[ac-i] White Shoes The Couples Company Live in Singapore this weekend!!

2010-07-16 Terurut Topik indra ameng






 

White Shoes  The
Couples Company Live in Singapore this weekend!!

 

 

White Shoes  The Couples Company will be perform at the Night Festival
2010 at The Music Hall – Chapel, Singapore Art Museum on 16  17 July. 1st
day (16 July on 10.15 pm): 45 min. set taken from the first album.  2nd
day (17 July on 10.15 pm) : 45 min. set taken from the EP “Skenario Masa Muda”
and new songs from upcoming album. There’s no cover charge and it’s open for
public.

 

White Shoes  The Couples Company (WSTCC) taking part in the Night
Festival 2010 in conjunction with an art exhibition presenting by ruangrupa –
artist’ initiative from Jakarta. WSTCC will be perform inside an art
installation by artist’ group ruangrupa and will be presenting our music with
video projection. Alongside with the show on both days (16  17 July 2010),
WSTCC will be sharing the stage with our beloved fellows Goodnight Electric,
and Kapitalindo.

 

Rundown (16  17 July 2010) at Music Hall – The Chapel, Singapore Art
Museum:

7 pm   
      Open gate

8 pm       
 Music Video Screening

8.45 –
9.15       Kapitalindo

9.15 – 10.15    Music
Video Screening

10.15 –
11.00      White Shoes  The Couples Company

11.00 –
12.15      Music Video Screening

12.15 – 12.45  Goodnight
Electric

12.45 - 02.00   
   Karaoke with oomleo / Ruangrupa
DJ set with DJ Asung

 

Participating artists from ruangrupa(Jakarta) for the exhibition at the
Night Festival 2010 are:

Ade Darmawan, Andi Rharharha, Aprilia Apsari, Aprimela Prawidyanti, Ajeng, 
Bujangan
Urban, Hafiz, Henry Foundation, Indra Ameng, Julia Sarisetiati, Mahardhika
Yudha, Mateus Bondan, oomleo, Popo, Reza Asung Afisina, Rio Farabi, Saleh
Husein.

 

For more information please visit: 

www.nationalmuseum.sg

www.ruangrupa.org

www.whiteshoesandthecouplescompany.org

 

Salam,

Indra Ameng (WSTCC manager)

Ezar P Darnadi (WSTCC tour manager)





  

[ac-i] Setelah dipetakan,tindak lanjuti ya!!! Ini PERINTAH RAKYAT! Bos kalian!!!

2010-07-16 Terurut Topik Wajah Bercahaya
Bojonegoro Petakan Benda Cagar Budaya 

Selasa, 13 Juli 2010 | 01:01 WIB

BOJONEGORO, KOMPAS.com--Dinas Pariwisata dan Kebudayaan dan Dewan Kepurbakalaan 
Bojonegoro, Jawa Timur, memetakan benda cagar budaya di wilayah kerjanya. 

  
Pemetaan benda cagar budaya ini juga sebagai langkah mengamankan berbagai 
benda 
yang memiliki nilai sejarah yang berada di wilayah Bojonegoro, kata Kepala 
Bidang Pelestarian dan Pengembangan Budaya Dinas Pariwisata dan Kebudayaan 
Bojonegoro, Saptatik, Senin. 

  
Ia menjelaskan berdasarkan Keputusan Bupati Bojonegoro, Suyoto, Nomor 
188/176/KEP/412.11/2010, tertanggal 8 Juni 2010 dibentuk Dewan Keperbukalaan 
Bojonegoro. 

  
Menurut dia, Dewan Kepurbakalaan melakukan pemetaan benda cagar budaya, 
situs-situs, benda bersejarah, dan legenda yang berkembang di masyarakat. 

Dalam pemetaan tersebut sekaligus mengamankan apabila menemukan benda yang 
memiliki nilai sejarah yang ada di masyarakat. 

  
Selain itu, para pengurus Dewan Kepurbakalaan juga memiliki tugas memberikan 
penjelasan sekaligus sebagai pemandu yang datang ke Bojonegoro untuk melakukan 
penelitian. Baik dari kalangan mahasiswa atau dari para peneliti dalam dan luar 
negeri. 

Mereka memiliki tugas sebagai pemandu peneliti yang datang ke Bojonegoro, 
katanya. 

  
Ia mencontohkan di Desa Soko, Kecamatan Temayang, ada seorang dalang wanita 
berusia 97 tahun yang mendalang dalam rangka ruwatan. Dalang wanita itu 
mendalang tanpa gamelan dan hanya memanfaatkan mulutnya sebagai musik. 

  
Saptatik mengatakan di Bojonegoro selama ini dikenal sebagai wilayah yang 
memiliki situs yang seringkali ditemukan benda purbakala, di antaranya situs 
Jawik di Desa Jawik, Kecamatan Tambakrejo, situs Mlawatan di Kecamatan 
Kalitidu. 

  
Disamping sering ditemukan fosil binatang purba, juga ditemukan sejumlah benda 
bersejarah di era jaman Majapahit.Paling tidak dengan adanya pemetaan 
tersebut, 
keberadaan benda bersejarah dan tempat bersejarah di Bojonegoro semakin jelas, 
katanya 

  
Dalam melakukan pemetaan itu, dilakukan kerja sama dengan BP3 Trowulan 
Mojokerto, Kementerian ESDM, Museum Geologi Bandung, serta beberapa dosen 
Fakultas Ilmu Bumi dan Mineral Institut Teknologi Bandung (ITB) Dr Johan Arif, 
MT.
 
Penulis: JY   |   Editor: jodhi   |   Sumber : ANT Dibaca : 76 
Sent from Indosat BlackBerry powered by  



[ac-i] Undangan : Pembukaan PAMERAN PELUKIS JAKARTA [1 Attachment]

2010-07-16 Terurut Topik Dimas Fuady




Undangan : Pembukaan PAMERAN PELUKIS JAKARTA

 

 

Kepada Yth :

Rekan-rekan jurnalis 







Salam,



Dewan Kesenian Jakarta bersama PKJ-TIM 

mengundang
untuk hadir pada acara :

 

PEMBUKAAN PAMERAN PELUKIS JABODETABEK

“DETERJEN”

yang akan
dibuka oleh : Christine Hakim

 

 

Jumat, 16 Juli 2010

Pukul 19.00 WIB

Galeri Cipta II – Taman Ismail Marzuki

Jl. Cikini Raya No.73 Jakarta Pusat

 

 

“Deterjen”
merupakan pameran pelukis Jakarta dan sekitarnya. 

Kata Deterjen sendiri berasal dari kata Latin
'de-'jauh' dan 'tergere'-'menyapu secara harafiah berarti ''menyeka
diri''-membersihkan diri dimana deterjen sendiri mempunyai keunggulan daya cuci
yang lebih sempurna. Ini sebagai sebuah metafora dari sebuah keinginan untuk
menyapu atau membersihkan suatu keadaan buruk yang sedang terjadi di masyarakat
kita dewasa ini. Dimana masalah hukum, politik, moral, ketidakadilan maupun hak
asasi manusia sudah lama terabaikan dinegeri ini.



Pelukis Jakarta yang mempunyai kepekaan tersendiri dalam merespon suatu
keadaan,melihat,merasakan,merenungkan,dan kemudian mengekspresikannya ke dalam
karya-karya agung yang mampu memberikan daya pencerahan terhadap masyarakat
bangsa dan jamannya.



Salam!

Dewan
Kesenian Jakarta

www.dkj.or.id

CP. Sugar
Nadia. 021 3162780, 31937639

 

 





Re: [ac-i] SIARAN PERS GreenArt 2010, Hanya Satu Bumi

2010-07-16 Terurut Topik kabar indo
Udah tayang yah, please check out kabarindo.com

AruL

2010/7/14 abdul malik filantro...@yahoo.com



 *SIARAN PERS*


  *GreenArt 2010, Hanya Satu Bumi*


  Untuk kali ketiga, Komunitas Perupa Peduli Lingkungan (KPPL)
 menyelenggarakan GreenArt, sebuah hajatan kesenian yang berwawasan
 lingkungan. Pameran seni rupa, pameran produk dan pengelolaan lingkungan,
 gelar seni pertunjukan, workshop dan seminar, diselenggarakan di Taman
 Budaya Jawa Timur, Jalan Gentengkali 85 Surabaya, mulai tanggal 22 – 25 Juli
 2010.


  Acara ini juga merupakan bentuk kepedulian tersendiri dari Bank Jatim
 sebagai sponsor utama, dan akan membuka acara pada hari Kamis, 22 Juli 2010,
 pukul 15.00, di pendopo Taman Budaya Jatim. Kali ini, giliran Sawung Jabo
 yang menjadi bintang dalam sajian pergelaran musiknya, hari Sabtu, 24 Juli
 2010.

 Pada mulanya, GreenArt merupakan hajatan yang digelar Pusat Pendidikan
 Lingkungan Hidup (PPLH) Seloliman, Trawas, Mojokerto, bekerjasama dengan
 British Council. Acara tahun 1991 itu merupakan pameran karya seni rupa yang
 menggunakan bahan-bahan ramah lingkungan. Sayangnya, acara ini tidak
 berulang kembali, sehingga memunculkan kerinduan sejumlah seniman yang
 pernah menjadi pesertanya.

 Tahun 2008, kerinduan itu mengkristal dengan menggelar hajatan dengan nama
 sama, GreenArt, yang diselenggarakan di Kampung Seni Pondok Mutiara
 Sidoarjo. Momen ini lantas melahirkan Komunitas Perupa Peduli Lingkungan
 (KPPL) yang menjadi pelaksana, dengan menggandeng sejumlah elemen seniman
 dan LSM Lingkungan, termasuk PPLH Seloliman sebagai penggagas pertama.

 Sukses dengan acara ini, event yang lebih besar digelar di Taman Budaya
 Jatim, dengan lebih banyak lagi melibatkan berbagai pihak untuk
 berpartisipasi, termasuk kalangan perguruan tinggi yang baru kali itu unjuk
 karya. Intinya, acara utamanya masih serupa, yaitu pameran seni rupa dan
 produk-produk ramah lingkungan, workshop apresiasi lingkungan hidup,
 pergelaran *performance art* yang menyuarakan persoalan lingkungan,
 pemutaran film dan pertunjukan kesenian lainnya.

 Karya-karya seni rupa yang tampil konsisten dengan menggunakan bahan-bahan
 yang ramah lingkungan. Baik yang berupa limbah pertanian dan flora, maupun
 limbah industri dan rumah tangga berupa barang-barang bekas dan daur ulang.
 Misalnya, patung dan instalasi yang menggunakan jerami, serbuk gergaji, daun
 tebu, batang padi, gabah, yang mewakili sektor agraris. Sementara di sektor
 perkotaan, diwakili dengan karya-karya seni dengan menggunakan bahan limbah
 kaleng bekas, kain perca, barang-barang rongsokan.

 Berkaca dari pengalaman sebelumnya, kali ini aspek *Green* lebih mendapat
 perhatian dibanding aspek *Art* yang dirasa terlalu menonjol dalam event
 sebelumnya. Ada keseimbangan antara aspek lingkungan dengan kesenian
 sehingga Green dan Art betul-betul menjadi kesatuan. Hal remeh yang dulu
 belum sempat diperhatikan misalnya, penyediaan tempat sampah (organik dan
 anorganik) yang harusnya tersebar di berbagai sudut lokasi acara. Penggunaan
 bahan-bahan ramah lingkungan untuk kepentingan operasional panitia,
 misalnya, tidak lagi menggunakan kemasan *stereofoam* untuk wadah makanan.
 Dan yang merupakan langkah maju, adalah pembagian tanaman gratis kepada
 undangan.

 Soal tanaman gratis ini bukan hanya dibagikan begitu saja. Ada semacam
 surat pernyataan yang harus ditandatangani oleh penerima tanaman itu.
 Pernyataan bahwa dia bersedia merawat tanaman itu tumbuh subur dan
 berkembang biak, bersedia membagi-bagikan hasil biakan tanaman itu manakala
 sudah beranakpinak, bersedia mengajak sanak saudara dan teman serta
 komunitasnya untuk mencintai kelestarian lingkungan hidup, dan bersedia
 melakukan apa saja sesuai kapasitas dan kemampuannya demi penyelamatan
 planet bumi ini dari bahaya pemanasan global.

 GreenArt Indonesia, akhirnya tidak lagi hanya merupakan pameran seni rupa
 berbasis lingkungan atau pertunjukan kesenian yang menyuarakan lingkungan,
 melainkan menjadi sebuah gerakan moral untuk mengajak berbagai pihak agar
 secara simultan menyelamatkan planet bumi ini dari bahaya pemanasan global.
 Karena itu tema yang dipilih adalah “Hanya Satu Bumi”, sebuah slogan lawas
 yang pernah dikumandangkan Barbara Ward menjelang Konferensi Lingkungan
 Hidup PBB tahun 1972 di Stockholm. Meski sudah dilontarkan 38 tahun yang
 lalu, isu tersebut masih terasa aktual dan tetap relevan dikumandangkan saat
 ini dan sampai kapan saja.


  Pihak yang Terlibat:


  *PERFORMING ARTS:*

-

Teater Idi Sumenep, Teater Panta Rhei (Solo), Teater Gress (Gresik),
Komunitas Samar (Lumajang), Teater Dinding IKIP PGRI, Teater Kosong, Teater
Oxygen, Teater Biagador (Jember), Teater Merah Putih (Banyuwangi), Teater
Pilar (Pasuruan), Teater Fataria (Pamekasan), Teater Musikal SMP IPIEMS,
Teater SMP V Hang Tuah Sidoarjo, Ugeng Performance, Sidoarjo
-

Musik Lesung, Sidoarjo, Musik Jajan Pasar, Sidoarjo, Musik Wukir,
Surabaya, Musik Sawung Jabo


  *PAMERAN SENI 

[ac-i] Release : Komunitas SLEnK pentaskan LENG dalam Festival Titer Jogja 2010

2010-07-16 Terurut Topik Ahmad Jalidu
* mohon maaf jika tidak berkenan.
Semoga dapat turut disebarluaskan, terima kasih sebelumnya.

Sudut Makam
Mbah Kyai Sami

Komunitas
SLEnK berpartisipasi dalam Festival Titer Jogja 2010

 

Sebuah situs makam Mbah Kyai Sami di dusun Samirono, yang
diurus oleh seorang juru kunci bernama Pak Rebo menjadi saksi kemajuan yang
menyakitkan. Makam yang seringkali dijadikan tempat “nenepi” dan ngalap berkah
melalui jasa pendoa Pak Rebo itu, kini menjadi bising oleh gemuruh mesin
pabrik. Adalah Mbok Senik, penjual bunga, Kecik putrinya yang menjual jasa
cinta sesaat dan Bongkrek laki-laki yang keluar dari lingkaran pabrik karena
merasa ditindas dan di”hewan”kan.
Perjuangan Bongkrek si gali kampung mempertahankan tanah leluhurnya dari
terkaman investasi, dan bermacam anomali kegetiran pinggiran kota disaksikan 
oleh petilasan ini. Namun,
siapa yang mampu melawan raksasa ekonomi? 

 

Pertanyaan ini diluncurkan melalui drama berbahasa Jawa buah
pena Bambang Widoyo SP berjudul LENG. Naskah ini akan dihidupkan dalam panggung
oleh Komunitas SLEnK (Suka Lelangen Edining Kabudayan) di Bale Budaya Samirono
Catur Tunggal, Depok Sleman pada 21 Juli 2010 jam 19.30 WIB. Pentas yang
digarap Sutradara Daru Murdhopo dan Penata Iringan Sugito HS ini adalah salah
satu rangkaian dari Festival Titer Jogja 2010 yang digulirkan Taman Budaya
Yogyakarta dan Yayasan Umar Kayam.

 

Festival dengan tema “berkunjung di rumah sendiri” ini
disikapi oleh SLEnK dengan menyiapkan pementasan di Bale Budaya Samirono yang
selama ini bisa dikatakan merupakan basis dari kegiatan Komunitas SLEnK. 
Komunitas
ini, sebagaimana tergambar dalam nama panjangnya, adalah komunitas pecinta
kebudayaan, dalam hal ini kebudayaan Jawa. Sejak berdiri 2006 SLEnK memang
lebih banyak bergerak di wilayah sastra jawa melalui bermacam diskusi dan
pelatihan. Dua tahun terakhir SLEnK banyak mengaktifkan kegiatan di Bale Budaya
SAmirono melalui program Kuliah Sore (ceramah kebudayaan bulanan) dan
pendampingan Macapatan Jumat Kliwonan bersama warga Samirono. Dengan latar 
inilah SLEnK memilih Bale Budaya
Samirono sebagai tempat pemanggungan.

 

LENG versi SLEnK
ini terasa unik karena Daru juga mencoba menggambarkan khas masyarakat urban
yang tersusun atas masyarakat dari berbagai wilayah dengan dialeg yang
berbeda-beda seperti Jogja, Sukoharjo, Banyumas dan Jawa Timuran yang bisa
berdialog dengan baik tanpa saling ketidakmengertian. Pertunjukan ini digelar
dengan tiket seiklasnya.
Info : M. Ahmad Jalidu 08562856610 
SEKOLAH SENI YOGYAKARTA
  Acting | Sulap | Gamelan | Tembang Jawa | MC Jawa | Skenario Film | Buku Non 
Fiksi | Biola | Gitar Elektrik.
http://sekolahsenijogja.blogspot.com

Sindikat Daya Guyub
http://dgprojogja.blogspot.com
http://www.Jali.Tokopedia.com
http://teatergmt.blogspot.com
http://paguyubanslenk.blogspot.com
http://jogjateater.blogspot.com