mendapatkan keuntungan. Cukup borong SBI dan pada waktu tertentu akan mendapat keuntungan yang cukup untuk membayar biaya bunga bagi nasabah. Pada akhirnya negaralah yang dibebani untuk menyediakan biaya bunga
[Keuangan] Re: Logika Sekuler tentang Bank Syariah
Numpang memberikan pendapat: Berdasarkan analisa saya terhadap kenyataan di lapangan, saya kurang setuju dengan pernyataan bahwa bank syariah tidak menerapkan bunga. Memang benar, tidak ada istilah bunga dalam form atau namanya, tapi secara substance ada. Bank syariah dalam akadnya (e.g: mudharabah, musyarakah, murabahah, ijarah) menetapkan tingkat imbal hasil tertentu. Bedanya dengan bank konvensional (berdasarkan pengamatan nyata saya), tingkat imbal hasil yang diminta bank syariah bersifat tetap, tidak mengambang atau floating seperti bank konvensional. Kalau tingkat return atau bagi hasil yang diterima nasabah (baca: deposan) di bank syariah lebih tinggi, it implies (itu menyiratkan) bahwa tingkat imbal hasil yang diminta atau diambil dari debitur (yang meminjam) sebenarnya juga lebih tinggi. Karena bank syariah dan bank konvensional, walaupun diberi label berbeda, tapi substance kedua-duanya adalah bisnis. Logikanya, kalau satu perusahaan bisa bagi-bagi duit lebih besar, berarti pendapatannya lebih besar. Darimanakah pendapatan bank syariah? Ya, dari imbal hasil itu yang diterima dari para debiturnya. Pendapat saya ini murni analisa bisnis. Mohon maaf bagi yang kurang berkenan dengan pendapat saya. Janganlah kiranya dibawa-bawa melantur di luar dari ranah analisa bisnis. Jadi in conclusion, menurut hemat saya tidak ada pinjem duit tanpa bunga. Paling-paling cuma ganti istilah atau nama saja. Cheers and Best Regards, SJ --- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, anton ms wardhana ari.am...@... wrote: sekali lagi dari iB Blogger Competitioan @ Kompasiana tulisan yang menarik tentang Bank Syariah, setidaknya menurut kuncen ki brankas seperti saya tetapi apakah memang demikian, adanya ? mohon bantuan penjelasan rekan2 financiers *BR, ari.ams* http://ib-bloggercompetition.kompasiana.com/2009/07/10/logika-sekuler-tentang-bank-syariah/ * Logika Sekuler tentang Bank Syariah *Oleh Subhan - 10 Juli 2009 - Dibaca 352Kali - Rasanya tidak cukup hanya mengedepankan dalil-dalil agama untuk meyakinkan masyarakat bahwa kehadiran bank syariah merupakan salah satu solusi untuk mengatasi masalah ekonomi bangsa. apalagi jika yang dihadapi adalah kalangan sekuler yang begitu alergi terhadap penerapan nilai-nilai agama dalam kehidupan bermasyarakat, umumnya mereka enggan menerima penjelasan yang dipenuhi dengan kutipan-kutipan ayat quran atau hadits. Yang diinginkan adalah penjelasan logis kenapa sesuatu itu dianggap bagus dan baik. Penjelasan agama hanya berlaku bagi kalangan yang yakin bahwa setiap yang diatur oleh quran dan sunnah adalah baik. Sedangkan bagi kalangan sekuler, yang begitu mendewakan pikiran dalam setiap pengambilan keputusan, diperlukan data empirik untuk benar-benar yakin bahwa sesuatu itu memang benar-benar baik. Dalam pelaksanaan bank syariah misalnya, kalangan sekuler sangat membutuhkan bukti nyata bahwa bank syariah benar-benar lebih baik dibanding bank konvensional. Berikut ini beberapa alasan yang sekiranya bisa diterima kalangan sekuler kenapa bank syariah sangat layak dijadikan alternatif penyelesaian masalah ekonomi bangsa. *Pertama, bank syariah lebih menguntungkan.* Ini bukan hanya klaim tapi bisa dibuktikan secara empirik. Berdasar data yang terpampang dalam website salah satu bank syariah dan juga bank konvensional bisa diketahui secara jelas bahwa bank syariah lebih banyak memberikan keuntungan material di banding bank konvensional. Per tanggal 9 Juli 2009, salah satu bank syariah berani memberikan bagi hasil senilai 3,22% bagi nasabah tabungan. Bagi hasil 3,22% ini diberikan kepada seluruh nasabah pemilik rekening tabungan tanpa mensyaratkan saldo minimal. Angka 3,22% ini muncul setelah besaran bagi hasil tabungan diekuvalenkan ke dalam bentuk persentase. Sementara pada tanggal dan produk yang sama, salah satu bank konvensional tidak memberikan bunga sama sekali bagi pemilik rekening tabungan yang saldonya kurang dari Rp 1 juta. Bunga baru bisa diberikan ketika saldo tabungan nasabah di atas Rp 1 juta. Itupun tidak sebesar bagi hasil yang diberikan bank syariah. Bank konvensional milik pemerintah ini hanya bisa memberikan bunga sebesar 1,75% bagi nasabah pemilik tabungan dengan saldo antara Rp 1 juta hingga Rp 5 juta. Sedangkan bagi nasabah tabungan dengan saldo Rp 5 juta - Rp 50 juta bank konvensional yang banyak cabangnya ini hanya bisa memberikan bunga sebesar 2,25%. Selanjutnya bagi nasabah tabungan yang memiliki saldo sebesar Rp 50 juta Rp 100 juta akan diberikan bunga sebesar 2.5%. Bagi nasabah dengan saldo minimal Rp 100 juta hingga saldo kurang dari satu milyar rupiah bank konvensional hanya berani membayar bunga 2,75%. Bunga yang cukup besar yaitu 3,75% baru bisa dinikmati nasabah bank konvensional jika memiliki saldo tabungan lebih besar dari satu milyar rupiah. *See*, terbukti bank syariah lebih menguntungkan bagi nasabah. Untuk mendapatkan bagi hasil sebesar 3%
Re: [Keuangan] Re: Logika Sekuler tentang Bank Syariah
salam, Bung Jerry saya sendiri ketika memforward ke milis ini, justru berniat dibicarakan dari sisi bisnisnya ketika dibawa ke titik lain ya udah pasti titik, pembahasan terhenti saya percaya, sepanjang dibicarakan secara sehat, akan membawa manfaat bagi praktisi syariah maupun yang non syariah. karena selama ini, IMHO, diskusinya seperti ngga pernah ketemu. BR, ams Pada 18 Juli 2009 18:13, Jerry Matanari jerr_f...@yahoo.com menulis: Numpang memberikan pendapat: Berdasarkan analisa saya terhadap kenyataan di lapangan, saya kurang setuju dengan pernyataan bahwa bank syariah tidak menerapkan bunga. Memang benar, tidak ada istilah bunga dalam form atau namanya, tapi secara substance ada. Bank syariah dalam akadnya (e.g: mudharabah, musyarakah, murabahah, ijarah) menetapkan tingkat imbal hasil tertentu. Bedanya dengan bank konvensional (berdasarkan pengamatan nyata saya), tingkat imbal hasil yang diminta bank syariah bersifat tetap, tidak mengambang atau floating seperti bank konvensional. Kalau tingkat return atau bagi hasil yang diterima nasabah (baca: deposan) di bank syariah lebih tinggi, it implies (itu menyiratkan) bahwa tingkat imbal hasil yang diminta atau diambil dari debitur (yang meminjam) sebenarnya juga lebih tinggi. Karena bank syariah dan bank konvensional, walaupun diberi label berbeda, tapi substance kedua-duanya adalah bisnis. Logikanya, kalau satu perusahaan bisa bagi-bagi duit lebih besar, berarti pendapatannya lebih besar. Darimanakah pendapatan bank syariah? Ya, dari imbal hasil itu yang diterima dari para debiturnya. Pendapat saya ini murni analisa bisnis. Mohon maaf bagi yang kurang berkenan dengan pendapat saya. Janganlah kiranya dibawa-bawa melantur di luar dari ranah analisa bisnis. Jadi in conclusion, menurut hemat saya tidak ada pinjem duit tanpa bunga. Paling-paling cuma ganti istilah atau nama saja. Cheers and Best Regards, SJ --- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.comAhliKeuangan-Indonesia%40yahoogroups.com, anton ms wardhana ari.am...@... wrote: sekali lagi dari iB Blogger Competitioan @ Kompasiana tulisan yang menarik tentang Bank Syariah, setidaknya menurut kuncen ki brankas seperti saya tetapi apakah memang demikian, adanya ? mohon bantuan penjelasan rekan2 financiers *BR, ari.ams* http://ib-bloggercompetition.kompasiana.com/2009/07/10/logika-sekuler-tentang-bank-syariah/ * Logika Sekuler tentang Bank Syariah *Oleh Subhan - 10 Juli 2009 - Dibaca 352Kali - Rasanya tidak cukup hanya mengedepankan dalil-dalil agama untuk meyakinkan masyarakat bahwa kehadiran bank syariah merupakan salah satu solusi untuk mengatasi masalah ekonomi bangsa. apalagi jika yang dihadapi adalah kalangan sekuler yang begitu alergi terhadap penerapan nilai-nilai agama dalam kehidupan bermasyarakat, umumnya mereka enggan menerima penjelasan yang dipenuhi dengan kutipan-kutipan ayat quran atau hadits. Yang diinginkan adalah penjelasan logis kenapa sesuatu itu dianggap bagus dan baik. Penjelasan agama hanya berlaku bagi kalangan yang yakin bahwa setiap yang diatur oleh quran dan sunnah adalah baik. Sedangkan bagi kalangan sekuler, yang begitu mendewakan pikiran dalam setiap pengambilan keputusan, diperlukan data empirik untuk benar-benar yakin bahwa sesuatu itu memang benar-benar baik. Dalam pelaksanaan bank syariah misalnya, kalangan sekuler sangat membutuhkan bukti nyata bahwa bank syariah benar-benar lebih baik dibanding bank konvensional. Berikut ini beberapa alasan yang sekiranya bisa diterima kalangan sekuler kenapa bank syariah sangat layak dijadikan alternatif penyelesaian masalah ekonomi bangsa. *Pertama, bank syariah lebih menguntungkan.* Ini bukan hanya klaim tapi bisa dibuktikan secara empirik. Berdasar data yang terpampang dalam website salah satu bank syariah dan juga bank konvensional bisa diketahui secara jelas bahwa bank syariah lebih banyak memberikan keuntungan material di banding bank konvensional. Per tanggal 9 Juli 2009, salah satu bank syariah berani memberikan bagi hasil senilai 3,22% bagi nasabah tabungan. Bagi hasil 3,22% ini diberikan kepada seluruh nasabah pemilik rekening tabungan tanpa mensyaratkan saldo minimal. Angka 3,22% ini muncul setelah besaran bagi hasil tabungan diekuvalenkan ke dalam bentuk persentase. Sementara pada tanggal dan produk yang sama, salah satu bank konvensional tidak memberikan bunga sama sekali bagi pemilik rekening tabungan yang saldonya kurang dari Rp 1 juta. Bunga baru bisa diberikan ketika saldo tabungan nasabah di atas Rp 1 juta. Itupun tidak sebesar bagi hasil yang diberikan bank syariah. Bank konvensional milik pemerintah ini hanya bisa memberikan bunga sebesar 1,75% bagi nasabah pemilik tabungan dengan saldo antara Rp 1 juta hingga Rp 5 juta. Sedangkan bagi nasabah tabungan dengan saldo Rp 5 juta - Rp 50 juta bank konvensional yang banyak cabangnya ini hanya bisa memberikan
RE: [Keuangan] Memo Admin: Ledakan di Mega Kuningan
Alhamdulillah aman pak, cuma yg patut disayangkan adalah pernyataan dr RI-1 bisa memperkeruh suasana harusnya cukup pernyataan prihatin dan akan menindak tegas siapapun pelakunya untuk mencegah ketegangan konflik kepentingan, regards mwi oka widana wrote: All, Kita semua masih berharap2 cemas, menanti kejelasan mengenai berita diatas. Skenario terburuk, ledakan itu adalah bom yg diledakkan sekelompok orang2 tolol dan fanatik, yang pasti akan mengguncang perekonomian Indonesia. Saya sungguh berharap tak ada keluarga besar member millis AKI yg terluka.. Salam, Oka Widana Moderator Powered by Telkomsel BlackBerry® = Join Facebook AKI dimana Anda bisa ber social interactive sambil bermain games atau just have fun together. Compulsory bagi new members start 1 Jan 2008. http://www.facebook.com/group.php?gid=6247303045 = Perhatian: Diskusi yg baik adalah bila saling menghormati pendapat yang ada. Anggota yang melanggar tata tertib millis akan dikenakan sanksi tegas. = Arsip Milis AKI online, demi kenyamanan Anda semua http://www.mail-archive.com/ahlikeuangan-indonesia@yahoogroups.com - Untuk kenyamanan bersama, dalam hal me-reply posting, potong/edit ekor posting sebelumnyaYahoo! Groups Links Individual Email | Traditional http://docs.yahoo.com/info/terms/ Akses email lebih cepat. Yahoo! menyarankan Anda meng-upgrade browser ke Internet Explorer 8 baru yang dioptimalkan untuk Yahoo! Dapatkan di sini! http://downloads.yahoo.com/id/internetexplorer
Re: [Keuangan] Beranikah Bank Syariah Menjadi ‘Grameen Bank’ di Indonesia?
menarik sekali ketika bank syariah dikaitkan dengan pengentasan kemiskinan, bahkan diperbandingkan dengan yg konon kabarnya menjadi role model banknya orang miskin yaitu Grameen Banknya M. Yunus di Bangladesh. Harapan partisipasi pengentasan kemiskinan kepada bank syariah di Indonesia saat ini menurut saya (dgn ilmu yg masih terbatas) masih sulit diharapkan terlalu banyak. Apalagi berusaha 'dipersamakan' untuk beroperasi melayani orang miskin seperti Grameen di Bangladesh. Yang lebih menarik sebenarnya jika berbicara ttg Grameen Bank adalah paparan seorang scholar islamic economics yaitu Prof. Dr. MA Manan mengenai 9 mitos ttg Grameen Bank. (terlampir dlm attachment) 9 mitos itu adalah : 1.Grameen Bank ternyata tidak memiliki mekanisme untuk mendongkrak skala usaha nasabahnya ketingkat yang lebih tinggi.Akibatnya tahapanuntuk memutus lingkaran kemiskinan menjadi sulit. 2.Model kredit mikro Grameen Bank ternyata tidak diperuntukkan bagi masyarakat yg berkriteria sangat miskin. Mereka tetap mensyaratkan kepemilikan suatu jaminan. 3. Biaya bunga sangat tinggi, jika dimasukkan biaya-biaya lain (adm,keanggotaan) maka total bunga per anum mencapai 54%. 4. Model kredit mikro Grameen Bank masih menerapkan hubungan pemberi pinjaman - penerima pinjaman, biasanya posisi penerima pinjaman lebih lemah, eksploitasi tingkat bunga, sistem denda yang memberatkan. 5.Isu yang dikembangkan condong mendisintegrasi keharmonisan rumah tangga masyarakat. Terkait isu jender,mengingat 95% nasabahnya adalah wanita. Konon yg ideal adalah jutru harus dikembangkan kerukunan suami-istri, dan keluarga yang menjadi kelompok2 nasabah peminjam. 6. Model yang dikembangkan Grameen Bank cenderung membuat ketergantungan pada pihak asing. 7. Operasional Grameen Bank tidak diaudit oleh pihak bank sentral ataupun auditor independen. 8. Operasional Grameen Bank pun dibebaskan dari pajak. 9. Tinggi$nya perbaikan non performing loan dicapai dengan cara2 yang mengabaikan rasa kemanuasiaan. Jadi teringat postingan Bang Poltak di milis ini mengenai Grameen Bank, yg menyatakan bahwa fenomena Grameen Bank toh tidak beda jauh dengan fenomena perkembangan Bank BRI yg sampai ke pelosok kecamatan di Indonesia. --- On Sat, 18/7/09, anton ms wardhana ari.am...@gmail.com wrote: From: anton ms wardhana ari.am...@gmail.com Subject: [Keuangan] Beranikah Bank Syariah Menjadi ‘Grameen Bank’ di Indonesia? To: Date: Saturday, 18 July, 2009, 4:41 PM tulisan ini saya copas dari kompasiana, sebuah tulisan karya ririn handayani dalam rangka iB Blogger Competition. kalo udah di blog publik begitu, apa saya masih harus izin lagi ya ? kalau saya dianggap salah, maka saya mohon maaf sebesar-besarnya. selain saya sangat mendukung lomba artikel semacam ini, IMHO beberapa tulisan di dalamnya cukup menarik untuk diobrolkan mengingat nampaknya isyu ekonomi pro rakyat dan kerakyatan maupun jalan tengah sangat mewarnai pilpres kali ini, dan bagi saya itu berarti masyarakat kita mulai peduli dengan kebangunan ekonomi bagi rakyat (kecil) yang mungkin dari sisi jumlah merupakan mayoritas di republik ini (sayangnya, belum jelas benar dari angka itu berapa rakyat kecil yang wiraswasta, yang karyawan, maupun yang keduanya :) * Beranikah Bank Syariah Menjadi ‘Grameen Bank’ di Indonesia? *Oleh ririnhandayani - 17 Juli 2009 - Dibaca 296 Kali - [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [Keuangan] Beranikah Bank Syariah Menjadi ‘Gra meen Bank’ di Indonesia?
agak kurang pas kalo bank islam dikaitkan dgn grameen bank, karena M.A. Manan mendudukkan posisi ideal bank islam lebih tinggi dan mulia dibandingkan grameen bank. beberapa alasannya seperti dijabarkan salah satu rekan sebelumnya (majmudin), sekaligus mendegradasikan nilai islam sebagai tidak peka gender (padahal di bangladesh, nasib wanita banyak yg terlunta lunta sehingga perlu diprioritaskan). di indonesia sendiri ada BMT, Pinbuk buat level grassroot, ada BPRS dan gadai syariah buat level menengah ke bawah, dan bank syariah buat level corporate dan industri. jadi kalau bicara UMKM dgn bank syariah, yah emang beda segmentasi dengan sendirinya. selain itu kalau diamati, diantara tiga skema utama penyaluran dana di bank islam, yaitu : - mudhorobah (bagi hasil) - murobahah (cost plus) - musyarokah (holding) yg paling populer adalah (boleh dikata 90 persen_, pinjaman disalurkan liwat skema murobahah, alias cost plus). ini metode ilustrasi sederhananya. ada pengusaha butuh mesin x yg harganya di pasaran 100 jt. maka bank akan membeli mesin itu, lalu lewat skema cost plus, ada plus sebesar 30 jt, sehingga pokok pinjaman sebesar 130 jt. tinggal anguran misale 10 kali, masing masing cicilan sebesar 13 juta tiap nyicil. metode ini sangat sederhana, tinggal liat perbandingan dgn suku bunga berjalan pulak. kenapoa metode ini paling populer ? karena nasabah bank islam tidak dipercaya akan mampu mendeliver laporan keuangan yg akuntanble. secara di akuntansi yg biasa biasa ajah, managers tend to apply earnings management gitu lho. silakan buka lagi bukunya Scott positive accounting theory bagian earnings management. gak usah ngomong religi pun, manajemen akan cenderung cari cara oprtunistik buat memaksimalkan keuntungan di sisi dirinya. dan sistem bagi hasil sangat rawan buat pihak bank, dgn skenario si manajer akan mengecil ngecilkan labanya, sehingga bagi hasil yg diterima pihak bank akan lebih kecil dari yang seharusnya. 2009/7/18 anton ms wardhana ari.am...@gmail.com: tulisan ini saya copas dari kompasiana, sebuah tulisan karya ririn handayani dalam rangka iB Blogger Competition. kalo udah di blog publik begitu, apa saya masih harus izin lagi ya ? kalau saya dianggap salah, maka saya mohon maaf sebesar-besarnya. selain saya sangat mendukung lomba artikel semacam ini, IMHO beberapa tulisan di dalamnya cukup menarik untuk diobrolkan mengingat nampaknya isyu ekonomi pro rakyat dan kerakyatan maupun jalan tengah sangat mewarnai pilpres kali ini, dan bagi saya itu berarti masyarakat kita mulai peduli dengan kebangunan ekonomi bagi rakyat (kecil) yang mungkin dari sisi jumlah merupakan mayoritas di republik ini (sayangnya, belum jelas benar dari angka itu berapa rakyat kecil yang wiraswasta, yang karyawan, maupun yang keduanya :) komentar saya di bawah ini adalah pikiran saya yang bukan pelaku UMKM, bukan pengamat ekonomi, hanya pendapat seorang jurukunci ki brankas yang tertarik dengan pengembangan UMKM (hmm. jatuh2nya pengamat juga ya.. tapi ketinggian ah.. penonton aja deh :) menurut saya, yang lebih sulit bukanlah segmentasi pemberian kredit pada UKM, melainkan antara 1) memilih UMKM yang memang layak dibantu (kriteria bisa macam2 soalnya) dan / atau mendidik UKM ini agar mampu menyusun rencana usaha yang cukup matang sehingga potensinya berkembang ngga perlu diragukan lagi, setidaknya menurut analis kredit :) dan 2) menyajikan laporan yang cukup handal, utamanya bagi dia sendiri, sehingga bisa monitor dan mungkin mengembangkan usahanya lagi. kalo mengharap masyarakat siap duluan, mungkin sulit, meski pasti ada aja rekan2 LSM yang siap membantu UMKM tersebut dalam hal itu. mengandalkan penyuluh pemerintah punya, hmm.. entah juga ya.. hehe.. jadi menurut saya memang perlu ada semacam penyuluhan dari bank itu sendiri. ]eh.. dan semoga pendapat saya ini ngga terlalu asal. kalo ternyata ngaco ya mohon maap dan mohon koreksinya :) *BR, ari.ams* sumber asli: http://ib-bloggercompetition.kompasiana.com/2009/07/17/beranikah-bank-syariah-menjadi-grameen-bank-di-indonesia/ * * iB Blogger Competition adalah lomba penulisan artikel di kanal blog Kompasiana dengan total hadiah sebesar Rp. 20 juta. Tema tulisan seputar Perbankan Syariah. Lomba terbuka untuk umum, dengan syarat harus memiliki blog atau account di situs pertemanan (Facebook, Multiplay, dll). Artikel diterima paling lambat tanggal 15 Agustus 2009 untuk periode I dan tanggal 31 Oktober 2009 untuk periode II. * Beranikah Bank Syariah Menjadi ‘Grameen Bank’ di Indonesia? *Oleh ririnhandayani - 17 Juli 2009 - Dibaca 296 Kali - Ada berita memprihatinkan yang dimuat Harian Pagi Radar Jember dua hari berturut-turut, 28 dan 29 Juni 2009 lalu. Yakni tentang nasib 2.200 anggota Bank Gakin (Bank Keluarga Miskin) di Kabupaten Jember yang seperti telur di ujung tanduk. Pasalnya, modal bank yang dibina Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Jember itu akan ditarik oleh pemiliknya, Bank Jatim. Padahal
Re: [Keuangan] Re: Logika Sekuler tentang Bank Syariah
chowdurry yg orang IDB memberikan sebutan manfaat ekonomi itu dgn istilah economic value added, karena memang sifatnya beda dengan interest rate yg ada dalam time value of money (sudah disebutkan sepintas oleh oom jerry). sayangnya belum ada hitungan yg rasional dan sistematis untuk menghitung berapa besarnya economic value added itu. lagian rancu ama istilah EVA yg lebih dulu dipopulerkan untuk mengukur kinerja manajer. jadi karena belum ada kesepakatan untuk hitungan matematisnya, praktisi bank syariah, masih pakai interest rate buat proxy manfaat ekonomi itu deh. wehehehhe 2009/7/18 Jerry Matanari jerr_f...@yahoo.com: Numpang memberikan pendapat: Berdasarkan analisa saya terhadap kenyataan di lapangan, saya kurang setuju dengan pernyataan bahwa bank syariah tidak menerapkan bunga. Memang benar, tidak ada istilah bunga dalam form atau namanya, tapi secara substance ada. Bank syariah dalam akadnya (e.g: mudharabah, musyarakah, murabahah, ijarah) menetapkan tingkat imbal hasil tertentu. Bedanya dengan bank konvensional (berdasarkan pengamatan nyata saya), tingkat imbal hasil yang diminta bank syariah bersifat tetap, tidak mengambang atau floating seperti bank konvensional. Kalau tingkat return atau bagi hasil yang diterima nasabah (baca: deposan) di bank syariah lebih tinggi, it implies (itu menyiratkan) bahwa tingkat imbal hasil yang diminta atau diambil dari debitur (yang meminjam) sebenarnya juga lebih tinggi. Karena bank syariah dan bank konvensional, walaupun diberi label berbeda, tapi substance kedua-duanya adalah bisnis. Logikanya, kalau satu perusahaan bisa bagi-bagi duit lebih besar, berarti pendapatannya lebih besar. Darimanakah pendapatan bank syariah? Ya, dari imbal hasil itu yang diterima dari para debiturnya. Pendapat saya ini murni analisa bisnis. Mohon maaf bagi yang kurang berkenan dengan pendapat saya. Janganlah kiranya dibawa-bawa melantur di luar dari ranah analisa bisnis. Jadi in conclusion, menurut hemat saya tidak ada pinjem duit tanpa bunga. Paling-paling cuma ganti istilah atau nama saja. Cheers and Best Regards, SJ --- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, anton ms wardhana ari.am...@... wrote: sekali lagi dari iB Blogger Competitioan @ Kompasiana tulisan yang menarik tentang Bank Syariah, setidaknya menurut kuncen ki brankas seperti saya tetapi apakah memang demikian, adanya ? mohon bantuan penjelasan rekan2 financiers *BR, ari.ams* http://ib-bloggercompetition.kompasiana.com/2009/07/10/logika-sekuler-tentang-bank-syariah/ * Logika Sekuler tentang Bank Syariah *Oleh Subhan - 10 Juli 2009 - Dibaca 352Kali - Rasanya tidak cukup hanya mengedepankan dalil-dalil agama untuk meyakinkan masyarakat bahwa kehadiran bank syariah merupakan salah satu solusi untuk mengatasi masalah ekonomi bangsa. apalagi jika yang dihadapi adalah kalangan sekuler yang begitu alergi terhadap penerapan nilai-nilai agama dalam kehidupan bermasyarakat, umumnya mereka enggan menerima penjelasan yang dipenuhi dengan kutipan-kutipan ayat quran atau hadits. Yang diinginkan adalah penjelasan logis kenapa sesuatu itu dianggap bagus dan baik. Penjelasan agama hanya berlaku bagi kalangan yang yakin bahwa setiap yang diatur oleh quran dan sunnah adalah baik. Sedangkan bagi kalangan sekuler, yang begitu mendewakan pikiran dalam setiap pengambilan keputusan, diperlukan data empirik untuk benar-benar yakin bahwa sesuatu itu memang benar-benar baik. Dalam pelaksanaan bank syariah misalnya, kalangan sekuler sangat membutuhkan bukti nyata bahwa bank syariah benar-benar lebih baik dibanding bank konvensional. Berikut ini beberapa alasan yang sekiranya bisa diterima kalangan sekuler kenapa bank syariah sangat layak dijadikan alternatif penyelesaian masalah ekonomi bangsa. *Pertama, bank syariah lebih menguntungkan.* Ini bukan hanya klaim tapi bisa dibuktikan secara empirik. Berdasar data yang terpampang dalam website salah satu bank syariah dan juga bank konvensional bisa diketahui secara jelas bahwa bank syariah lebih banyak memberikan keuntungan material di banding bank konvensional. Per tanggal 9 Juli 2009, salah satu bank syariah berani memberikan bagi hasil senilai 3,22% bagi nasabah tabungan. Bagi hasil 3,22% ini diberikan kepada seluruh nasabah pemilik rekening tabungan tanpa mensyaratkan saldo minimal. Angka 3,22% ini muncul setelah besaran bagi hasil tabungan diekuvalenkan ke dalam bentuk persentase. Sementara pada tanggal dan produk yang sama, salah satu bank konvensional tidak memberikan bunga sama sekali bagi pemilik rekening tabungan yang saldonya kurang dari Rp 1 juta. Bunga baru bisa diberikan ketika saldo tabungan nasabah di atas Rp 1 juta. Itupun tidak sebesar bagi hasil yang diberikan bank syariah. Bank konvensional milik pemerintah ini hanya bisa memberikan bunga sebesar 1,75% bagi nasabah pemilik tabungan dengan saldo antara Rp 1 juta hingga Rp 5 juta. Sedangkan bagi nasabah tabungan dengan saldo Rp
Re: [Keuangan] Beranikah Bank Syariah Menjadi ‘Grameen Bank’ di Indonesia?
Saya kira benar, biarkan masing jenis dengan segala macam featurenya berada dipasar. Disamping, masing2 memiliki pangsa pasar sendiri2, juga karena karakteristik yang membedakan masing2. Bank syariah didalam melakukan bisnisnya memiliki beberapa aksioma. Yang paling dikenal tentu saja anti riba. Riba sendiri tidak boleh disimplifikasi sebagai bunga, karena misalnya dalam skema mudharobah, bila tingkat marginnya disyaratkan 70%, walau sudah disepakati dg akad, bisa terkatagori riba. Jika si nasabah dalam posisi terjepit, tak punya alternatif lain, sedang bank dalam posisi yg lebih kuat, bisa memaksakan. Diseluruh dunia porsi bisnis bank syariah saya kira masih kecil (CMIIW), di Indonesia sendiri masih kurang dari 5%. Apatah BI, membuat direktorat khusus, agar peran bank syariah makin besar. Toh perkembangannya begini2 saja. Karena masih berlabel bank syariah yg mau ngak mau akan dikonotasikan dengan Islam. Jadi seolah2 bank ini, skema ini, hanya cocok dg orang Islam. Padahal mestinya tidak. Toh jika memang lebih menguntungkan, didunia yg serba pragmatis ini, sapa yg ngak mau. Saya kira bank syariah masih terkonotasi dan akhirnya peran yg dimainkan ya sesempit konotasi dan persepsi yg melekat padanya. Satu lagi, satu dua bank syariah sdh mulai mau menjadi grameen bank. Sayang sekali, menurut pengamatan saya, kawan2 syariah banker masih terkungkung atau mengkungkung dirinya pada persepsi diatas, yg bagi saya salah besar. Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: Poltak Hotradero hotrad...@gmail.com Date: Sun, 19 Jul 2009 09:49:06 To: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com Subject: Re: [Keuangan] Beranikah Bank Syariah Menjadi ‘Gra meen Bank’ di Indonesia? Menurut saya, biarkan saja masing-masing jenis bank berkembang. Semakin banyak alternatif (termasuk lewat pendanaan non bank semisal venture capital ataupun pasar modal) akan semakin baik. Mengapa? Karena kebutuhan tiap usaha dan bisnis berbeda-beda. Kalau ada 1000 alternatif, mengapa cuma puas dengan 3 alternatif? Jadi tidak usah lah satu bank ditantang untuk menjadi jenis bank lainnya. Tantangan seperti itu cuma akan mengaburkan esensi masing-masing. Dan mengatakan bahwa satu jenis perbankan adalah dari Tuhan - dan yang lain bukan - adalah semata-mata pengelabuan. Bila memang Tuhan sendiri mau bikin bank - Beliau tidak butuh campur tangan organisatoris manusia (yg cuma akan bikin repot dan cenderung manipulatif). On 7/19/09, Ari Condro masar...@gmail.com wrote: agak kurang pas kalo bank islam dikaitkan dgn grameen bank, karena M.A. Manan mendudukkan posisi ideal bank islam lebih tinggi dan mulia dibandingkan grameen bank. beberapa alasannya seperti dijabarkan salah satu rekan sebelumnya (majmudin), sekaligus mendegradasikan nilai islam sebagai tidak peka gender (padahal di bangladesh, nasib wanita banyak yg terlunta lunta sehingga perlu diprioritaskan). di indonesia sendiri ada BMT, Pinbuk buat level grassroot, ada BPRS dan gadai syariah buat level menengah ke bawah, dan bank syariah buat level corporate dan industri. jadi kalau bicara UMKM dgn bank syariah, yah emang beda segmentasi dengan sendirinya. selain itu kalau diamati, diantara tiga skema utama penyaluran dana di bank islam, yaitu : - mudhorobah (bagi hasil) - murobahah (cost plus) - musyarokah (holding) yg paling populer adalah (boleh dikata 90 persen_, pinjaman disalurkan liwat skema murobahah, alias cost plus). ini metode ilustrasi sederhananya. ada pengusaha butuh mesin x yg harganya di pasaran 100 jt. maka bank akan membeli mesin itu, lalu lewat skema cost plus, ada plus sebesar 30 jt, sehingga pokok pinjaman sebesar 130 jt. tinggal anguran misale 10 kali, masing masing cicilan sebesar 13 juta tiap nyicil. metode ini sangat sederhana, tinggal liat perbandingan dgn suku bunga berjalan pulak. kenapoa metode ini paling populer ? karena nasabah bank islam tidak dipercaya akan mampu mendeliver laporan keuangan yg akuntanble. secara di akuntansi yg biasa biasa ajah, managers tend to apply earnings management gitu lho. silakan buka lagi bukunya Scott positive accounting theory bagian earnings management. gak usah ngomong religi pun, manajemen akan cenderung cari cara oprtunistik buat memaksimalkan keuntungan di sisi dirinya. dan sistem bagi hasil sangat rawan buat pihak bank, dgn skenario si manajer akan mengecil ngecilkan labanya, sehingga bagi hasil yg diterima pihak bank akan lebih kecil dari yang seharusnya. 2009/7/18 anton ms wardhana ari.am...@gmail.com: tulisan ini saya copas dari kompasiana, sebuah tulisan karya ririn handayani dalam rangka iB Blogger Competition. kalo udah di blog publik begitu, apa saya masih harus izin lagi ya ? kalau saya dianggap salah, maka saya mohon maaf sebesar-besarnya. selain saya sangat mendukung lomba artikel semacam ini, IMHO beberapa tulisan di dalamnya cukup menarik untuk diobrolkan mengingat nampaknya isyu ekonomi pro rakyat dan
Re: [Keuangan] Memo Admin: Ledakan di Mega Kuningan
Sebaiknya kita melihat setiap kejadian dengan proporsional dan objektif. Sering terjadi kasus pembunuhan dengan beragam motif dan cara, jangan kita menganggapnya heboh karena tv membuatnya seolah begitu, masih banyak kejadian yang tidak kita tahu dan tidak mau tahu hanya karena tidak ditayangkan. Jangan terlalu mengikuti tv tentang apa yang harus kita khawatirkan. Sekjend PBB Ban Ki Mon pernah mengatakan hal yang mirip seperti yang saya katakan. From: oka widana oka.wid...@indosat.net.id To: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com Sent: Friday, July 17, 2009 8:43:06 AM Subject: [Keuangan] Memo Admin: Ledakan di Mega Kuningan All, Kita semua masih berharap2 cemas, menanti kejelasan mengenai berita diatas. Skenario terburuk, ledakan itu adalah bom yg diledakkan sekelompok orang2 tolol dan fanatik, yang pasti akan mengguncang perekonomian Indonesia. Saya sungguh berharap tak ada keluarga besar member millis AKI yg terluka. Salam, Oka Widana Moderator Powered by Telkomsel BlackBerry® = Join Facebook AKI dimana Anda bisa ber social interactive sambil bermain games atau just have fun together. Compulsory bagi new members start 1 Jan 2008. http://www.facebook.com/group.php?gid=6247303045 = Perhatian: Diskusi yg baik adalah bila saling menghormati pendapat yang ada. Anggota yang melanggar tata tertib millis akan dikenakan sanksi tegas. = Arsip Milis AKI online, demi kenyamanan Anda semua http://www.mail-archive.com/ahlikeuangan-indonesia@yahoogroups.com - Untuk kenyamanan bersama, dalam hal me-reply posting, potong/edit ekor posting sebelumnyaYahoo! Groups Links [Non-text portions of this message have been removed]