[Keuangan] BBM NAIK, DEMI RAKYAT KECIL?

2008-05-22 Terurut Topik melvydewi
http://www.mediakonsumen.com/Artikel2328.html

BBM NAIK, LALU APA?

Wacana seru kenaikan harga BBM sebenarnya sudah berlangsung bertahun-
tahun lamanya, bahkan sudah sejak menjelang kejatuhan Suharto di 
tahun 1998 lalu. Kini pemerintah SBY-JK mengumumkan akan menaikkan 
harga BBM pada bulan Juni 2008. Gonjang-ganjing kenaikan harga BBM 
atau dikuranginya subsidi BBM oleh pemerintah barangkali 
menggambarkan carut-marutnya pengelolaan negeri ini, meskipun 
katanya negeri ini sudah direformasi.

Contoh pahit akibat dari kenaikan BBM sudah kita alami pada akhir 
jaman Suharto dulu. Kenaikan BBM menjadi salah satu faktor yang 
menentukan dan mempengaruhi faktor lainnya dalam kekacauan yang 
mengiringi jatuhnya Suharto. Begitu juga ketika pemerintahan Gus Dur 
menaikkan BBM pada tahun 2001. Kenaikan BBM sering disederhanakan 
menjadi soal populer atau tidak populer sebuah pemerintahan sehingga 
sering digunakan oleh mereka yang mendukung kekuasaan sebagai 
justifikasi. Padahal kenaikan BBM seharusnya bisa dilihat penguasa 
sebagai kesempatan untuk menunjukkan tanggungjawab mereka pada 
negeri ini sekarang dan di masa depan. 

Meski sudah lebih dari 10 tahun wacana seru kenaikan BBM 
berlangsung, tetapi rencana menaikkan BBM saat ini masih tetap 
menimbulkan gonjang-ganjing, kebingungan, kepanikan, keputusasaan, 
kemarahan, di semua lapisan masyarakat dan yang mungkin akan 
bermuara pada kekacauan lagi.

Di berbagai media, sudah banyak macam-macam ahli atau ekonom yang 
menyatakan pendapatnya mengenai kenaikan BBM. Nampaknya lebih banyak 
ekonom yang menyatakan BBM harus naik. Sekedar mengambil contoh, 
Faisal Basri adalah seorang yang setuju BBM harus naik. Sementara 
itu Rizal Ramli malah tidak setuju, meski di tahun 2001 lalu ketika 
ia menjadi menko perekonomian di pemerintahan Gus Dur, ia menaikkan 
BBM. Pendapat manakah yang benar? Bagaimanakan mengukur mana yang 
lebih sahih, sehingga layak dijadikan patokan? Saya tidak tahu, 
begitu juga masyarakat, karena bukan ahli atau ekonom. Apalagi 
sering juga wacana-wacana seperti itu ditunggangi kepentingan 
politik. Saya hanya tukang potret situasi saja. Tetapi saya mengira, 
dua-duanya memang benar, sehingga istilah yang dulu populer 
dikenakan pada Suharto ketika menaikkan BBM, yaitu maju kena, 
mundur kena juga cocok dikenakan pada SBY-JK yang meski di tahun 
2005 lalu juga sudah menaikkan BBM, tetapi dapat selamat dari 
gonjang-ganjing.

Rakyat kurang mampu untuk mengukur kebijakan mana yang mana yang 
lebih sahih untuk diambil. Namun rakyat bisa merasakan di tiap 
keputusan yang diambil, apakah pemerintah peduli pada rakyat. Adakah 
strategi pro rakyat yang mengiringi ketika kebijakan menaikkan BBM 
ini diambil?

Beberapa argumen dari Rizal Ramli yang menolak kenaikan BBM 
sesungguhnya bisa digunakan SBY-JK untuk menjadi sebuah strategi 
yang mengiringi kebijakan kenaikan BBM supaya bisa menjadi kebijakan 
pro rakyat 
(http://www.perspektif.net/article/article.php?article_id=876 ). 
Tanpa strategi ini, pemerintah SBY-JK akan terkesan tidak mau 
bekerja keras dan tentu saja tidak pro rakyat sebagaimana sudah 
dituduhkan sejak ingkar janji kampanye pemilu pada tahun 2005 untuk 
tidak akan menaikkan BBM. 

Pemerintah harus serius menunjukkan pada rakyat langkah-langkah yang 
pro rakyat, seperti memberantas korupsi. Jangan lagi mengeluarkan 
pernyataan kontra-produktif seperti yang baru-baru ini SBY lontarkan 
terhadap cara kerja KPK yang baru saja menangkap basah seorang 
tersangka yang anggota DPR, Al-Amin Nasution dengan uang suap di 
tangannya. SBY mengkritik cara yang dilakukan KPK agar jangan 
menjebak katanya. Kritik ini sungguh kontra-produktif dengan gerakan 
pemberantasan korupsi yang cukup gencar dilakukan. Kritik ini 
membingungkan semua orang, mengapa menjebak seorang koruptor dinilai 
salah oleh SBY. Seorang yang bersih, tentu tidak dapat dijebak. 
Hanya koruptor yang bisa dijebak. Lagipula apakah Al-Amin dijebak? 
Tentu bukan, karena Al-Amin dikuntit berbulan-bulan lamanya. 
Sehingga muncul pertanyaan, apakah SBY tidak serius memberantas 
korupsi? Padahal pemberantasan korupsi hampir mencapai sarang 
koruptor di masa ini, yaitu gedung DPR. Barangkali dengan diobrak-
abriknya sarang koruptor di Senayan ini upaya pengembalian dana BLBI 
yang Ratusan Trilyun Rupiah bisa lebih lancar. Bahkan definisi 
korupsi mungkin perlu diperluas menjadi termasuk tidak kompeten 
dalam bekerja, sehingga pengelola kota-kota besar seperti gubernur 
Jakarta perlu dijerat hukuman ketika tidak becus mengelola 
infrastruktur jalan yang selalu rusak atau tidak becus menyediakan 
transportasi umum di ibukota negara. Harusnya mereka tahu, kondisi 
jalan yang hancur dan tidak tersedianya transportasi umum yang layak 
di kota-kota besar bisa mengakibatkan kemacetan lalu-lintas yang 
memboroskan BBM yang amat besar sehingga milyaran rupiah terbuang 
percuma setiap harinya di seantero jabodetabek. 

Langkah-langkah pro rakyat lainnya adalah mereformasi tata niaga 
migas dan 

Re: [Keuangan] BBM NAIK, DEMI RAKYAT KECIL?

2008-05-22 Terurut Topik Wawan Taufiq Nasich

omong omong tentang RIZAL RAMLI, ini klipping berita
Tahun 2000, ketika dia menjabat MENKO, Bandingkan
Argumen beliau ketika menjabat Sebagai Menko dan
retorika dia sekarang.

Silahkan tarik kesimpulan masing2.
http://www.lesperssi.or.id/report/weekAgus2000.htm

9. Harga BBM Naik Oktober Mendatang
Setelah menaikan tarif angkutan umum awal September
ini, pemerintah memastikan akan menaikan harga bahan
bakar minyak (BBM) pada bulan Oktober 2000 mendatang.
Namun pemerintah belum memastikan besarnya kenaikan
dan tanggal pasti pelaksanaannya. Demikian salah satu
hasil sidang kabinet di Jakarta (31/8) yang diumumkan
oleh Menko Ekuin Rizal Ramli. Menurut Ramli, tujuan
dinaikannya harga BBM adalah agar bisa mengurangi
beban subsidi yang harus ditanggung pemerintah dan
juga untuk mencegah atau mengurangi penyelundupan BBM
ke luar negeri di mana harga BBM memang jauh lebih
tinggi. Menurut Ramli, selama ini yang banyak
menikmati subsidi senilai Rp 43,95 trilyun per
tahunnya adalah orang-orang kaya sehingga lebih baik
subsidi tersebut digunakan untuk hal-hal lainnya yang
dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat golongan
bawah. Pemerintah dan DPR sendiri saat ini sedang
memperkirakan dampak sosial, ekonomi dan politis
keputusan tersebut dalam rangka mengantisipasi
kepanikan dan kerusuhan yang mungkin terjadi.


--- melvydewi [EMAIL PROTECTED] wrote:

 http://www.mediakonsumen.com/Artikel2328.html
 
 BBM NAIK, LALU APA?
 
 Wacana seru kenaikan harga BBM sebenarnya sudah
 berlangsung bertahun-
 tahun lamanya, bahkan sudah sejak menjelang
 kejatuhan Suharto di 
 tahun 1998 lalu. Kini pemerintah SBY-JK mengumumkan
 akan menaikkan 
 harga BBM pada bulan Juni 2008. Gonjang-ganjing
 kenaikan harga BBM 
 atau dikuranginya subsidi BBM oleh pemerintah
 barangkali 
 menggambarkan carut-marutnya pengelolaan negeri ini,
 meskipun 
 katanya negeri ini sudah direformasi.
 
 Contoh pahit akibat dari kenaikan BBM sudah kita
 alami pada akhir 
 jaman Suharto dulu. Kenaikan BBM menjadi salah satu
 faktor yang 
 menentukan dan mempengaruhi faktor lainnya dalam
 kekacauan yang 
 mengiringi jatuhnya Suharto. Begitu juga ketika
 pemerintahan Gus Dur 
 menaikkan BBM pada tahun 2001. Kenaikan BBM sering
 disederhanakan 
 menjadi soal populer atau tidak populer sebuah
 pemerintahan sehingga 
 sering digunakan oleh mereka yang mendukung
 kekuasaan sebagai 
 justifikasi. Padahal kenaikan BBM seharusnya bisa
 dilihat penguasa 
 sebagai kesempatan untuk menunjukkan tanggungjawab
 mereka pada 
 negeri ini sekarang dan di masa depan. 
 
 Meski sudah lebih dari 10 tahun wacana seru kenaikan
 BBM 
 berlangsung, tetapi rencana menaikkan BBM saat ini
 masih tetap 
 menimbulkan gonjang-ganjing, kebingungan, kepanikan,
 keputusasaan, 
 kemarahan, di semua lapisan masyarakat dan yang
 mungkin akan 
 bermuara pada kekacauan lagi.
 
 Di berbagai media, sudah banyak macam-macam ahli
 atau ekonom yang 
 menyatakan pendapatnya mengenai kenaikan BBM.
 Nampaknya lebih banyak 
 ekonom yang menyatakan BBM harus naik. Sekedar
 mengambil contoh, 
 Faisal Basri adalah seorang yang setuju BBM harus
 naik. Sementara 
 itu Rizal Ramli malah tidak setuju, meski di tahun
 2001 lalu ketika 
 ia menjadi menko perekonomian di pemerintahan Gus
 Dur, ia menaikkan 
 BBM. Pendapat manakah yang benar? Bagaimanakan
 mengukur mana yang 
 lebih sahih, sehingga layak dijadikan patokan? Saya
 tidak tahu, 
 begitu juga masyarakat, karena bukan ahli atau
 ekonom. Apalagi 
 sering juga wacana-wacana seperti itu ditunggangi
 kepentingan 
 politik. Saya hanya tukang potret situasi saja.
 Tetapi saya mengira, 
 dua-duanya memang benar, sehingga istilah yang dulu
 populer 
 dikenakan pada Suharto ketika menaikkan BBM, yaitu
 maju kena, 
 mundur kena juga cocok dikenakan pada SBY-JK yang
 meski di tahun 
 2005 lalu juga sudah menaikkan BBM, tetapi dapat
 selamat dari 
 gonjang-ganjing.
 
 Rakyat kurang mampu untuk mengukur kebijakan mana
 yang mana yang 
 lebih sahih untuk diambil. Namun rakyat bisa
 merasakan di tiap 
 keputusan yang diambil, apakah pemerintah peduli
 pada rakyat. Adakah 
 strategi pro rakyat yang mengiringi ketika kebijakan
 menaikkan BBM 
 ini diambil?
 
 Beberapa argumen dari Rizal Ramli yang menolak
 kenaikan BBM 
 sesungguhnya bisa digunakan SBY-JK untuk menjadi
 sebuah strategi 
 yang mengiringi kebijakan kenaikan BBM supaya bisa
 menjadi kebijakan 
 pro rakyat 

(http://www.perspektif.net/article/article.php?article_id=876
 ). 
 Tanpa strategi ini, pemerintah SBY-JK akan terkesan
 tidak mau 
 bekerja keras dan tentu saja tidak pro rakyat
 sebagaimana sudah 
 dituduhkan sejak ingkar janji kampanye pemilu pada
 tahun 2005 untuk 
 tidak akan menaikkan BBM. 
 
 Pemerintah harus serius menunjukkan pada rakyat
 langkah-langkah yang 
 pro rakyat, seperti memberantas korupsi. Jangan lagi
 mengeluarkan 
 pernyataan kontra-produktif seperti yang baru-baru
 ini SBY lontarkan 
 terhadap cara kerja KPK yang baru saja menangkap
 basah seorang 
 tersangka yang anggota DPR, Al-Amin