Wa'alaikum salam
Coba pertimbangkan hal hal berikut ini :
[*]. Cinta kepada Allah dan Rasul-Nya itu di atas segalanya.
Perlu digarisbawahi, kalo rasa suka dalam batas batas biasa mungkin
(wallahu'alam) masih normal, tetapi kalo sudah ada rasa suka yang begitu
mendalam, bisa jadi rasa suka (cinta) ini bisa membutakan mata hati dan
menjungkirbalikkan pertimbangan pertimbangan yang ada. Saran saya dalam hal ini
:
- kendalikan emosi diri. Ingatlah, jangan sampai kecintaan kepada seseorang
mengalahkan cinta kepada Allah dan Rasul Nya. Cinta kepada Allah dan Rasul Nya
harus lebih dari cinta kepada orang tua, anak, dan manusia semuanya. Hal ini
perlu diperhatikan karena seorang wanita bisa mengajukan SYARAT untuk dinikahi.
[*]. Seorang akhwat bisa memberikan syarat
Bersabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam,
"Syarat yang paling layak engkau penuhi adalah apa yang membuat kemaluan
(istrimu) dihalalkan untukmu." (HR. Bukhari no. 2721, Muslim no. 1418, At
Tirmidzi no. 1127, dst) (Lihat Abu Hafsh Usamah bin Kamal bin 'Abdir Razzaq,
'Isyratun Nisaa' Minal Alif Ilal Yaa', Daarul Wathan, Saudi Arabia, Cet. 1,
1998 M, terj. Ahmad Saikhu, Panduan Lengkap Nikah dari A sampai Z, Pustaka Ibnu
Katsir, Bogor, Cet. 1, 2005 M, Hal. 187).
Bacalah tentang masalah ini di buku tersebut. Yang saya khawatir, sang akhwat
akan memberikan syarat syarat yang membuat antum jauh dari Manhaj Salaf,
misalnya antum diharuskan untuk ikut dalam pengajian mereka dan ikut dalam
pemahaman mereka. Lebih spesifik lagi misalnya antum diharuskan ikut berpartai
atau hal yang lainnya. Kembali lagi 'Cinta kepada Allah dan Rasul Nya itu
diatas segalanya'.
[*]. Antum harus dalam posisi menawar
Bila antum berniat untuk menikahinya, maka antum lah yang mengajak dia untuk
berpegang pada Manhaj Salaf. Dan dengan posisi sebagai kepala keluarga, antum
insya Allah lebih mudah untuk mengajaknya kepada pemahaman para shahabat.
[*]. Hidup itu penuh pilihan. Termasuk juga ketika kita menetapkan seseorang
sebagai pilihan untuk menjadi pendamping hidup kita. Dari pilihan yang kita
buat ada konsekuensinya. Tanyakan kepada diri antum sendiri apa bener antum
siap dengan si akhwat dengan semua konsekuensinya? Termasuk latar belakang dia
yang aktivis harokah. Memang ada plus minusnya juga menikah dengan akhwat
harokah. Diantaranya antum harus bekerja ektra untuk mendidik dia agar faham
dengan manhaj Salaf. Bila antum berhasil di sini, ini bisa berarti bukti cinta
antum yang terbesar, karena berhasil memahamkan Manhaj Salaf ke sang istri
(akhwat tsb). Tetapi bila tidak / belum berhasil, maka bisa jadi ujian
kesabaran yang panjang buat antum sendiri.
Sisi positifnya menikah dengan akhwat harokah, diantaranya, sang akhwat telah
ada ghirah / semangat untuk dekat dan mencari Islam, hanya saja mungkin
(wallahu'alam) belum sampai kepadanya dakwah Salaf sebagaimana yang kita lihat
pada kebanyakan kaum muslimin.
[*]. Kalo memang jodoh, maka tidak akan ada yang bisa menghalangi
Pada harokah biasanya peran murobiyyah cukup besar dalam masalah ini. Bahkan
para mad'u nya merasa lebih dekat ke murobbi / murobbiyyah ketimbang kepada
para orang tuanya sendiri. Maka biasanya ketika ada seseorang yang datang
berniat untuk berta'aruf / melamarnya, sang murobbi / murobbiyyah yang
menentukan 'level' keagamaan orang yang datang tersebut.
[*]. Lakukan dengan ikhlash dan bertawakal kepada Allah
Nikah termasuk menjalankan sunnah Nabi. Lakukan saja prosesnya sesuai aturan
Islam dengan niat ikhlash karena Allah dan juga bertawakkal kepada Nya. Dengan
demikain insya Allah antum akan lebih 'plong' atau tanpa beban. Bila memang
jodoh, maka tidak akan ada yang bisa menghalanginya. Dan antum punya kewajiban
mendidiknya untuk paham Manhaj Salaf. Inilah bukti cinta antum yang terbesar
kepadanya. Tetapi bila memang bukan jodoh, antum juga ridha dengan kehendak
Allah. Allah punya kehendak lain, dan banyak hal yang tidak kita ketahui dari
kehendak Nya.
Berprasangka baiklah kepada Allah.
Wassalamu'alaikum
Chandraleka
Independent IT Writer
- Original Message -
Date: Sun, 17 Apr 2005 07:04:21 -0700 (PDT)
From: aryo wayunenda <[EMAIL PROTECTED]>
Subject: Melamar seorang akhwat
Assalamualaikum Wr Wb,
Alhamdulillah, ana sekarang sudah bekerja dan sedang menyelesaikan studi S-1
ekonomi. Saat ini ana hendak melamar seorang akhwat yang ana sukai. Tetapi
masalahnya, dia adalah seorang aktivis harokah dan sudah menjalankan tarbiyah
yang cukup lama. Dan hal ini sudah diketahui oleh murobbiyah-nya, yang
menginginkan agar mad'u-nya mendapatkan seorang ikhwan yang paling tidak
memiliki tarbiyah yang sama dengannya. Pertanyaan ana, apakah ana harus tetap
melamarnya? karena yang pasti ana akan mendapatkan hambatan dari murobbiyah-nya
dan para teman-temannya karena kita berbeda pemahaman. Jazakallah atas
jawabannya.
Yahoo! Groups Sponsor ~-->
Would you Help a Child in need?
It is easier than you thi