Re: [ac-i] Perlukah ada semacam 'Hari Kebangkitan Budaya' atau 'Hari Kebudayaan Nasional'?

2008-11-16 Terurut Topik Bintang SOEPOETRO
Waduh perlu Mas/mbak.. Perlu kalau udah ada Revolusi Budaya Nasional..

hehehe...

salam,
Bintang

--- On Mon, 11/17/08, luluk sumiarso <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
From: luluk sumiarso <[EMAIL PROTECTED]>
Subject: [ac-i] Perlukah ada semacam 'Hari Kebangkitan Budaya' atau 'Hari 
Kebudayaan Nasional'?
To: artculture-indonesia@yahoogroups.com, "artculture-indonesia Moderator" 
<[EMAIL PROTECTED]>, "mediacare" <[EMAIL PROTECTED]>
Date: Monday, November 17, 2008, 12:33 AM












Dalam acara Sarasehan Budaya memperingati Kongres Kebudayaan Pertama di Balai 
Kartini, Jakarta pada tanggal 5 Juli 2007 yang dibuka oleh Menbudpar Jero 
Wacik, antara lain didiskusikan tentang perlu tidaknya kita mempunyai 'Hari 
Kebudayaan Nasional', seperti hari-hari lain yang sudah ada, yaitu Hari 
Pendidikan Nasional, Hari Olah Raga Nasional, Hari Kesehatan Nasional dsb. 
Kalau memang perlu, diusulkan tanggal 5 Juli sebagai Hari Kebudayaan 
Nasional.  Alasannya adalah pada tanggal 5 Juli 1918, sepuluh tahun setelah 
kelahiran Budi Utomo (yang kemudian ditetapkan sebagai Hari Kebangkitan 
Nasional), diselenggarakan Konggres Kebudayaan yang Pertama di Solo. Memang 
pada konggres pertama ini yang dibahas hanyalah kebudayaan Jawa, namun pada 
tahun-tahun berikutnya bahasannya diperluas dengan kebudayaan pulau-pulau yang 
lain. Konggres ini kemudian berujung pada Sumpah Pemuda sepuluh tahun kemudian, 
tepatnya tanggal 28 Oktober 1928.

 
Ada dua pendapat yang berkembang. Mereka yang tidak setuju menyatakan bahwa 
untuk apa ada hari kebudayaan nasional, toh sehari-hari kita sudah melaksanakan 
kegiatan budaya, dan sudah ada hari-hari untuk berbagai cabang seni. Mereka 
yang setuju menyatakan bahwa perlu ada agar dapat dipakai sarana kebersamaan. 
Hal ini bisa dimaklumi, mengingat bahwa selain kesenian, masih ada unsur-unsur 
budaya yang lain dan kegiatan budaya menyangkut berbagai aspek seperti sejarah 
dan warisan budaya (tangibles maupun intangibles) yang melibatkan pemangku 
kepentingan (stakeholders) budaya yang sangat luas. Belum lagi adanya aliran 
yang berbeda-beda. Memang kita bisa bebas berekpresi dan berkreasi, namun 
sebaiknya kita tetap dalam satu visi, yaitu menjadikan Indonesia yang sudah 
berdaulat ini sebagai bangsa yang besar, mempunyai jati diri, bermartabat dan 
disegani oleh bangsa lain. Di dalam masyarakat pluralis ini, mungkin diperlukan 
adanya suatu hari yang dapat
 diperingati bersama oleh semua pemangku kepentingan budaya secara nasional, 
dan bahkan oleh masyarakat Indonesia (tidak harus sebagai hari libur). 

 
Forum Kebudayaan Indonesia menyelenggarakan pengumpulan pendapat untuk lebih 
mengetahui pandangan dari para pemangku kepentingan budaya (dalam lingkup yang 
lebih luas) mengenai masalah ini, sekaligus usulan nama harinya (Hari 
Kebudayaan Nasional, Hari Kebangkitan Budaya, Hari Bhakti Budaya atau nama 
lain), tanggalnya dan alasannya. Untuk memudahkan penghitungan, mohon dapat 
menggunakan format yang ada di  www.forumbudaya. org  (Klik Diskusi Budaya). 
Hasil dari pengumpulan pendapat ini akan disampaikan kepada instansi yang 
berwenang untuk tindaklanjut.

 
Terima kasih,
   Luluk Sumiarso


Forum Kebudayaan Indonesia


  




 

















  

[ac-i] Perlukah ada semacam 'Hari Kebangkitan Budaya' atau 'Hari Kebudayaan Nasional'?

2008-11-16 Terurut Topik luluk sumiarso
>
> Dalam acara Sarasehan Budaya memperingati Kongres Kebudayaan Pertama di
> Balai Kartini, Jakarta pada tanggal 5 Juli 2007 yang dibuka oleh Menbudpar
> Jero Wacik, antara lain didiskusikan tentang perlu tidaknya kita mempunyai
> *'Hari Kebudayaan Nasional'*, seperti hari-hari lain yang sudah ada, yaitu
> Hari Pendidikan Nasional, Hari Olah Raga Nasional, Hari Kesehatan Nasional
> dsb. Kalau memang perlu, diusulkan tanggal *5 Juli sebagai Hari Kebudayaan
> Nasional*.  Alasannya adalah pada tanggal 5 Juli 1918, sepuluh tahun
> setelah kelahiran Budi Utomo (yang kemudian ditetapkan sebagai Hari
> Kebangkitan Nasional), diselenggarakan Konggres Kebudayaan yang Pertama di
> Solo. Memang pada konggres pertama ini yang dibahas hanyalah kebudayaan
> Jawa, namun pada tahun-tahun berikutnya bahasannya diperluas dengan
> kebudayaan pulau-pulau yang lain. Konggres ini kemudian berujung pada Sumpah
> Pemuda sepuluh tahun kemudian, tepatnya tanggal 28 Oktober 1928.
>
> Ada dua pendapat yang berkembang. Mereka yang tidak setuju menyatakan bahwa
> untuk apa ada hari kebudayaan nasional, toh sehari-hari kita sudah
> melaksanakan kegiatan budaya, dan sudah ada hari-hari untuk berbagai cabang
> seni. Mereka yang setuju menyatakan bahwa perlu ada agar dapat dipakai
> sarana kebersamaan. Hal ini bisa dimaklumi, mengingat bahwa selain kesenian,
> masih ada unsur-unsur budaya yang lain dan kegiatan budaya menyangkut
> berbagai aspek seperti sejarah dan warisan budaya (*tangibles* maupun *
> intangibles)* yang melibatkan pemangku kepentingan (*stakeholders*) budaya
> yang sangat luas. Belum lagi adanya aliran yang berbeda-beda. Memang kita
> bisa bebas berekpresi dan berkreasi, namun sebaiknya kita tetap dalam satu
> visi, yaitu menjadikan Indonesia yang sudah berdaulat ini sebagai bangsa
> yang besar, mempunyai jati diri, bermartabat dan disegani oleh bangsa lain.
> Di dalam masyarakat pluralis ini, mungkin diperlukan adanya suatu hari yang
> dapat diperingati bersama oleh semua pemangku kepentingan budaya secara
> nasional, dan bahkan oleh masyarakat Indonesia (tidak harus sebagai hari
> libur).
>
> Forum Kebudayaan Indonesia menyelenggarakan *pengumpulan pendapat* untuk
> lebih mengetahui pandangan dari para pemangku kepentingan budaya (dalam
> lingkup yang lebih luas) mengenai masalah ini, sekaligus usulan nama harinya
> (Hari Kebudayaan Nasional, Hari Kebangkitan Budaya, Hari Bhakti Budaya atau
> nama lain), tanggalnya dan alasannya. Untuk memudahkan penghitungan, mohon
> dapat menggunakan format yang ada di  
> *www.forumbudaya.org*
> (*Klik Diskusi Budaya*). Hasil dari pengumpulan pendapat ini akan
> disampaikan kepada instansi yang berwenang untuk tindaklanjut.
>
> Terima kasih,
>
   Luluk Sumiarso

>  Forum Kebudayaan Indonesia
>