[Keuangan] Beranikah Bank Syariah Menjadi ‘Grameen Bank’ di Indonesia?

2009-07-18 Terurut Topik anton ms wardhana
tulisan ini saya copas dari kompasiana, sebuah tulisan karya ririn handayani
dalam rangka iB Blogger Competition.
kalo udah di blog publik begitu, apa saya masih harus izin lagi ya ? kalau
saya dianggap salah, maka saya mohon maaf sebesar-besarnya.
selain saya sangat mendukung lomba artikel semacam ini, IMHO beberapa
tulisan di dalamnya cukup menarik untuk diobrolkan mengingat nampaknya isyu
ekonomi pro rakyat dan kerakyatan maupun jalan tengah sangat mewarnai
pilpres kali ini, dan bagi saya itu berarti masyarakat kita mulai peduli
dengan kebangunan ekonomi bagi rakyat (kecil) yang mungkin dari sisi jumlah
merupakan mayoritas di republik ini (sayangnya, belum jelas benar dari angka
itu berapa rakyat kecil yang wiraswasta, yang karyawan, maupun yang keduanya
:)

komentar saya di bawah ini adalah pikiran saya yang bukan pelaku UMKM, bukan
pengamat ekonomi, hanya pendapat seorang jurukunci ki brankas yang tertarik
dengan pengembangan UMKM (hmm. jatuh2nya pengamat juga ya.. tapi ketinggian
ah.. penonton aja deh :)

menurut saya, yang lebih sulit bukanlah segmentasi pemberian kredit pada
UKM, melainkan antara 1) memilih UMKM yang memang layak dibantu (kriteria
bisa macam2 soalnya) dan / atau   mendidik UKM ini agar mampu menyusun
rencana usaha yang cukup matang sehingga potensinya berkembang ngga perlu
diragukan lagi, setidaknya menurut analis kredit :) dan 2) menyajikan
laporan yang cukup handal, utamanya bagi dia sendiri, sehingga bisa monitor
dan mungkin mengembangkan usahanya lagi.
kalo mengharap masyarakat siap duluan, mungkin sulit, meski pasti ada aja
rekan2 LSM yang siap membantu UMKM tersebut dalam hal itu. mengandalkan
penyuluh pemerintah punya, hmm.. entah juga ya.. hehe.. jadi menurut saya
memang perlu ada semacam penyuluhan dari bank itu sendiri.

]eh.. dan semoga pendapat saya ini ngga terlalu asal. kalo ternyata ngaco
ya mohon maap dan mohon koreksinya :)


*BR, ari.ams*

sumber asli:
http://ib-bloggercompetition.kompasiana.com/2009/07/17/beranikah-bank-syariah-menjadi-grameen-bank-di-indonesia/
*
*

 iB Blogger Competition adalah lomba penulisan artikel di kanal blog
 Kompasiana dengan total hadiah sebesar Rp. 20 juta. Tema tulisan seputar
 Perbankan Syariah. Lomba terbuka untuk umum, dengan syarat harus memiliki
 blog atau account di situs pertemanan (Facebook, Multiplay, dll). Artikel
 diterima paling lambat tanggal 15 Agustus 2009 untuk periode I dan tanggal
 31 Oktober 2009 untuk periode II.

*
Beranikah Bank Syariah Menjadi ‘Grameen Bank’ di Indonesia? *Oleh
ririnhandayani - 17 Juli 2009 - Dibaca 296 Kali -

Ada berita memprihatinkan yang dimuat Harian Pagi Radar Jember dua hari
berturut-turut, 28 dan 29 Juni 2009 lalu. Yakni tentang nasib 2.200 anggota
Bank Gakin (Bank Keluarga Miskin) di Kabupaten Jember yang seperti telur di
ujung tanduk. Pasalnya, modal bank yang dibina Dinas Koperasi dan Usaha
Kecil Menengah Jember itu akan ditarik oleh pemiliknya, Bank Jatim. Padahal
modal pinjaman yang diberikan Bank Jatim hampir mencapai 80%. Dari 29 Bank
Gakin yang ada, hanya tujuh unit yang menggunakan dana mandiri. Dana yang
digulirkan juga lumayan besar yakni mencapai Rp 14 milyar lebih. Jika benar
Bank Jatim akan menarik seluruh pinjamannya, dipastikan sekitar 2.200
anggota Bank Gakin Jember akan kelabakan. Mereka harus pontang-panting
mempertahankan eksistensi usahanya yang sudah tiga tahun ini dirintis dengan
gemilang. Mereka akan terpukul karena pemerintah dalam hal ini Pemerintah
Kabupaten Jember, belum mampu menyediakan dana pengganti karena keterbatasan
anggaran. Demikian sebagian isi dari tulisan di Harian Pagi Radar Jember
tersebut. Atas realitas ini, akankah Bank Syariah khususnya Bank Syariah di
Kota Jember tergerak hatinya dan melihat ini sebagai potensi pasar yang
prospektif?

Tujuh belas tahun sudah usia bank syariah di Indonesia sejak berdiri 1992
lalu, namun eksistensinya masih “melangit”. Sebagian besar strategi dan
inovasi produk yang dikembangkan bank syariah belum bisa dinikmati sektor
riil yang notabene adalah kalangan masyarakat kelas bawah yang jelas-jelas
sangat membutuhkan aliran modal namun tidak memiliki apa-apa untuk dijadikan
agunan. Dalam mekanisme pemberian kredit/modal, bank syariah menetapkan
prosedur yang tidak jauh berbeda dengan bank konvensional. Masalahnya
kemudian menjadi sangat sederhana, apa artinya perbedaan antara bank
konvensional dengan sistem bunganya dan bank syariah dengan sistem bagi
hasilnya, jika keduanya sama-sama susah diakses oleh masyarakat kecil yang
membutuhkan modal untuk kelangsungan usahanya?

Saya terenyuh mendengar cerita seorang ibu lijo (penjual sayur keliling)
tentang bagaimana ia bisa mendapatkan modal usaha untuk bisa berjualan dan
bagaimana ia harus membayar bunganya. Tak adanya akses untuk meminjam modal
usaha ke bank karena tak punya apa-apa untuk dijadikan agunan, terpaksa si
ibu meminjam uang kepada rentenir dengan bunga 20 persen sebulan. Bandingkan
dengan tingkat suku bunga kredit komersil bank konvensional yang kini 

[Keuangan] Logika Sekuler tentang Bank Syariah

2009-07-18 Terurut Topik anton ms wardhana
sekali lagi dari iB Blogger Competitioan @ Kompasiana
tulisan yang menarik tentang Bank Syariah, setidaknya menurut kuncen ki
brankas seperti saya

tetapi apakah memang demikian, adanya ? mohon bantuan penjelasan rekan2
financiers

*BR, ari.ams*

http://ib-bloggercompetition.kompasiana.com/2009/07/10/logika-sekuler-tentang-bank-syariah/
*
Logika Sekuler tentang Bank Syariah *Oleh Subhan - 10 Juli 2009 -
Dibaca 352Kali -

Rasanya tidak cukup hanya mengedepankan dalil-dalil agama untuk meyakinkan
masyarakat bahwa kehadiran bank syariah merupakan salah satu solusi untuk
mengatasi masalah ekonomi bangsa. apalagi jika yang dihadapi adalah kalangan
sekuler yang begitu alergi terhadap penerapan nilai-nilai agama dalam
kehidupan bermasyarakat, umumnya mereka enggan menerima penjelasan yang
dipenuhi dengan kutipan-kutipan ayat quran atau hadits. Yang diinginkan
adalah penjelasan logis kenapa sesuatu itu dianggap bagus dan baik.

Penjelasan agama hanya berlaku bagi kalangan yang yakin bahwa setiap yang
diatur oleh quran dan sunnah adalah baik. Sedangkan bagi kalangan sekuler,
yang begitu mendewakan pikiran dalam setiap pengambilan keputusan,
diperlukan data empirik untuk benar-benar yakin bahwa sesuatu itu memang
benar-benar baik. Dalam pelaksanaan bank syariah misalnya, kalangan sekuler
sangat membutuhkan bukti nyata bahwa bank syariah benar-benar lebih baik
dibanding bank konvensional.

Berikut ini beberapa alasan yang sekiranya bisa diterima kalangan sekuler
kenapa bank syariah sangat layak dijadikan alternatif penyelesaian masalah
ekonomi bangsa.

*Pertama, bank syariah lebih menguntungkan.*

Ini bukan hanya klaim tapi bisa dibuktikan secara empirik. Berdasar data
yang terpampang dalam website salah satu bank syariah dan juga bank
konvensional bisa diketahui secara jelas bahwa bank syariah lebih banyak
memberikan keuntungan material di banding bank konvensional. Per tanggal 9
Juli 2009, salah satu bank syariah berani memberikan bagi hasil senilai
3,22% bagi nasabah tabungan. Bagi hasil 3,22% ini diberikan kepada seluruh
nasabah pemilik rekening tabungan tanpa mensyaratkan saldo minimal. Angka
3,22% ini muncul setelah besaran bagi hasil tabungan diekuvalenkan ke dalam
bentuk persentase.

Sementara pada tanggal dan produk yang sama, salah satu bank konvensional
tidak memberikan bunga sama sekali bagi pemilik rekening tabungan yang
saldonya kurang dari Rp 1 juta. Bunga baru bisa diberikan ketika saldo
tabungan nasabah di atas Rp 1 juta. Itupun tidak sebesar bagi hasil yang
diberikan bank syariah.

Bank konvensional milik pemerintah ini hanya bisa memberikan bunga sebesar
1,75% bagi nasabah pemilik tabungan dengan saldo antara Rp 1 juta hingga Rp
5 juta. Sedangkan bagi nasabah tabungan dengan saldo Rp 5 juta -  Rp 50 juta
bank konvensional yang banyak cabangnya ini hanya bisa memberikan bunga
sebesar 2,25%.

Selanjutnya bagi nasabah tabungan yang memiliki saldo sebesar Rp 50 juta –
Rp 100 juta akan diberikan bunga sebesar 2.5%. Bagi nasabah dengan saldo
minimal Rp 100 juta hingga saldo kurang dari satu milyar rupiah bank
konvensional hanya berani membayar bunga 2,75%. Bunga yang cukup besar yaitu
3,75% baru bisa dinikmati nasabah bank konvensional jika memiliki saldo
tabungan lebih besar dari satu milyar rupiah.
*See*, terbukti bank syariah lebih menguntungkan bagi nasabah. Untuk
mendapatkan bagi hasil sebesar 3% nasabah bank syariah tidak perlu menungu
tabungannya mencapai satu milyar rupiah.

*Kedua, bank syariah menolak sistem rente.*

Sudah jadi pengetahuan umum bahwa bank syariah tidak diberlakukan sistem
bunga. Bunga yang sejatinya adalah insentif bagi para nasabah yang telah
menyimpan dananya pada suatu bank kini telah berubah fungsi menjadi biaya
wajib yang harus disediakan bank dalam kondisi apapun. Tak peduli apakah
bank itu untung atau rugi. Yang pasti ketika ada nasabah yang menyimpan
dananya kepada sebuah bank maka bank harus menyediakan bunga sesuai
persentase yang ditentukan.

Dengan sistem bunga seperti ini tentu akan menyulitkan bank konvensional
berkreasi mengembangkan usaha. Belum juga dana masyarakat disalurkan ke
dalam proyek-proyek pembangunan, bank konvensional sudah harus berpikir
bagaimana caranya membayar bunga yang ditetapkan. Akibatnya banyak bank
konvensional yang mengambil cara pintas untuk menutupi biaya bunga yang
harus dibayarkan itu.

Bank konvensional biasanya akan menggunakan dana masyarakat untuk membeli
surat berharga Bank Indonesia. Dengan cara ini bank tidak perlu berspekulasi
mendapatkan keuntungan. Cukup borong SBI dan pada waktu tertentu akan
mendapat keuntungan yang cukup untuk membayar biaya bunga bagi nasabah. Pada
akhirnya negaralah yang dibebani untuk menyediakan biaya bunga bagi para
nasabah.

Di sisi lain pemberlakukan sistem bunga semacam ini akan melahirkan
masyarakat pragmatis yang hanya mengandalakan bunga bank untuk mendapatkan
keuntungan.

Beda dengan sistem bank syariah yang tidak menjanjikan insentif apapun
kepada nasabah sebelum diketahui keuntungan yang 

Re: [Keuangan] Logika Sekuler tentang Bank Syariah

2009-07-18 Terurut Topik Ari Condro
oom ari,

perlu segmentasi juga.  soalnya bank syariah ndak jelas segmen
marketnya di mana.  kenapa nggak mengarah pada yg industri, perumahan,
retail banking, agro, dll.



2009/7/18 anton ms wardhana ari.am...@gmail.com:
 sekali lagi dari iB Blogger Competitioan @ Kompasiana
 tulisan yang menarik tentang Bank Syariah, setidaknya menurut kuncen ki
 brankas seperti saya

 tetapi apakah memang demikian, adanya ? mohon bantuan penjelasan rekan2
 financiers

 *BR, ari.ams*

 http://ib-bloggercompetition.kompasiana.com/2009/07/10/logika-sekuler-tentang-bank-syariah/
 *
 Logika Sekuler tentang Bank Syariah *Oleh Subhan - 10 Juli 2009 -
 Dibaca 352Kali -

 Rasanya tidak cukup hanya mengedepankan dalil-dalil agama untuk meyakinkan
 masyarakat bahwa kehadiran bank syariah merupakan salah satu solusi untuk
 mengatasi masalah ekonomi bangsa. apalagi jika yang dihadapi adalah kalangan
 sekuler yang begitu alergi terhadap penerapan nilai-nilai agama dalam
 kehidupan bermasyarakat, umumnya mereka enggan menerima penjelasan yang
 dipenuhi dengan kutipan-kutipan ayat quran atau hadits. Yang diinginkan
 adalah penjelasan logis kenapa sesuatu itu dianggap bagus dan baik.

 Penjelasan agama hanya berlaku bagi kalangan yang yakin bahwa setiap yang
 diatur oleh quran dan sunnah adalah baik. Sedangkan bagi kalangan sekuler,
 yang begitu mendewakan pikiran dalam setiap pengambilan keputusan,
 diperlukan data empirik untuk benar-benar yakin bahwa sesuatu itu memang
 benar-benar baik. Dalam pelaksanaan bank syariah misalnya, kalangan sekuler
 sangat membutuhkan bukti nyata bahwa bank syariah benar-benar lebih baik
 dibanding bank konvensional.

 Berikut ini beberapa alasan yang sekiranya bisa diterima kalangan sekuler
 kenapa bank syariah sangat layak dijadikan alternatif penyelesaian masalah
 ekonomi bangsa.

 *Pertama, bank syariah lebih menguntungkan.*

 Ini bukan hanya klaim tapi bisa dibuktikan secara empirik. Berdasar data
 yang terpampang dalam website salah satu bank syariah dan juga bank
 konvensional bisa diketahui secara jelas bahwa bank syariah lebih banyak
 memberikan keuntungan material di banding bank konvensional. Per tanggal 9
 Juli 2009, salah satu bank syariah berani memberikan bagi hasil senilai
 3,22% bagi nasabah tabungan. Bagi hasil 3,22% ini diberikan kepada seluruh
 nasabah pemilik rekening tabungan tanpa mensyaratkan saldo minimal. Angka
 3,22% ini muncul setelah besaran bagi hasil tabungan diekuvalenkan ke dalam
 bentuk persentase.

 Sementara pada tanggal dan produk yang sama, salah satu bank konvensional
 tidak memberikan bunga sama sekali bagi pemilik rekening tabungan yang
 saldonya kurang dari Rp 1 juta. Bunga baru bisa diberikan ketika saldo
 tabungan nasabah di atas Rp 1 juta. Itupun tidak sebesar bagi hasil yang
 diberikan bank syariah.

 Bank konvensional milik pemerintah ini hanya bisa memberikan bunga sebesar
 1,75% bagi nasabah pemilik tabungan dengan saldo antara Rp 1 juta hingga Rp
 5 juta. Sedangkan bagi nasabah tabungan dengan saldo Rp 5 juta -  Rp 50 juta
 bank konvensional yang banyak cabangnya ini hanya bisa memberikan bunga
 sebesar 2,25%.

 Selanjutnya bagi nasabah tabungan yang memiliki saldo sebesar Rp 50 juta –
 Rp 100 juta akan diberikan bunga sebesar 2.5%. Bagi nasabah dengan saldo
 minimal Rp 100 juta hingga saldo kurang dari satu milyar rupiah bank
 konvensional hanya berani membayar bunga 2,75%. Bunga yang cukup besar yaitu
 3,75% baru bisa dinikmati nasabah bank konvensional jika memiliki saldo
 tabungan lebih besar dari satu milyar rupiah.
 *See*, terbukti bank syariah lebih menguntungkan bagi nasabah. Untuk
 mendapatkan bagi hasil sebesar 3% nasabah bank syariah tidak perlu menungu
 tabungannya mencapai satu milyar rupiah.

 *Kedua, bank syariah menolak sistem rente.*

 Sudah jadi pengetahuan umum bahwa bank syariah tidak diberlakukan sistem
 bunga. Bunga yang sejatinya adalah insentif bagi para nasabah yang telah
 menyimpan dananya pada suatu bank kini telah berubah fungsi menjadi biaya
 wajib yang harus disediakan bank dalam kondisi apapun. Tak peduli apakah
 bank itu untung atau rugi. Yang pasti ketika ada nasabah yang menyimpan
 dananya kepada sebuah bank maka bank harus menyediakan bunga sesuai
 persentase yang ditentukan.

 Dengan sistem bunga seperti ini tentu akan menyulitkan bank konvensional
 berkreasi mengembangkan usaha. Belum juga dana masyarakat disalurkan ke
 dalam proyek-proyek pembangunan, bank konvensional sudah harus berpikir
 bagaimana caranya membayar bunga yang ditetapkan. Akibatnya banyak bank
 konvensional yang mengambil cara pintas untuk menutupi biaya bunga yang
 harus dibayarkan itu.

 Bank konvensional biasanya akan menggunakan dana masyarakat untuk membeli
 surat berharga Bank Indonesia. Dengan cara ini bank tidak perlu berspekulasi
 mendapatkan keuntungan. Cukup borong SBI dan pada waktu tertentu akan
 mendapat keuntungan yang cukup untuk membayar biaya bunga bagi nasabah. Pada
 akhirnya negaralah yang dibebani untuk menyediakan biaya bunga 

[Keuangan] Re: Logika Sekuler tentang Bank Syariah

2009-07-18 Terurut Topik Jerry Matanari
Numpang memberikan pendapat:
 
Berdasarkan analisa saya terhadap kenyataan di lapangan, saya kurang setuju 
dengan pernyataan bahwa bank syariah tidak menerapkan bunga. Memang benar, 
tidak ada istilah bunga dalam form atau namanya, tapi secara substance ada.
 
Bank syariah dalam akadnya (e.g: mudharabah, musyarakah, murabahah, ijarah) 
menetapkan tingkat imbal hasil tertentu. Bedanya dengan bank konvensional 
(berdasarkan pengamatan nyata saya), tingkat imbal hasil yang diminta bank 
syariah bersifat tetap, tidak mengambang atau floating seperti bank 
konvensional.
 
Kalau tingkat return atau bagi hasil yang diterima nasabah (baca: deposan) di 
bank syariah lebih tinggi, it implies (itu menyiratkan) bahwa tingkat imbal 
hasil yang diminta atau diambil dari debitur (yang meminjam) sebenarnya juga 
lebih tinggi. Karena bank syariah dan bank konvensional, walaupun diberi label 
berbeda, tapi substance kedua-duanya adalah bisnis. Logikanya, kalau satu 
perusahaan bisa bagi-bagi duit lebih besar, berarti pendapatannya lebih besar. 
Darimanakah pendapatan bank syariah? Ya, dari imbal hasil itu yang diterima 
dari para debiturnya.
 
Pendapat saya ini murni analisa bisnis. Mohon maaf bagi yang kurang berkenan 
dengan pendapat saya. Janganlah kiranya dibawa-bawa melantur di luar dari ranah 
analisa bisnis.
 
Jadi in conclusion, menurut hemat saya tidak ada pinjem duit tanpa bunga. 
Paling-paling cuma ganti istilah atau nama saja.


Cheers and Best Regards,
SJ

--- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, anton ms wardhana 
ari.am...@... wrote:

 sekali lagi dari iB Blogger Competitioan @ Kompasiana
 tulisan yang menarik tentang Bank Syariah, setidaknya menurut kuncen ki
 brankas seperti saya
 
 tetapi apakah memang demikian, adanya ? mohon bantuan penjelasan rekan2
 financiers
 
 *BR, ari.ams*
 
 http://ib-bloggercompetition.kompasiana.com/2009/07/10/logika-sekuler-tentang-bank-syariah/
 *
 Logika Sekuler tentang Bank Syariah *Oleh Subhan - 10 Juli 2009 -
 Dibaca 352Kali -
 
 Rasanya tidak cukup hanya mengedepankan dalil-dalil agama untuk meyakinkan
 masyarakat bahwa kehadiran bank syariah merupakan salah satu solusi untuk
 mengatasi masalah ekonomi bangsa. apalagi jika yang dihadapi adalah kalangan
 sekuler yang begitu alergi terhadap penerapan nilai-nilai agama dalam
 kehidupan bermasyarakat, umumnya mereka enggan menerima penjelasan yang
 dipenuhi dengan kutipan-kutipan ayat quran atau hadits. Yang diinginkan
 adalah penjelasan logis kenapa sesuatu itu dianggap bagus dan baik.
 
 Penjelasan agama hanya berlaku bagi kalangan yang yakin bahwa setiap yang
 diatur oleh quran dan sunnah adalah baik. Sedangkan bagi kalangan sekuler,
 yang begitu mendewakan pikiran dalam setiap pengambilan keputusan,
 diperlukan data empirik untuk benar-benar yakin bahwa sesuatu itu memang
 benar-benar baik. Dalam pelaksanaan bank syariah misalnya, kalangan sekuler
 sangat membutuhkan bukti nyata bahwa bank syariah benar-benar lebih baik
 dibanding bank konvensional.
 
 Berikut ini beberapa alasan yang sekiranya bisa diterima kalangan sekuler
 kenapa bank syariah sangat layak dijadikan alternatif penyelesaian masalah
 ekonomi bangsa.
 
 *Pertama, bank syariah lebih menguntungkan.*
 
 Ini bukan hanya klaim tapi bisa dibuktikan secara empirik. Berdasar data
 yang terpampang dalam website salah satu bank syariah dan juga bank
 konvensional bisa diketahui secara jelas bahwa bank syariah lebih banyak
 memberikan keuntungan material di banding bank konvensional. Per tanggal 9
 Juli 2009, salah satu bank syariah berani memberikan bagi hasil senilai
 3,22% bagi nasabah tabungan. Bagi hasil 3,22% ini diberikan kepada seluruh
 nasabah pemilik rekening tabungan tanpa mensyaratkan saldo minimal. Angka
 3,22% ini muncul setelah besaran bagi hasil tabungan diekuvalenkan ke dalam
 bentuk persentase.
 
 Sementara pada tanggal dan produk yang sama, salah satu bank konvensional
 tidak memberikan bunga sama sekali bagi pemilik rekening tabungan yang
 saldonya kurang dari Rp 1 juta. Bunga baru bisa diberikan ketika saldo
 tabungan nasabah di atas Rp 1 juta. Itupun tidak sebesar bagi hasil yang
 diberikan bank syariah.
 
 Bank konvensional milik pemerintah ini hanya bisa memberikan bunga sebesar
 1,75% bagi nasabah pemilik tabungan dengan saldo antara Rp 1 juta hingga Rp
 5 juta. Sedangkan bagi nasabah tabungan dengan saldo Rp 5 juta -  Rp 50 juta
 bank konvensional yang banyak cabangnya ini hanya bisa memberikan bunga
 sebesar 2,25%.
 
 Selanjutnya bagi nasabah tabungan yang memiliki saldo sebesar Rp 50 juta –
 Rp 100 juta akan diberikan bunga sebesar 2.5%. Bagi nasabah dengan saldo
 minimal Rp 100 juta hingga saldo kurang dari satu milyar rupiah bank
 konvensional hanya berani membayar bunga 2,75%. Bunga yang cukup besar yaitu
 3,75% baru bisa dinikmati nasabah bank konvensional jika memiliki saldo
 tabungan lebih besar dari satu milyar rupiah.
 *See*, terbukti bank syariah lebih menguntungkan bagi nasabah. Untuk
 mendapatkan bagi hasil sebesar 3% 

Re: [Keuangan] Re: Logika Sekuler tentang Bank Syariah

2009-07-18 Terurut Topik anton ms wardhana
salam, Bung Jerry

saya sendiri ketika memforward ke milis ini, justru berniat dibicarakan dari
sisi bisnisnya
ketika dibawa ke titik lain ya udah pasti titik, pembahasan terhenti

saya percaya, sepanjang dibicarakan secara sehat, akan membawa manfaat bagi
praktisi syariah maupun yang non syariah. karena selama ini, IMHO,
diskusinya seperti ngga pernah ketemu.

BR, ams

Pada 18 Juli 2009 18:13, Jerry Matanari jerr_f...@yahoo.com menulis:



 Numpang memberikan pendapat:

 Berdasarkan analisa saya terhadap kenyataan di lapangan, saya kurang setuju
 dengan pernyataan bahwa bank syariah tidak menerapkan bunga. Memang benar,
 tidak ada istilah bunga dalam form atau namanya, tapi secara substance
 ada.

 Bank syariah dalam akadnya (e.g: mudharabah, musyarakah, murabahah, ijarah)
 menetapkan tingkat imbal hasil tertentu. Bedanya dengan bank konvensional
 (berdasarkan pengamatan nyata saya), tingkat imbal hasil yang diminta bank
 syariah bersifat tetap, tidak mengambang atau floating seperti bank
 konvensional.

 Kalau tingkat return atau bagi hasil yang diterima nasabah (baca: deposan)
 di bank syariah lebih tinggi, it implies (itu menyiratkan) bahwa tingkat
 imbal hasil yang diminta atau diambil dari debitur (yang meminjam)
 sebenarnya juga lebih tinggi. Karena bank syariah dan bank konvensional,
 walaupun diberi label berbeda, tapi substance kedua-duanya adalah bisnis.
 Logikanya, kalau satu perusahaan bisa bagi-bagi duit lebih besar, berarti
 pendapatannya lebih besar. Darimanakah pendapatan bank syariah? Ya, dari
 imbal hasil itu yang diterima dari para debiturnya.

 Pendapat saya ini murni analisa bisnis. Mohon maaf bagi yang kurang
 berkenan dengan pendapat saya. Janganlah kiranya dibawa-bawa melantur di
 luar dari ranah analisa bisnis.

 Jadi in conclusion, menurut hemat saya tidak ada pinjem duit tanpa bunga.
 Paling-paling cuma ganti istilah atau nama saja.

 Cheers and Best Regards,
 SJ


 --- In 
 AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.comAhliKeuangan-Indonesia%40yahoogroups.com,
 anton ms wardhana ari.am...@... wrote:
 
  sekali lagi dari iB Blogger Competitioan @ Kompasiana
  tulisan yang menarik tentang Bank Syariah, setidaknya menurut kuncen ki
  brankas seperti saya
 
  tetapi apakah memang demikian, adanya ? mohon bantuan penjelasan rekan2
  financiers
 
  *BR, ari.ams*
 
 
 http://ib-bloggercompetition.kompasiana.com/2009/07/10/logika-sekuler-tentang-bank-syariah/
  *
  Logika Sekuler tentang Bank Syariah *Oleh Subhan - 10 Juli 2009 -
  Dibaca 352Kali -
 
  Rasanya tidak cukup hanya mengedepankan dalil-dalil agama untuk
 meyakinkan
  masyarakat bahwa kehadiran bank syariah merupakan salah satu solusi untuk
  mengatasi masalah ekonomi bangsa. apalagi jika yang dihadapi adalah
 kalangan
  sekuler yang begitu alergi terhadap penerapan nilai-nilai agama dalam
  kehidupan bermasyarakat, umumnya mereka enggan menerima penjelasan yang
  dipenuhi dengan kutipan-kutipan ayat quran atau hadits. Yang diinginkan
  adalah penjelasan logis kenapa sesuatu itu dianggap bagus dan baik.
 
  Penjelasan agama hanya berlaku bagi kalangan yang yakin bahwa setiap yang
  diatur oleh quran dan sunnah adalah baik. Sedangkan bagi kalangan
 sekuler,
  yang begitu mendewakan pikiran dalam setiap pengambilan keputusan,
  diperlukan data empirik untuk benar-benar yakin bahwa sesuatu itu memang
  benar-benar baik. Dalam pelaksanaan bank syariah misalnya, kalangan
 sekuler
  sangat membutuhkan bukti nyata bahwa bank syariah benar-benar lebih baik
  dibanding bank konvensional.
 
  Berikut ini beberapa alasan yang sekiranya bisa diterima kalangan sekuler
  kenapa bank syariah sangat layak dijadikan alternatif penyelesaian
 masalah
  ekonomi bangsa.
 
  *Pertama, bank syariah lebih menguntungkan.*
 
  Ini bukan hanya klaim tapi bisa dibuktikan secara empirik. Berdasar data
  yang terpampang dalam website salah satu bank syariah dan juga bank
  konvensional bisa diketahui secara jelas bahwa bank syariah lebih banyak
  memberikan keuntungan material di banding bank konvensional. Per tanggal
 9
  Juli 2009, salah satu bank syariah berani memberikan bagi hasil senilai
  3,22% bagi nasabah tabungan. Bagi hasil 3,22% ini diberikan kepada
 seluruh
  nasabah pemilik rekening tabungan tanpa mensyaratkan saldo minimal. Angka
  3,22% ini muncul setelah besaran bagi hasil tabungan diekuvalenkan ke
 dalam
  bentuk persentase.
 
  Sementara pada tanggal dan produk yang sama, salah satu bank konvensional
  tidak memberikan bunga sama sekali bagi pemilik rekening tabungan yang
  saldonya kurang dari Rp 1 juta. Bunga baru bisa diberikan ketika saldo
  tabungan nasabah di atas Rp 1 juta. Itupun tidak sebesar bagi hasil yang
  diberikan bank syariah.
 
  Bank konvensional milik pemerintah ini hanya bisa memberikan bunga
 sebesar
  1,75% bagi nasabah pemilik tabungan dengan saldo antara Rp 1 juta hingga
 Rp
  5 juta. Sedangkan bagi nasabah tabungan dengan saldo Rp 5 juta - Rp 50
 juta
  bank konvensional yang banyak cabangnya ini hanya bisa memberikan 

RE: [Keuangan] Memo Admin: Ledakan di Mega Kuningan

2009-07-18 Terurut Topik Muluk Wijaya
Alhamdulillah aman pak, cuma yg patut disayangkan adalah pernyataan dr RI-1 
bisa memperkeruh suasana harusnya cukup pernyataan prihatin dan akan menindak 
tegas siapapun pelakunya untuk mencegah ketegangan konflik kepentingan, regards 
mwi

oka widana wrote: 
 All,
 Kita semua masih berharap2 cemas, menanti kejelasan mengenai berita diatas. 
 Skenario terburuk, ledakan itu adalah bom yg diledakkan sekelompok orang2 
 tolol dan fanatik, yang pasti akan mengguncang perekonomian Indonesia.
 
 Saya sungguh berharap tak ada keluarga besar member millis AKI yg terluka..
 
 Salam,
 
 Oka Widana
 Moderator
 Powered by Telkomsel BlackBerry®
 
 =
 Join Facebook AKI dimana Anda bisa ber social interactive sambil bermain 
 games atau just have fun together. Compulsory bagi new members start 1 Jan 
 2008. http://www.facebook.com/group.php?gid=6247303045
 =
 Perhatian: Diskusi yg baik adalah bila saling menghormati pendapat yang ada. 
 Anggota yang melanggar tata tertib millis akan dikenakan sanksi tegas.
 =
 Arsip Milis AKI online, demi kenyamanan Anda semua
 http://www.mail-archive.com/ahlikeuangan-indonesia@yahoogroups.com
 -
 Untuk kenyamanan bersama, dalam hal me-reply posting, potong/edit ekor 
 posting sebelumnyaYahoo! Groups Links
 Individual Email | Traditional
 http://docs.yahoo.com/info/terms/



  Akses email lebih cepat. Yahoo! menyarankan Anda meng-upgrade browser ke 
Internet Explorer 8 baru yang dioptimalkan untuk Yahoo! Dapatkan di sini! 
http://downloads.yahoo.com/id/internetexplorer



Re: [Keuangan] Beranikah Bank Syariah Menjadi ‘Grameen Bank’ di Indonesia?

2009-07-18 Terurut Topik madjmudin m
menarik sekali ketika bank syariah dikaitkan dengan pengentasan kemiskinan, 
bahkan diperbandingkan dengan yg konon kabarnya menjadi  role model banknya 
orang miskin yaitu Grameen Banknya M. Yunus di Bangladesh.

Harapan partisipasi pengentasan kemiskinan kepada bank syariah di Indonesia 
saat ini menurut saya (dgn ilmu yg masih terbatas) masih  sulit diharapkan 
terlalu banyak. Apalagi berusaha 'dipersamakan' untuk beroperasi melayani 
orang miskin seperti Grameen di 
Bangladesh. 

Yang lebih menarik sebenarnya jika berbicara ttg Grameen Bank adalah paparan 
seorang scholar islamic economics yaitu Prof. Dr. MA Manan mengenai 9 mitos ttg 
Grameen Bank. (terlampir dlm attachment)
9 mitos itu adalah :
1.Grameen Bank ternyata tidak memiliki mekanisme untuk mendongkrak skala usaha 
nasabahnya ketingkat yang lebih tinggi.Akibatnya tahapanuntuk memutus lingkaran 
kemiskinan menjadi sulit.
2.Model kredit mikro Grameen Bank ternyata tidak diperuntukkan bagi masyarakat 
yg berkriteria sangat miskin. Mereka tetap mensyaratkan kepemilikan suatu 
jaminan.
3. Biaya bunga sangat tinggi, jika dimasukkan biaya-biaya lain 
(adm,keanggotaan) maka total bunga per anum mencapai 54%.
4. Model kredit mikro Grameen Bank masih menerapkan hubungan pemberi pinjaman - 
penerima pinjaman, biasanya posisi penerima pinjaman lebih lemah, eksploitasi 
tingkat bunga, sistem denda yang memberatkan.
5.Isu yang dikembangkan condong mendisintegrasi keharmonisan rumah tangga 
masyarakat. Terkait isu jender,mengingat 95% nasabahnya adalah wanita. Konon yg 
ideal adalah jutru harus dikembangkan kerukunan suami-istri, dan keluarga yang 
menjadi kelompok2 nasabah peminjam.
6. Model yang dikembangkan Grameen Bank cenderung membuat ketergantungan pada 
pihak asing.
7. Operasional Grameen Bank tidak diaudit oleh pihak bank sentral ataupun 
auditor independen.
8. Operasional Grameen Bank pun dibebaskan dari pajak.
9. Tinggi$nya perbaikan non performing loan dicapai dengan cara2 yang 
mengabaikan rasa kemanuasiaan.

Jadi teringat postingan Bang Poltak di milis ini mengenai Grameen Bank, yg 
menyatakan bahwa fenomena Grameen Bank toh tidak beda jauh dengan fenomena 
perkembangan Bank BRI yg sampai ke pelosok kecamatan di Indonesia.

--- On Sat, 18/7/09, anton ms wardhana ari.am...@gmail.com wrote:

From: anton ms wardhana ari.am...@gmail.com
Subject: [Keuangan] Beranikah Bank Syariah Menjadi ‘Grameen Bank’ di Indonesia?
To: 
Date: Saturday, 18 July, 2009, 4:41 PM

tulisan ini saya copas dari kompasiana, sebuah tulisan karya ririn handayani
dalam rangka iB Blogger Competition.
kalo udah di blog publik begitu, apa saya masih harus izin lagi ya ? kalau
saya dianggap salah, maka saya mohon maaf sebesar-besarnya.
selain saya sangat mendukung lomba artikel semacam ini, IMHO beberapa
tulisan di dalamnya cukup menarik untuk diobrolkan mengingat nampaknya isyu
ekonomi pro rakyat dan kerakyatan maupun jalan tengah sangat mewarnai
pilpres kali ini, dan bagi saya itu berarti masyarakat kita mulai peduli
dengan kebangunan ekonomi bagi rakyat (kecil) yang mungkin dari sisi jumlah
merupakan mayoritas di republik ini (sayangnya, belum jelas benar dari angka
itu berapa rakyat kecil yang wiraswasta, yang karyawan, maupun yang keduanya
:)

*
Beranikah Bank Syariah Menjadi ‘Grameen Bank’ di Indonesia? *Oleh
ririnhandayani - 17 Juli 2009 - Dibaca 296 Kali -



  

[Non-text portions of this message have been removed]



Re: [Keuangan] Beranikah Bank Syariah Menjadi ‘Gra meen Bank’ di Indonesia?

2009-07-18 Terurut Topik Ari Condro
agak kurang pas kalo bank islam dikaitkan dgn grameen bank, karena
M.A. Manan mendudukkan posisi ideal bank islam lebih tinggi dan mulia
dibandingkan grameen bank.  beberapa alasannya seperti dijabarkan
salah satu rekan sebelumnya (majmudin), sekaligus mendegradasikan
nilai islam sebagai tidak peka gender (padahal di bangladesh, nasib
wanita banyak yg terlunta lunta sehingga perlu diprioritaskan).

di indonesia sendiri ada BMT, Pinbuk buat level grassroot, ada BPRS
dan gadai syariah buat level menengah ke bawah, dan bank syariah buat
level corporate dan industri.  jadi kalau bicara UMKM dgn bank
syariah, yah emang beda segmentasi dengan sendirinya.

selain itu kalau diamati, diantara tiga skema utama penyaluran dana di
bank islam, yaitu :
- mudhorobah (bagi hasil)
- murobahah (cost plus)
- musyarokah (holding)

yg paling populer adalah (boleh dikata 90 persen_, pinjaman disalurkan
liwat skema murobahah, alias cost plus).  ini metode ilustrasi
sederhananya.

ada pengusaha butuh mesin x yg harganya di pasaran 100 jt.  maka bank
akan membeli mesin itu, lalu lewat skema cost plus, ada plus sebesar
30 jt, sehingga pokok pinjaman sebesar 130 jt.  tinggal anguran misale
10 kali, masing masing cicilan sebesar 13 juta tiap nyicil.  metode
ini sangat sederhana, tinggal liat perbandingan dgn suku bunga
berjalan pulak.

kenapoa metode ini paling populer ?  karena nasabah bank islam tidak
dipercaya akan mampu mendeliver laporan keuangan yg akuntanble.
secara di akuntansi yg biasa biasa ajah, managers tend to apply
earnings management gitu lho.  silakan buka lagi bukunya Scott
positive accounting theory bagian earnings management.

gak usah ngomong religi pun, manajemen akan cenderung cari cara
oprtunistik buat memaksimalkan keuntungan di sisi dirinya. dan sistem
bagi hasil sangat rawan buat pihak bank, dgn skenario si manajer akan
mengecil ngecilkan labanya, sehingga bagi hasil yg diterima pihak bank
akan lebih kecil dari yang seharusnya.





2009/7/18 anton ms wardhana ari.am...@gmail.com:
 tulisan ini saya copas dari kompasiana, sebuah tulisan karya ririn handayani
 dalam rangka iB Blogger Competition.
 kalo udah di blog publik begitu, apa saya masih harus izin lagi ya ? kalau
 saya dianggap salah, maka saya mohon maaf sebesar-besarnya.
 selain saya sangat mendukung lomba artikel semacam ini, IMHO beberapa
 tulisan di dalamnya cukup menarik untuk diobrolkan mengingat nampaknya isyu
 ekonomi pro rakyat dan kerakyatan maupun jalan tengah sangat mewarnai
 pilpres kali ini, dan bagi saya itu berarti masyarakat kita mulai peduli
 dengan kebangunan ekonomi bagi rakyat (kecil) yang mungkin dari sisi jumlah
 merupakan mayoritas di republik ini (sayangnya, belum jelas benar dari angka
 itu berapa rakyat kecil yang wiraswasta, yang karyawan, maupun yang keduanya
 :)

 komentar saya di bawah ini adalah pikiran saya yang bukan pelaku UMKM, bukan
 pengamat ekonomi, hanya pendapat seorang jurukunci ki brankas yang tertarik
 dengan pengembangan UMKM (hmm. jatuh2nya pengamat juga ya.. tapi ketinggian
 ah.. penonton aja deh :)

 menurut saya, yang lebih sulit bukanlah segmentasi pemberian kredit pada
 UKM, melainkan antara 1) memilih UMKM yang memang layak dibantu (kriteria
 bisa macam2 soalnya) dan / atau   mendidik UKM ini agar mampu menyusun
 rencana usaha yang cukup matang sehingga potensinya berkembang ngga perlu
 diragukan lagi, setidaknya menurut analis kredit :) dan 2) menyajikan
 laporan yang cukup handal, utamanya bagi dia sendiri, sehingga bisa monitor
 dan mungkin mengembangkan usahanya lagi.
 kalo mengharap masyarakat siap duluan, mungkin sulit, meski pasti ada aja
 rekan2 LSM yang siap membantu UMKM tersebut dalam hal itu. mengandalkan
 penyuluh pemerintah punya, hmm.. entah juga ya.. hehe.. jadi menurut saya
 memang perlu ada semacam penyuluhan dari bank itu sendiri.

 ]eh.. dan semoga pendapat saya ini ngga terlalu asal. kalo ternyata ngaco
 ya mohon maap dan mohon koreksinya :)


 *BR, ari.ams*

 sumber asli:
 http://ib-bloggercompetition.kompasiana.com/2009/07/17/beranikah-bank-syariah-menjadi-grameen-bank-di-indonesia/
 *
 *

 iB Blogger Competition adalah lomba penulisan artikel di kanal blog
 Kompasiana dengan total hadiah sebesar Rp. 20 juta. Tema tulisan seputar
 Perbankan Syariah. Lomba terbuka untuk umum, dengan syarat harus memiliki
 blog atau account di situs pertemanan (Facebook, Multiplay, dll). Artikel
 diterima paling lambat tanggal 15 Agustus 2009 untuk periode I dan tanggal
 31 Oktober 2009 untuk periode II.

 *
 Beranikah Bank Syariah Menjadi ‘Grameen Bank’ di Indonesia? *Oleh
 ririnhandayani - 17 Juli 2009 - Dibaca 296 Kali -

 Ada berita memprihatinkan yang dimuat Harian Pagi Radar Jember dua hari
 berturut-turut, 28 dan 29 Juni 2009 lalu. Yakni tentang nasib 2.200 anggota
 Bank Gakin (Bank Keluarga Miskin) di Kabupaten Jember yang seperti telur di
 ujung tanduk. Pasalnya, modal bank yang dibina Dinas Koperasi dan Usaha
 Kecil Menengah Jember itu akan ditarik oleh pemiliknya, Bank Jatim. Padahal
 

Re: [Keuangan] Re: Logika Sekuler tentang Bank Syariah

2009-07-18 Terurut Topik Ari Condro
chowdurry yg orang IDB memberikan sebutan manfaat ekonomi itu dgn
istilah economic value added, karena memang sifatnya beda dengan
interest rate yg ada dalam time value of money (sudah disebutkan
sepintas oleh oom jerry).

sayangnya belum ada hitungan yg rasional dan sistematis untuk
menghitung berapa besarnya economic value added itu.  lagian rancu ama
istilah EVA yg lebih dulu dipopulerkan untuk mengukur kinerja manajer.

jadi karena belum ada kesepakatan untuk hitungan matematisnya,
praktisi bank syariah, masih pakai interest rate buat proxy manfaat
ekonomi itu deh. wehehehhe




2009/7/18 Jerry Matanari jerr_f...@yahoo.com:


 Numpang memberikan pendapat:

 Berdasarkan analisa saya terhadap kenyataan di lapangan, saya kurang setuju
 dengan pernyataan bahwa bank syariah tidak menerapkan bunga. Memang benar,
 tidak ada istilah bunga dalam form atau namanya, tapi secara substance
 ada.

 Bank syariah dalam akadnya (e.g: mudharabah, musyarakah, murabahah, ijarah)
 menetapkan tingkat imbal hasil tertentu. Bedanya dengan bank konvensional
 (berdasarkan pengamatan nyata saya), tingkat imbal hasil yang diminta bank
 syariah bersifat tetap, tidak mengambang atau floating seperti bank
 konvensional.

 Kalau tingkat return atau bagi hasil yang diterima nasabah (baca: deposan)
 di bank syariah lebih tinggi, it implies (itu menyiratkan) bahwa tingkat
 imbal hasil yang diminta atau diambil dari debitur (yang meminjam)
 sebenarnya juga lebih tinggi. Karena bank syariah dan bank konvensional,
 walaupun diberi label berbeda, tapi substance kedua-duanya adalah bisnis.
 Logikanya, kalau satu perusahaan bisa bagi-bagi duit lebih besar, berarti
 pendapatannya lebih besar. Darimanakah pendapatan bank syariah? Ya, dari
 imbal hasil itu yang diterima dari para debiturnya.

 Pendapat saya ini murni analisa bisnis. Mohon maaf bagi yang kurang berkenan
 dengan pendapat saya. Janganlah kiranya dibawa-bawa melantur di luar dari
 ranah analisa bisnis.

 Jadi in conclusion, menurut hemat saya tidak ada pinjem duit tanpa bunga.
 Paling-paling cuma ganti istilah atau nama saja.

 Cheers and Best Regards,
 SJ

 --- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, anton ms wardhana
 ari.am...@... wrote:

 sekali lagi dari iB Blogger Competitioan @ Kompasiana
 tulisan yang menarik tentang Bank Syariah, setidaknya menurut kuncen ki
 brankas seperti saya

 tetapi apakah memang demikian, adanya ? mohon bantuan penjelasan rekan2
 financiers

 *BR, ari.ams*


 http://ib-bloggercompetition.kompasiana.com/2009/07/10/logika-sekuler-tentang-bank-syariah/
 *
 Logika Sekuler tentang Bank Syariah *Oleh Subhan - 10 Juli 2009 -
 Dibaca 352Kali -

 Rasanya tidak cukup hanya mengedepankan dalil-dalil agama untuk meyakinkan
 masyarakat bahwa kehadiran bank syariah merupakan salah satu solusi untuk
 mengatasi masalah ekonomi bangsa. apalagi jika yang dihadapi adalah
 kalangan
 sekuler yang begitu alergi terhadap penerapan nilai-nilai agama dalam
 kehidupan bermasyarakat, umumnya mereka enggan menerima penjelasan yang
 dipenuhi dengan kutipan-kutipan ayat quran atau hadits. Yang diinginkan
 adalah penjelasan logis kenapa sesuatu itu dianggap bagus dan baik.

 Penjelasan agama hanya berlaku bagi kalangan yang yakin bahwa setiap yang
 diatur oleh quran dan sunnah adalah baik. Sedangkan bagi kalangan sekuler,
 yang begitu mendewakan pikiran dalam setiap pengambilan keputusan,
 diperlukan data empirik untuk benar-benar yakin bahwa sesuatu itu memang
 benar-benar baik. Dalam pelaksanaan bank syariah misalnya, kalangan
 sekuler
 sangat membutuhkan bukti nyata bahwa bank syariah benar-benar lebih baik
 dibanding bank konvensional.

 Berikut ini beberapa alasan yang sekiranya bisa diterima kalangan sekuler
 kenapa bank syariah sangat layak dijadikan alternatif penyelesaian masalah
 ekonomi bangsa.

 *Pertama, bank syariah lebih menguntungkan.*

 Ini bukan hanya klaim tapi bisa dibuktikan secara empirik. Berdasar data
 yang terpampang dalam website salah satu bank syariah dan juga bank
 konvensional bisa diketahui secara jelas bahwa bank syariah lebih banyak
 memberikan keuntungan material di banding bank konvensional. Per tanggal 9
 Juli 2009, salah satu bank syariah berani memberikan bagi hasil senilai
 3,22% bagi nasabah tabungan. Bagi hasil 3,22% ini diberikan kepada seluruh
 nasabah pemilik rekening tabungan tanpa mensyaratkan saldo minimal. Angka
 3,22% ini muncul setelah besaran bagi hasil tabungan diekuvalenkan ke
 dalam
 bentuk persentase.

 Sementara pada tanggal dan produk yang sama, salah satu bank konvensional
 tidak memberikan bunga sama sekali bagi pemilik rekening tabungan yang
 saldonya kurang dari Rp 1 juta. Bunga baru bisa diberikan ketika saldo
 tabungan nasabah di atas Rp 1 juta. Itupun tidak sebesar bagi hasil yang
 diberikan bank syariah.

 Bank konvensional milik pemerintah ini hanya bisa memberikan bunga sebesar
 1,75% bagi nasabah pemilik tabungan dengan saldo antara Rp 1 juta hingga
 Rp
 5 juta. Sedangkan bagi nasabah tabungan dengan saldo Rp 

Re: [Keuangan] Beranikah Bank Syariah Menjadi ‘Grameen Bank’ di Indonesia?

2009-07-18 Terurut Topik oka widana
Saya kira benar, biarkan masing jenis dengan segala macam featurenya berada 
dipasar. Disamping, masing2 memiliki pangsa pasar sendiri2, juga karena 
karakteristik yang membedakan masing2.

Bank syariah didalam melakukan bisnisnya memiliki beberapa aksioma. Yang paling 
dikenal tentu saja anti riba.

Riba sendiri tidak boleh disimplifikasi sebagai bunga, karena misalnya dalam 
skema mudharobah, bila tingkat marginnya disyaratkan 70%, walau sudah 
disepakati dg akad, bisa terkatagori riba. Jika si nasabah dalam posisi 
terjepit, tak punya alternatif lain, sedang bank dalam posisi yg lebih kuat, 
bisa memaksakan.

Diseluruh dunia porsi bisnis bank syariah saya kira masih kecil (CMIIW), di 
Indonesia sendiri masih kurang dari 5%. Apatah BI, membuat direktorat khusus, 
agar peran bank syariah makin besar. Toh perkembangannya begini2 saja.

Karena masih berlabel bank syariah yg mau ngak mau akan dikonotasikan dengan 
Islam. Jadi seolah2 bank ini, skema ini, hanya cocok dg orang Islam. Padahal 
mestinya tidak. Toh jika memang lebih menguntungkan, didunia yg serba pragmatis 
ini, sapa yg ngak mau.

Saya kira bank syariah masih terkonotasi dan akhirnya peran yg dimainkan ya 
sesempit konotasi dan persepsi yg melekat padanya.

Satu lagi, satu dua bank syariah sdh mulai mau menjadi grameen bank. Sayang 
sekali, menurut pengamatan saya, kawan2 syariah banker masih terkungkung atau 
mengkungkung dirinya pada persepsi diatas, yg bagi saya salah besar. 


Powered by Telkomsel BlackBerry®

-Original Message-
From: Poltak Hotradero hotrad...@gmail.com

Date: Sun, 19 Jul 2009 09:49:06 
To: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com
Subject: Re: [Keuangan] Beranikah Bank Syariah Menjadi ‘Gra
meen Bank’ di Indonesia?


Menurut saya, biarkan saja masing-masing jenis bank berkembang.
Semakin banyak alternatif (termasuk lewat pendanaan non bank semisal
venture capital ataupun pasar modal) akan semakin baik.  Mengapa?
Karena kebutuhan tiap usaha dan bisnis berbeda-beda. Kalau ada 1000
alternatif, mengapa cuma puas dengan 3 alternatif?

Jadi tidak usah lah satu bank ditantang untuk menjadi jenis bank
lainnya. Tantangan seperti itu cuma akan mengaburkan esensi
masing-masing.

Dan mengatakan bahwa satu jenis perbankan adalah dari Tuhan - dan
yang lain bukan - adalah semata-mata pengelabuan.  Bila memang Tuhan
sendiri mau bikin bank - Beliau tidak butuh campur tangan
organisatoris manusia (yg cuma akan bikin repot dan cenderung
manipulatif).

On 7/19/09, Ari Condro masar...@gmail.com wrote:
 agak kurang pas kalo bank islam dikaitkan dgn grameen bank, karena
 M.A. Manan mendudukkan posisi ideal bank islam lebih tinggi dan mulia
 dibandingkan grameen bank.  beberapa alasannya seperti dijabarkan
 salah satu rekan sebelumnya (majmudin), sekaligus mendegradasikan
 nilai islam sebagai tidak peka gender (padahal di bangladesh, nasib
 wanita banyak yg terlunta lunta sehingga perlu diprioritaskan).

 di indonesia sendiri ada BMT, Pinbuk buat level grassroot, ada BPRS
 dan gadai syariah buat level menengah ke bawah, dan bank syariah buat
 level corporate dan industri.  jadi kalau bicara UMKM dgn bank
 syariah, yah emang beda segmentasi dengan sendirinya.

 selain itu kalau diamati, diantara tiga skema utama penyaluran dana di
 bank islam, yaitu :
 - mudhorobah (bagi hasil)
 - murobahah (cost plus)
 - musyarokah (holding)

 yg paling populer adalah (boleh dikata 90 persen_, pinjaman disalurkan
 liwat skema murobahah, alias cost plus).  ini metode ilustrasi
 sederhananya.

 ada pengusaha butuh mesin x yg harganya di pasaran 100 jt.  maka bank
 akan membeli mesin itu, lalu lewat skema cost plus, ada plus sebesar
 30 jt, sehingga pokok pinjaman sebesar 130 jt.  tinggal anguran misale
 10 kali, masing masing cicilan sebesar 13 juta tiap nyicil.  metode
 ini sangat sederhana, tinggal liat perbandingan dgn suku bunga
 berjalan pulak.

 kenapoa metode ini paling populer ?  karena nasabah bank islam tidak
 dipercaya akan mampu mendeliver laporan keuangan yg akuntanble.
 secara di akuntansi yg biasa biasa ajah, managers tend to apply
 earnings management gitu lho.  silakan buka lagi bukunya Scott
 positive accounting theory bagian earnings management.

 gak usah ngomong religi pun, manajemen akan cenderung cari cara
 oprtunistik buat memaksimalkan keuntungan di sisi dirinya. dan sistem
 bagi hasil sangat rawan buat pihak bank, dgn skenario si manajer akan
 mengecil ngecilkan labanya, sehingga bagi hasil yg diterima pihak bank
 akan lebih kecil dari yang seharusnya.





 2009/7/18 anton ms wardhana ari.am...@gmail.com:
 tulisan ini saya copas dari kompasiana, sebuah tulisan karya ririn
 handayani
 dalam rangka iB Blogger Competition.
 kalo udah di blog publik begitu, apa saya masih harus izin lagi ya ? kalau
 saya dianggap salah, maka saya mohon maaf sebesar-besarnya.
 selain saya sangat mendukung lomba artikel semacam ini, IMHO beberapa
 tulisan di dalamnya cukup menarik untuk diobrolkan mengingat nampaknya
 isyu
 ekonomi pro rakyat dan 

Re: [Keuangan] Memo Admin: Ledakan di Mega Kuningan

2009-07-18 Terurut Topik Idealisman Tambunan
Sebaiknya kita melihat setiap kejadian dengan proporsional dan objektif.
Sering terjadi kasus pembunuhan dengan beragam motif dan cara, jangan kita 
menganggapnya heboh karena tv membuatnya seolah begitu, masih banyak kejadian 
yang tidak kita tahu dan tidak mau tahu hanya karena tidak ditayangkan. Jangan 
terlalu mengikuti tv tentang apa yang harus kita khawatirkan. Sekjend PBB 
Ban Ki Mon pernah mengatakan hal yang mirip seperti yang saya katakan.





From: oka widana oka.wid...@indosat.net.id
To: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com
Sent: Friday, July 17, 2009 8:43:06 AM
Subject: [Keuangan] Memo Admin: Ledakan di Mega Kuningan

All,
Kita semua masih berharap2 cemas, menanti kejelasan mengenai berita diatas. 
Skenario terburuk, ledakan itu adalah bom yg diledakkan sekelompok orang2 tolol 
dan fanatik, yang pasti akan mengguncang perekonomian Indonesia.

Saya sungguh berharap tak ada keluarga besar member millis AKI yg terluka.

Salam,

Oka Widana
Moderator
Powered by Telkomsel BlackBerry®



=
Join Facebook AKI dimana Anda bisa ber social interactive sambil bermain games 
atau just have fun together. Compulsory bagi new members start 1 Jan 2008. 
http://www.facebook.com/group.php?gid=6247303045
=
Perhatian: Diskusi yg baik adalah bila saling menghormati pendapat yang ada. 
Anggota yang melanggar tata tertib millis akan dikenakan sanksi tegas.
=
Arsip Milis AKI online, demi kenyamanan Anda semua
http://www.mail-archive.com/ahlikeuangan-indonesia@yahoogroups.com
-
Untuk kenyamanan bersama, dalam hal me-reply posting, potong/edit ekor posting 
sebelumnyaYahoo! Groups Links



[Non-text portions of this message have been removed]