Re: [Keuangan] OOT: Laporan: Senangnya Nonton Wayang Orang Bharata 8 Agustus 2009, "Gareng Kembar", Kalilio, Senen, Jakarta

2009-08-17 Terurut Topik anton ms wardhana
wah terima kasih banyak atensinya Pak Margana

hanya ingin meluruskan saja laporan terakhir itu datang bukan dari saya,
melainkan dari Bang Dandossi Matram, kakak kelas saya di kampus. saya bagian
yang ngasih komentar aja :)

btw saya sendiri memang beberapa kali nonton WO Barata jaman-jaman tahun
93-94, karena saya jaman segitu masih senang-senangnya motret (masih SLR
pake film negatif, tentunya) dan tahun segitu sedang senang-senangnya
eksperimen ngga pake blitz untuk motret pertunjukan.
dulu jaman itu, penonton WO Barata bisa dihitung dengan jari.. dan kali
pertama saya datang minta izin motret, saya malah ngga usah bayar hanya
karena saya bawa kamera tergantung di leher (saya sempat ditanya dari media
mana, dan dengan polosnya tanpa mengerti maksud pertanyaannya saya jawab
dari Pectria, salah satu majalah kampus tempat saya bernaung..haduh..).
makanya habis itu, begitu lihat di dalam sepi begitu jadi malu sendiri.
sejak itu selalu bayar untuk masuk dan motret (masih sempat gratis 1x lagi
karena datang 1/2 jam sebelum pertunjukan berakhir, jadi malah diketawain
pas mau bayar :)
dan memang kawasannya dulu kumuh dan sedikit menyeramkan. kalo saya tidak
diganggu, lagi-lagi, mungkin karena kamera yang saya gantung di leher itu.
wah, saya kok malah jadi cerita kamera bukan wayangnya yah hehe.. oot-nya
kebablasan saya ini. maap maap.

kembali ke desktop, maka dengar testimoni di bawah itu, saya senaaang sekali
bahwa mereka berhasil melalui masa sulit dan kini memasuki masa yang
mudah2an lebih baik.

salam hormat dari saya, Pak, semoga jati diri bangsa kita tetap exist,
minimal masih tetap ada warnanya,  di tengah kemajuan jaman yang mau tidak
mau harus kita ikuti. syukur2 bisa ikut mewarnai jaman. merdeka!

BR, ari.ams



Pada 17 Agustus 2009 20:32, Margana  menulis:

>
>
> Mas Oka dan mas Ari,
>
> saya tertarik dengan laporan Mas Ari yang menonton wayang orang
> Barata. Selama ini saya tak yakin, gedung di daerah kumuh dan hiduk
> pikuk itu layak dikunjungi. Tapi, begitu saya membaca laporan mas Ari,
> saya ingin membuktikannya.
>
> Ternyata, laporan Mas Ari benar. Sabtu malam, tanggal 15 Agustus,
> untuk pertama kali saya masuk gedung wayang orang Barata di kawasan
> pasar Senen (jl, Gunung Sahari) setelah lebih dari 20 tahun.
> Pertengahan tahun 1980-n, ketika saya masih berkantor di Majalah Tempo
> di Pasar Senen, sesekali saya suka iseng jalan kaki nonton wayang
> orang di Barata. Ketika itu, baunya apek, kursi jelek dan padat, dan
> keluarnya harus lewat pintu samping. Jadi langsung lewat gang sempit
> di tengah permukiman penduduk. Pemain dan permainan ketika itu sangat
> konvensional dan tata sauranya tidak bagus. Penontonnya kelas bawah,
> orang desa, dan kampungan. Ngrokok, teriak-teriak, dan lain-lain.
>
> Ketika Sabtu lalu saya membuktikan 'testimoni' Mas Ari, perubahan
> sudah berbalik 180 derajat. Penontonnya adalah kelas menengah, banyak
> membawa anak-anak kecil, ada beberapa orang bule, banyak pula anak
> muda. Mayoritas adalah usia 30-50 tahun. Yang di atas 50 th ada
> beberapa. Penonton sopan, tenang, laras, menikmati
>
> Kursi bagus, gedung sudah direnovasi bersih, tidak boleh merokok
> seperti 20 tahun lalu, AC oke, tata suara dan lampu juga bagus.
> Pemaian dan permainan mengalami banyak kemajuan. Semua pemain utama
> bisa melakukan dialog naratif dengan baik dan banyak pula yang mampu
> olah vokal yakni berdialog dalam syair yang dilagukan,. Teknik perang
> pun banyak variasi, walau tidak meninggal kekhasan WO yakni dalam
> kerangka tarian.
>
> Pakaiannya bagus, dan banyak pemain muda. Bahkan, ketika Sabtu lalu
> menampilkan cerita Subali Leno, juga ditampilkan pemain anak-anak
> dengan teknik salto dan tari yang lucu. Banyak anak-anak kecil yang
> menonton tertarik dengan penampilan pemain bocah tersebut.
>
> Sekali lagi, terima kasih Mas Ari. Berkat cerita Anda saya akhirnya
> menonton WO Barata juga, setelah 20 tahun tidak pernah melongok gedung
> itu, hah
>
> Margana.
> .
>
>
>


[Non-text portions of this message have been removed]



Re: [Keuangan] OOT: Laporan: Senangnya Nonton Wayang Orang Bharata 8 Agustus 2009, "Gareng Kembar", Kalilio, Senen, Jakarta

2009-08-17 Terurut Topik Marlena Marlena
Setuju...

 

Marlena


--- On Tue, 8/18/09, herisetiono...@yahoo.com.sg  
wrote:


From: herisetiono...@yahoo.com.sg 
Subject: Re: [Keuangan] OOT: Laporan: Senangnya Nonton Wayang Orang Bharata 8 
Agustus 2009, "Gareng Kembar", Kalilio, Senen, Jakarta
To: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com
Date: Tuesday, August 18, 2009, 9:17 AM


Saya punya usul bagaimana kalau kita buat acara nonton bersama anggota milis 
AKI. Selain melestarikan budaya juga ajang kumpul bersama yang sudah lama tidak 
kita lakukan. Mungkin bisa kita program habis lebaran.

Regards.

Heri S
Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

-Original Message-
From: "Oka Widana" 

Date: Tue, 18 Aug 2009 08:45:23 
To: 
Subject: RE: [Keuangan] OOT: Laporan: Senangnya Nonton Wayang Orang Bharata 8 
Agustus 2009, "Gareng Kembar", Kalilio, Senen, Jakarta


Walah.didahului seniorJ. Mestinya yg muda2 seperti saya, lebih punya empati
dan semangat. Sayangnya, tanggal 15 Agustus kemarin ada acara keluarga,
karena, biasalah kumpul-kumpul pada minggu terakhir sebelum bulan puasa.



Tontonan tradisional ini mestinya lebih kita kembangkan, karyakan. Mosok 64
tahun merdeka secara politik, kesenian tradisional dan pekerjanya tidak
semakin merdeka.  



Terima kasih atas sharingnya pak Margana. 



Oka



PS.

Harus cari tahu, schedule after Lebaran nih.









From: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com
[mailto:ahlikeuangan-indone...@yahoogroups.com] On Behalf Of Margana
Sent: Monday, August 17, 2009 8:33 PM
To: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com
Subject: Re: [Keuangan] OOT: Laporan: Senangnya Nonton Wayang Orang Bharata
8 Agustus 2009, "Gareng Kembar", Kalilio, Senen, Jakarta



  

Mas Oka dan mas Ari,

saya tertarik dengan laporan Mas Ari yang menonton wayang orang
Barata. Selama ini saya tak yakin, gedung di daerah kumuh dan hiduk
pikuk itu layak dikunjungi. Tapi, begitu saya membaca laporan mas Ari,
saya ingin membuktikannya.

Ternyata, laporan Mas Ari benar. Sabtu malam, tanggal 15 Agustus,
untuk pertama kali saya masuk gedung wayang orang Barata di kawasan
pasar Senen (jl, Gunung Sahari) setelah lebih dari 20 tahun.
Pertengahan tahun 1980-n, ketika saya masih berkantor di Majalah Tempo
di Pasar Senen, sesekali saya suka iseng jalan kaki nonton wayang
orang di Barata. Ketika itu, baunya apek, kursi jelek dan padat, dan
keluarnya harus lewat pintu samping. Jadi langsung lewat gang sempit
di tengah permukiman penduduk. Pemain dan permainan ketika itu sangat
konvensional dan tata sauranya tidak bagus. Penontonnya kelas bawah,
orang desa, dan kampungan. Ngrokok, teriak-teriak, dan lain-lain.

Ketika Sabtu lalu saya membuktikan 'testimoni' Mas Ari, perubahan
sudah berbalik 180 derajat. Penontonnya adalah kelas menengah, banyak
membawa anak-anak kecil, ada beberapa orang bule, banyak pula anak
muda. Mayoritas adalah usia 30-50 tahun. Yang di atas 50 th ada
beberapa. Penonton sopan, tenang, laras, menikmati

Kursi bagus, gedung sudah direnovasi bersih, tidak boleh merokok
seperti 20 tahun lalu, AC oke, tata suara dan lampu juga bagus.
Pemaian dan permainan mengalami banyak kemajuan. Semua pemain utama
bisa melakukan dialog naratif dengan baik dan banyak pula yang mampu
olah vokal yakni berdialog dalam syair yang dilagukan,. Teknik perang
pun banyak variasi, walau tidak meninggal kekhasan WO yakni dalam
kerangka tarian.

Pakaiannya bagus, dan banyak pemain muda. Bahkan, ketika Sabtu lalu
menampilkan cerita Subali Leno, juga ditampilkan pemain anak-anak
dengan teknik salto dan tari yang lucu. Banyak anak-anak kecil yang
menonton tertarik dengan penampilan pemain bocah tersebut.

Sekali lagi, terima kasih Mas Ari. Berkat cerita Anda saya akhirnya
menonton WO Barata juga, setelah 20 tahun tidak pernah melongok gedung
itu, hah

Margana.
.

2009/8/10 Oka Widana mailto:oka.widana%40indosat.net.id> >:
>
>
> Saya forwardkan sebuah tulisan yang saya dapatkan dari Ari (moderator
AKI),
> termasuk komentar Ari yang orisinal dan penuh semangat. Saya forwardkan
> karena saya pencinta mati kesenian Indonesia. Kebetulan, masyarakat dimana
> saya berasal, termasuk yang sangat berhasil mempertahankan, mengembangkan
> dan menjual kesenian.
>
> Saya sendiri belum pernah berkunjung ke WO Bharata, dan dengan membaca
> tulisan ini (dibawah ada schedulenya juga) saya pastikan, saya akan
> mengunjunginya bersama pasukan (baca keluarga besar saya)
>
> Salam:
>
> Oka
>
> Ari AMS wrote:
>
> kali ini wayang orang,
> besok mungkin reog ponorogo,
> besoknya mungkin tonil, sandiwara a la nusa tenggara
> besoknya lagi mungkin malulo, menari dalam lingkaran a la sulawesi
tenggara
> ngga ngerti bahasa ? jangan takut.. ada running text-nya.. enggak kalah
sama
> tipi :)
>
> besoknya lagi bisa jadi main keroncong tapi lagunya lagu-lagu barat
> ps: meskipun sedikit sakit hati, t

Re: [Keuangan] OOT: Laporan: Senangnya Nonton Wayang Orang Bharata 8 Agustus 2009, "Gareng Kembar", Kalilio, Senen, Jakarta

2009-08-17 Terurut Topik herisetiono004
Saya punya usul bagaimana kalau kita buat acara nonton bersama anggota milis 
AKI. Selain melestarikan budaya juga ajang kumpul bersama yang sudah lama tidak 
kita lakukan. Mungkin bisa kita program habis lebaran.

Regards.

Heri S
Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

-Original Message-
From: "Oka Widana" 

Date: Tue, 18 Aug 2009 08:45:23 
To: 
Subject: RE: [Keuangan] OOT: Laporan: Senangnya Nonton Wayang Orang Bharata 8 
Agustus 2009, "Gareng Kembar", Kalilio, Senen, Jakarta


Walah.didahului seniorJ. Mestinya yg muda2 seperti saya, lebih punya empati
dan semangat. Sayangnya, tanggal 15 Agustus kemarin ada acara keluarga,
karena, biasalah kumpul-kumpul pada minggu terakhir sebelum bulan puasa.

 

Tontonan tradisional ini mestinya lebih kita kembangkan, karyakan. Mosok 64
tahun merdeka secara politik, kesenian tradisional dan pekerjanya tidak
semakin merdeka.  

 

Terima kasih atas sharingnya pak Margana. 

 

Oka

 

PS.

Harus cari tahu, schedule after Lebaran nih.

 

 

 

 

From: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com
[mailto:ahlikeuangan-indone...@yahoogroups.com] On Behalf Of Margana
Sent: Monday, August 17, 2009 8:33 PM
To: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com
Subject: Re: [Keuangan] OOT: Laporan: Senangnya Nonton Wayang Orang Bharata
8 Agustus 2009, "Gareng Kembar", Kalilio, Senen, Jakarta

 

  

Mas Oka dan mas Ari,

saya tertarik dengan laporan Mas Ari yang menonton wayang orang
Barata. Selama ini saya tak yakin, gedung di daerah kumuh dan hiduk
pikuk itu layak dikunjungi. Tapi, begitu saya membaca laporan mas Ari,
saya ingin membuktikannya.

Ternyata, laporan Mas Ari benar. Sabtu malam, tanggal 15 Agustus,
untuk pertama kali saya masuk gedung wayang orang Barata di kawasan
pasar Senen (jl, Gunung Sahari) setelah lebih dari 20 tahun.
Pertengahan tahun 1980-n, ketika saya masih berkantor di Majalah Tempo
di Pasar Senen, sesekali saya suka iseng jalan kaki nonton wayang
orang di Barata. Ketika itu, baunya apek, kursi jelek dan padat, dan
keluarnya harus lewat pintu samping. Jadi langsung lewat gang sempit
di tengah permukiman penduduk. Pemain dan permainan ketika itu sangat
konvensional dan tata sauranya tidak bagus. Penontonnya kelas bawah,
orang desa, dan kampungan. Ngrokok, teriak-teriak, dan lain-lain.

Ketika Sabtu lalu saya membuktikan 'testimoni' Mas Ari, perubahan
sudah berbalik 180 derajat. Penontonnya adalah kelas menengah, banyak
membawa anak-anak kecil, ada beberapa orang bule, banyak pula anak
muda. Mayoritas adalah usia 30-50 tahun. Yang di atas 50 th ada
beberapa. Penonton sopan, tenang, laras, menikmati

Kursi bagus, gedung sudah direnovasi bersih, tidak boleh merokok
seperti 20 tahun lalu, AC oke, tata suara dan lampu juga bagus.
Pemaian dan permainan mengalami banyak kemajuan. Semua pemain utama
bisa melakukan dialog naratif dengan baik dan banyak pula yang mampu
olah vokal yakni berdialog dalam syair yang dilagukan,. Teknik perang
pun banyak variasi, walau tidak meninggal kekhasan WO yakni dalam
kerangka tarian.

Pakaiannya bagus, dan banyak pemain muda. Bahkan, ketika Sabtu lalu
menampilkan cerita Subali Leno, juga ditampilkan pemain anak-anak
dengan teknik salto dan tari yang lucu. Banyak anak-anak kecil yang
menonton tertarik dengan penampilan pemain bocah tersebut.

Sekali lagi, terima kasih Mas Ari. Berkat cerita Anda saya akhirnya
menonton WO Barata juga, setelah 20 tahun tidak pernah melongok gedung
itu, hah

Margana.
.

2009/8/10 Oka Widana mailto:oka.widana%40indosat.net.id> >:
>
>
> Saya forwardkan sebuah tulisan yang saya dapatkan dari Ari (moderator
AKI),
> termasuk komentar Ari yang orisinal dan penuh semangat. Saya forwardkan
> karena saya pencinta mati kesenian Indonesia. Kebetulan, masyarakat dimana
> saya berasal, termasuk yang sangat berhasil mempertahankan, mengembangkan
> dan menjual kesenian.
>
> Saya sendiri belum pernah berkunjung ke WO Bharata, dan dengan membaca
> tulisan ini (dibawah ada schedulenya juga) saya pastikan, saya akan
> mengunjunginya bersama pasukan (baca keluarga besar saya)
>
> Salam:
>
> Oka
>
> Ari AMS wrote:
>
> kali ini wayang orang,
> besok mungkin reog ponorogo,
> besoknya mungkin tonil, sandiwara a la nusa tenggara
> besoknya lagi mungkin malulo, menari dalam lingkaran a la sulawesi
tenggara
> ngga ngerti bahasa ? jangan takut.. ada running text-nya.. enggak kalah
sama
> tipi :)
>
> besoknya lagi bisa jadi main keroncong tapi lagunya lagu-lagu barat
> ps: meskipun sedikit sakit hati, tapi saya salut sama malaysia soal
> pembudidayaan --taneman kali ;p-- keroncong-nya. mungkin musik asli
> keroncong yang katanya campuran gambus dan entah apa itu, malah riang ato
> bersemangat.. kayak beberapa keroncong malaysia yang saya dengar.. who
> knows kalo ngga pernah dicoba.. hmm.. kata yang lebih tepat mungkin ngga
mau
> mencoba :(
>
> besok

RE: [Keuangan] OOT: Laporan: Senangnya Nonton Wayang Orang Bharata 8 Agustus 2009, "Gareng Kembar", Kalilio, Senen, Jakarta

2009-08-17 Terurut Topik Oka Widana
Walah.didahului seniorJ. Mestinya yg muda2 seperti saya, lebih punya empati
dan semangat. Sayangnya, tanggal 15 Agustus kemarin ada acara keluarga,
karena, biasalah kumpul-kumpul pada minggu terakhir sebelum bulan puasa.

 

Tontonan tradisional ini mestinya lebih kita kembangkan, karyakan. Mosok 64
tahun merdeka secara politik, kesenian tradisional dan pekerjanya tidak
semakin merdeka.  

 

Terima kasih atas sharingnya pak Margana. 

 

Oka

 

PS.

Harus cari tahu, schedule after Lebaran nih.

 

 

 

 

From: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com
[mailto:ahlikeuangan-indone...@yahoogroups.com] On Behalf Of Margana
Sent: Monday, August 17, 2009 8:33 PM
To: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com
Subject: Re: [Keuangan] OOT: Laporan: Senangnya Nonton Wayang Orang Bharata
8 Agustus 2009, "Gareng Kembar", Kalilio, Senen, Jakarta

 

  

Mas Oka dan mas Ari,

saya tertarik dengan laporan Mas Ari yang menonton wayang orang
Barata. Selama ini saya tak yakin, gedung di daerah kumuh dan hiduk
pikuk itu layak dikunjungi. Tapi, begitu saya membaca laporan mas Ari,
saya ingin membuktikannya.

Ternyata, laporan Mas Ari benar. Sabtu malam, tanggal 15 Agustus,
untuk pertama kali saya masuk gedung wayang orang Barata di kawasan
pasar Senen (jl, Gunung Sahari) setelah lebih dari 20 tahun.
Pertengahan tahun 1980-n, ketika saya masih berkantor di Majalah Tempo
di Pasar Senen, sesekali saya suka iseng jalan kaki nonton wayang
orang di Barata. Ketika itu, baunya apek, kursi jelek dan padat, dan
keluarnya harus lewat pintu samping. Jadi langsung lewat gang sempit
di tengah permukiman penduduk. Pemain dan permainan ketika itu sangat
konvensional dan tata sauranya tidak bagus. Penontonnya kelas bawah,
orang desa, dan kampungan. Ngrokok, teriak-teriak, dan lain-lain.

Ketika Sabtu lalu saya membuktikan 'testimoni' Mas Ari, perubahan
sudah berbalik 180 derajat. Penontonnya adalah kelas menengah, banyak
membawa anak-anak kecil, ada beberapa orang bule, banyak pula anak
muda. Mayoritas adalah usia 30-50 tahun. Yang di atas 50 th ada
beberapa. Penonton sopan, tenang, laras, menikmati

Kursi bagus, gedung sudah direnovasi bersih, tidak boleh merokok
seperti 20 tahun lalu, AC oke, tata suara dan lampu juga bagus.
Pemaian dan permainan mengalami banyak kemajuan. Semua pemain utama
bisa melakukan dialog naratif dengan baik dan banyak pula yang mampu
olah vokal yakni berdialog dalam syair yang dilagukan,. Teknik perang
pun banyak variasi, walau tidak meninggal kekhasan WO yakni dalam
kerangka tarian.

Pakaiannya bagus, dan banyak pemain muda. Bahkan, ketika Sabtu lalu
menampilkan cerita Subali Leno, juga ditampilkan pemain anak-anak
dengan teknik salto dan tari yang lucu. Banyak anak-anak kecil yang
menonton tertarik dengan penampilan pemain bocah tersebut.

Sekali lagi, terima kasih Mas Ari. Berkat cerita Anda saya akhirnya
menonton WO Barata juga, setelah 20 tahun tidak pernah melongok gedung
itu, hah

Margana.
.

2009/8/10 Oka Widana mailto:oka.widana%40indosat.net.id> >:
>
>
> Saya forwardkan sebuah tulisan yang saya dapatkan dari Ari (moderator
AKI),
> termasuk komentar Ari yang orisinal dan penuh semangat. Saya forwardkan
> karena saya pencinta mati kesenian Indonesia. Kebetulan, masyarakat dimana
> saya berasal, termasuk yang sangat berhasil mempertahankan, mengembangkan
> dan menjual kesenian.
>
> Saya sendiri belum pernah berkunjung ke WO Bharata, dan dengan membaca
> tulisan ini (dibawah ada schedulenya juga) saya pastikan, saya akan
> mengunjunginya bersama pasukan (baca keluarga besar saya)
>
> Salam:
>
> Oka
>
> Ari AMS wrote:
>
> kali ini wayang orang,
> besok mungkin reog ponorogo,
> besoknya mungkin tonil, sandiwara a la nusa tenggara
> besoknya lagi mungkin malulo, menari dalam lingkaran a la sulawesi
tenggara
> ngga ngerti bahasa ? jangan takut.. ada running text-nya.. enggak kalah
sama
> tipi :)
>
> besoknya lagi bisa jadi main keroncong tapi lagunya lagu-lagu barat
> ps: meskipun sedikit sakit hati, tapi saya salut sama malaysia soal
> pembudidayaan --taneman kali ;p-- keroncong-nya. mungkin musik asli
> keroncong yang katanya campuran gambus dan entah apa itu, malah riang ato
> bersemangat.. kayak beberapa keroncong malaysia yang saya dengar.. who
> knows kalo ngga pernah dicoba.. hmm.. kata yang lebih tepat mungkin ngga
mau
> mencoba :(
>
> besoknya mungkin tarian zapin nan rancak, mulus bergerak tanpa kehilangan
> "watak" lelaki dalam gerakannya..
>
> masih banyak lagi dan masih banyak lagi.. kebudayaan kita yang begitu
banyak
> itu..
> persoalannya apakah masih ada yang mau menggali dan mungkin mengembangkan
> budaya kita sendiri supaya bisa bersaing dengan budaya pop
> ngga bisa dong hanya pasif dan bilang budaya daerah ngga mampu bersaing
> makanya kalah sama budaya pop, tapi tidak pernah melakukan upaya (atau
> minima

Re: [Keuangan] OOT: Laporan: Senangnya Nonton Wayang Orang Bharata 8 Agustus 2009, "Gareng Kembar", Kalilio, Senen, Jakarta

2009-08-17 Terurut Topik Margana
Mas Oka dan mas Ari,

saya tertarik dengan laporan Mas Ari yang menonton wayang orang
Barata. Selama ini  saya tak yakin, gedung di daerah kumuh dan hiduk
pikuk itu layak dikunjungi. Tapi, begitu saya membaca laporan mas Ari,
saya ingin membuktikannya.

Ternyata, laporan Mas Ari benar. Sabtu  malam, tanggal 15 Agustus,
untuk pertama kali saya masuk gedung wayang orang Barata di kawasan
pasar Senen (jl, Gunung Sahari) setelah lebih dari 20 tahun.
Pertengahan tahun 1980-n, ketika saya masih berkantor di Majalah Tempo
di Pasar Senen, sesekali saya suka iseng jalan kaki nonton wayang
orang di Barata. Ketika itu, baunya apek, kursi jelek dan padat, dan
keluarnya harus lewat pintu samping. Jadi langsung lewat gang sempit
di tengah permukiman penduduk. Pemain dan permainan ketika itu sangat
konvensional dan tata sauranya tidak bagus. Penontonnya kelas bawah,
orang desa, dan kampungan. Ngrokok, teriak-teriak, dan lain-lain.

Ketika Sabtu lalu saya membuktikan 'testimoni' Mas Ari, perubahan
sudah berbalik 180 derajat. Penontonnya adalah kelas menengah, banyak
membawa anak-anak kecil, ada beberapa orang bule, banyak pula anak
muda. Mayoritas adalah usia 30-50 tahun. Yang di atas 50 th ada
beberapa. Penonton sopan, tenang, laras, menikmati

Kursi bagus, gedung sudah direnovasi bersih, tidak boleh merokok
seperti 20 tahun lalu, AC oke, tata suara dan lampu juga bagus.
Pemaian dan permainan mengalami banyak kemajuan. Semua pemain utama
bisa melakukan dialog naratif dengan baik dan banyak pula yang mampu
olah vokal yakni berdialog dalam  syair yang dilagukan,. Teknik perang
pun banyak variasi, walau tidak meninggal kekhasan WO yakni dalam
kerangka tarian.

Pakaiannya bagus, dan banyak pemain muda. Bahkan, ketika Sabtu lalu
menampilkan cerita Subali Leno, juga ditampilkan pemain anak-anak
dengan teknik salto dan tari yang lucu.  Banyak anak-anak kecil yang
menonton tertarik dengan penampilan pemain bocah tersebut.

Sekali lagi, terima kasih Mas Ari. Berkat cerita Anda saya akhirnya
menonton WO Barata juga, setelah 20 tahun tidak pernah melongok gedung
itu, hah

Margana.
.

2009/8/10 Oka Widana :
>
>
> Saya forwardkan sebuah tulisan yang saya dapatkan dari Ari (moderator AKI),
> termasuk komentar Ari yang orisinal dan penuh semangat. Saya forwardkan
> karena saya pencinta mati kesenian Indonesia. Kebetulan, masyarakat dimana
> saya berasal, termasuk yang sangat berhasil mempertahankan, mengembangkan
> dan menjual kesenian.
>
> Saya sendiri belum pernah berkunjung ke WO Bharata, dan dengan membaca
> tulisan ini (dibawah ada schedulenya juga) saya pastikan, saya akan
> mengunjunginya bersama pasukan (baca keluarga besar saya)
>
> Salam:
>
> Oka
>
> Ari AMS wrote:
>
> kali ini wayang orang,
> besok mungkin reog ponorogo,
> besoknya mungkin tonil, sandiwara a la nusa tenggara
> besoknya lagi mungkin malulo, menari dalam lingkaran a la sulawesi tenggara
> ngga ngerti bahasa ? jangan takut.. ada running text-nya.. enggak kalah sama
> tipi :)
>
> besoknya lagi bisa jadi main keroncong tapi lagunya lagu-lagu barat
> ps: meskipun sedikit sakit hati, tapi saya salut sama malaysia soal
> pembudidayaan --taneman kali ;p-- keroncong-nya. mungkin musik asli
> keroncong yang katanya campuran gambus dan entah apa itu, malah riang ato
> bersemangat.. kayak beberapa keroncong malaysia yang saya dengar.. who
> knows kalo ngga pernah dicoba.. hmm.. kata yang lebih tepat mungkin ngga mau
> mencoba :(
>
> besoknya mungkin tarian zapin nan rancak, mulus bergerak tanpa kehilangan
> "watak" lelaki dalam gerakannya..
>
> masih banyak lagi dan masih banyak lagi.. kebudayaan kita yang begitu banyak
> itu..
> persoalannya apakah masih ada yang mau menggali dan mungkin mengembangkan
> budaya kita sendiri supaya bisa bersaing dengan budaya pop
> ngga bisa dong hanya pasif dan bilang budaya daerah ngga mampu bersaing
> makanya kalah sama budaya pop, tapi tidak pernah melakukan upaya (atau
> minimal ikut mikir atau ngomong) apapun bagaimana cara supaya bisa tetap
> exist as it is, atau malah dimodernisasi sekalian..
>
> BR, ari.ams
>
> -- Pesan terusan --
> Dari: Dandossi Matram 
> Tanggal: 10 Agustus 2009 08:59
> Subjek: [stan] Laporan: Senangnya Nonton Wayang Orang Bharata 8 Agustus
> 2009, "Gareng Kembar", Kalilio, Senen, Jakarta
>
>
> Sabtu, 8 September 2009, Setelah puluhan tahun tdk pernah lg nonton WO
> Bharata, hari itu, saya, istri, anak, ibu saya, dan saudara sepupu (8 orang)
> hadir menyaksikan "Gareng Kembar" di WO Bharata, Kalilio, Senen, Jakarta.
> Ini kesan2 saya:
>
> Kami semua kaget dengan kondisi Gedung yg jauh beda dgn jaman dulu. Tidak
> ada lagi suasana lusuh dan kumuh. Tdk ada lg kursi rotan, tikus, dan nyamuk
> serta hawa panas yg pengap.
>
> Gedung yg bagus terasa cukup sejuk dgn AC yg lumayan banyak. Bersih, nyaman,
> kursi empuk (walau jarak antar kursi agak mepet). Toilet terlihat bersih,
> terawat, kering, sabun ada, wangi dan tidak bau pesing sama sekali.
>
> WO Bharata, hanya menyajikan pertunjuka

[Keuangan] OOT: Laporan: Senangnya Nonton Wayang Orang Bharata 8 Agustus 2009, "Gareng Kembar", Kalilio, Senen, Jakarta

2009-08-10 Terurut Topik Oka Widana
Saya forwardkan sebuah tulisan yang saya dapatkan dari Ari (moderator AKI),
termasuk komentar Ari yang orisinal dan penuh semangat. Saya forwardkan
karena saya pencinta mati kesenian Indonesia. Kebetulan, masyarakat dimana
saya berasal, termasuk yang sangat berhasil mempertahankan, mengembangkan
dan menjual kesenian. 

 

Saya sendiri belum pernah berkunjung ke WO Bharata, dan dengan membaca
tulisan ini (dibawah ada schedulenya juga) saya pastikan, saya akan
mengunjunginya bersama pasukan (baca keluarga besar saya)

 

Salam:

 

Oka

 

 

Ari AMS wrote:

kali ini wayang orang,
besok mungkin reog ponorogo,
besoknya mungkin tonil, sandiwara a la nusa tenggara
besoknya lagi mungkin malulo, menari dalam lingkaran a la sulawesi tenggara
ngga ngerti bahasa ? jangan takut.. ada running text-nya.. enggak kalah sama
tipi :)

besoknya lagi bisa jadi main keroncong tapi lagunya lagu-lagu barat 
ps: meskipun sedikit sakit hati, tapi saya salut sama malaysia soal
pembudidayaan --taneman kali ;p-- keroncong-nya. mungkin musik asli
keroncong yang katanya campuran gambus dan entah apa itu, malah riang ato
bersemangat.. kayak beberapa keroncong malaysia yang saya dengar..  who
knows kalo ngga pernah dicoba.. hmm.. kata yang lebih tepat mungkin ngga mau
mencoba :(

besoknya mungkin tarian zapin nan rancak, mulus bergerak tanpa kehilangan
"watak" lelaki dalam gerakannya..

masih banyak lagi dan masih banyak lagi.. kebudayaan kita yang begitu banyak
itu.. 
persoalannya apakah masih ada yang mau menggali dan mungkin mengembangkan
budaya kita sendiri supaya bisa bersaing dengan budaya pop 
ngga bisa dong hanya pasif dan bilang budaya daerah ngga mampu bersaing
makanya kalah sama budaya pop, tapi tidak pernah melakukan upaya (atau
minimal ikut mikir atau ngomong) apapun bagaimana cara supaya bisa tetap
exist as it is, atau malah dimodernisasi sekalian..

BR, ari.ams



-- Pesan terusan --
Dari: Dandossi Matram 
Tanggal: 10 Agustus 2009 08:59
Subjek: [stan] Laporan: Senangnya Nonton Wayang Orang Bharata 8 Agustus
2009, "Gareng Kembar", Kalilio, Senen, Jakarta
 



  

Sabtu, 8 September 2009, Setelah puluhan tahun tdk pernah lg nonton WO
Bharata, hari itu, saya, istri, anak, ibu saya, dan saudara sepupu (8 orang)
hadir menyaksikan "Gareng Kembar" di WO Bharata, Kalilio, Senen, Jakarta.
Ini kesan2 saya:

Kami semua kaget dengan kondisi Gedung yg jauh beda dgn jaman dulu. Tidak
ada lagi suasana lusuh dan kumuh. Tdk ada lg kursi rotan, tikus, dan nyamuk
serta hawa panas yg pengap. 

Gedung yg bagus terasa cukup sejuk dgn AC yg lumayan banyak. Bersih, nyaman,
kursi empuk (walau jarak antar kursi agak mepet). Toilet terlihat bersih,
terawat, kering, sabun ada, wangi dan tidak bau pesing sama sekali. 

 

WO Bharata, hanya menyajikan pertunjukan 1X dalam seminggu yaitu hanya hari
Sabtu Malam, jam 20.00 - 23.00. Prakteknya, pertunjukan baru dimulai jam
20.30 dan berakhir sekitar jam 23.00 sampai 23.30. 

Penonton malam itu penuh, khususnya di lantai 1. Di lantai 2 (balcon)
terlihat bbrp penonton. Dibanding jaman dulu, jenis penonton juga beda.
Kalau dulu audience adalah rakyat kebanyakan, malam itu mayoritas
penontonnya lbh tinggi kelas hidupnya. Kelihatan berpendidikan, rapih2,
terlihat bbrp penonton dr kalangan socialita yg biasa terlihat dimajalah2
eklusive spt Ted Sulisto yg hadir membawa bbrp tamu2nya yg orang asing.Saya
jg lihat bbrp orang asing yg ikut nonton. Bnyk juga anak2 kecil dan anak
muda yg ikut nonton.

Dengan kapasitas kursi sekitar 200-an kursi (termasuk balcon), kursi dibagi
dlm kelas VIP Rp 40 rb (ada sekitar 5 atau 6 baris @16 kursi), kls 1 Rp 30
rb, dan kls 2 dan balcon yg saya tdk tahu harganya.Tp walau duduk paling
belakang jg tdk mslh, msh tertonton dgn baik dan sound system jg lumayan
baik shgg tetap terdengar. Walau saya pesan sejak 3 minggu sebelumnya, saya
gagal dapat VIP, hanya dpt kelas 1. 

Mengingat yg hadir mayoritas kalangan menengah ke atas dan jumlah penonton
yang diatas 90% dari kapasitas kursi, ada baiknya harga tiket dinaik-kan
untuk dpt lbh mensejahterakan para pemain. Saya pikir harga tiket VIP bisa
dinaikkan jadi Rp 75-100 ribu dan kelas 1 jadi Rp 50 rb. 

Suhu udara awalnya dingin, tp saat penonton penuh hawa agak hangat sedikit.
Mungkin krn pintu masuk terbuka lebar (tdk ditutup) shgg udara dingin AC jd
tdk optimal (saran: kalau bisa pintu luar ditutup dan gorden ditutup spy jd
dingin dan cegah nyamuk masuk). Ada baiknya ditambahkan bbrp kipas angin
besar agar udara bisa lbh sejuk.

Pertunjukan sgt menarik. Sayang dialog diawal antara Gareng dgn Istri
terlalu panjang dan ber-tele2 shgg jd membosankan. Tp diluar itu keren
sekali, jumlah pemain buanyaaak sekali ya ... Saya lihat ada pemain2 tamu yg
bermain saat Petruk bertapa. bagus tariannya dan sempat dpt aplause kecil dr
penonton. 

 

Rasanya pertunjukkan malam itu bagaikan menyaksikan masterpiece kesenian
khas jawa yg susah kita bandingkan dengan menonton di TV, beda sekali
rasanya. Bagus untuk mengenalkan kepada anak2 ki