[bali] Re: kincir angin untuk pengairan....
Pak Eka Mardika, mungkin saya hanya sebatas urun pikiran saja, bukan ahlinya tapi mungkin perlu dicoba. saya hanya berdasarkan kincir-kincir yang pernah saya lihat didaerah pantura jawa untuk menimba air. Prinsip kincir seperti kipas angin dimana daunnya dibagian poros mempunyai sudut lebih besar lalu mengecil keujung, bisa linear atau kuadratis, juga mempunyai sedikit kelengkungan (cekungan paling besar disekitar 1/4 potongan daun bilah) dan mengecil dari ujung kearah poros. Sedangkan lebar daunnya menyesuaikan dengan jumlah daun keseluruhan, bisa berkisar 5-7 cm untuk diameter kicir 75-100cm. Kalau anginnya rata-rata berkecepatan dibawah 6-7 m/dt sebaiknya jumlah daun lebih dari 6 bilah/daun. Kemudian dibelakang poros dihubungkan dengan lengan kebawah untuk menimba air. mekanisme ini kira-kira menyerupai engkol yang mirip dengan mekanisme pompa pengambilan minyak jaman dulu. Demikian info singkatnya, mungkin lain kali kalo masih dibutuhkan akan kami kirimkan contoh kincirnya Suksma Made Wirata -- Open WebMail Project (http://openwebmail.org) -- Original Message --- From: eka mardika [EMAIL PROTECTED] To: bali@lp3b.or.id Sent: Tue, 11 Mar 2008 20:19:21 +0800 Subject: [bali] kincir angin untuk pengairan Dear semetons. Saya kemaren membaca majalah SALAM, terbitan LEISA, salah satu topiknya tentang kincir angin untuk menarik air. Saya tertarik untuk mencoba, karena kebetulan banyak sawah di daerah saya, sanur, mulai mati karena pengairannya mulai tidak lancer. Adakah diantara para semeton yang pernah ataupun mengetahui design kincir angin tersebut, mohon informasinya. Suksma, eka -- Milis Diskusi Anggota LP3B Bali Indonesia. Publikasi : http://www.lp3b.or.id Arsip : http://bali.lp3b.or.id Moderators: mailto: [EMAIL PROTECTED] Berlangganan : mailto: [EMAIL PROTECTED] Henti Langgan : mailto: [EMAIL PROTECTED] --- End of Original Message --- -- Milis Diskusi Anggota LP3B Bali Indonesia. Publikasi : http://www.lp3b.or.id Arsip : http://bali.lp3b.or.id Moderators: mailto: [EMAIL PROTECTED] Berlangganan : mailto: [EMAIL PROTECTED] Henti Langgan : mailto: [EMAIL PROTECTED]
[bali] Re: kincir angin untuk pengairan....
Thanks Bli Made atas infonya... Tyang tunggu foto-foto beserta informasi lainnya Suksma, Eka Mardika -Original Message- From: [EMAIL PROTECTED] [mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of Made Wirata Sent: 12 Maret 2008 17:47 To: bali@lp3b.or.id Subject: [bali] Re: kincir angin untuk pengairan Pak Eka Mardika, mungkin saya hanya sebatas urun pikiran saja, bukan ahlinya tapi mungkin perlu dicoba. saya hanya berdasarkan kincir-kincir yang pernah saya lihat didaerah pantura jawa untuk menimba air. Prinsip kincir seperti kipas angin dimana daunnya dibagian poros mempunyai sudut lebih besar lalu mengecil keujung, bisa linear atau kuadratis, juga mempunyai sedikit kelengkungan (cekungan paling besar disekitar 1/4 potongan daun bilah) dan mengecil dari ujung kearah poros. Sedangkan lebar daunnya menyesuaikan dengan jumlah daun keseluruhan, bisa berkisar 5-7 cm untuk diameter kicir 75-100cm. Kalau anginnya rata-rata berkecepatan dibawah 6-7 m/dt sebaiknya jumlah daun lebih dari 6 bilah/daun. Kemudian dibelakang poros dihubungkan dengan lengan kebawah untuk menimba air. mekanisme ini kira-kira menyerupai engkol yang mirip dengan mekanisme pompa pengambilan minyak jaman dulu. Demikian info singkatnya, mungkin lain kali kalo masih dibutuhkan akan kami kirimkan contoh kincirnya Suksma Made Wirata -- Open WebMail Project (http://openwebmail.org) -- Original Message --- From: eka mardika [EMAIL PROTECTED] To: bali@lp3b.or.id Sent: Tue, 11 Mar 2008 20:19:21 +0800 Subject: [bali] kincir angin untuk pengairan Dear semetons. Saya kemaren membaca majalah SALAM, terbitan LEISA, salah satu topiknya tentang kincir angin untuk menarik air. Saya tertarik untuk mencoba, karena kebetulan banyak sawah di daerah saya, sanur, mulai mati karena pengairannya mulai tidak lancer. Adakah diantara para semeton yang pernah ataupun mengetahui design kincir angin tersebut, mohon informasinya. Suksma, eka -- Milis Diskusi Anggota LP3B Bali Indonesia. Publikasi : http://www.lp3b.or.id Arsip : http://bali.lp3b.or.id Moderators: mailto: [EMAIL PROTECTED] Berlangganan : mailto: [EMAIL PROTECTED] Henti Langgan : mailto: [EMAIL PROTECTED] --- End of Original Message --- -- Milis Diskusi Anggota LP3B Bali Indonesia. Publikasi : http://www.lp3b.or.id Arsip : http://bali.lp3b.or.id Moderators: mailto: [EMAIL PROTECTED] Berlangganan : mailto: [EMAIL PROTECTED] Henti Langgan : mailto: [EMAIL PROTECTED] -- Milis Diskusi Anggota LP3B Bali Indonesia. Publikasi : http://www.lp3b.or.id Arsip : http://bali.lp3b.or.id Moderators: mailto: [EMAIL PROTECTED] Berlangganan : mailto: [EMAIL PROTECTED] Henti Langgan : mailto: [EMAIL PROTECTED]
[bali] Fw: [bali-bali] HEMAT LISTRIK
- Original Message - From: Asana Viebeke Lengkong To: [EMAIL PROTECTED] Sent: Wednesday, March 12, 2008 11:10 AM Subject: [bali-bali] HEMAT LISTRIK Sekadar ganti topik saja dan info: Judulnya akal-akalan pemerintah agar pengurangan subsidi yang mengakibatkan kenaikan tarif apapun tidak mengundang demo. Ambil hikmahnya. Dari dulu ibuku selalu bilang matikan lampu kalau tidak dipakai! Akibatnya, sekarang begini lah, aku jadi sendirian di belantara dunia modern ini, karena kelihatannya tidak semua orang mendapat didikan cara hidup hemat yang sama. Maka kini aku menjabat sebagai juru mematikan lampu, terutama kamar mandi ,setiap ada yang selesai mandi selalu lupa mematikan lampunya. Syukur lah sekarang ada alat otomatis, dapat dipasang di teras/halaman, berkerja mematikan lampu begitu matahari terbit (memakai sensor photocell), sehingga bisa membantu mereka yang sering lupa. Aku merasakan ada ketidak-adilan disini. Berapa banyak mall yang bermandikan cahaya, berapa bill board di jalan-jalan yang tetap menyala walau sudah pagi! Seharusnya dibuat peraturan, papan-papan reklame hanya boleh memakai penerangan di saat banyak aktivitas. Kalau orang-orang sudah pada tidur, ngapain itu papan iklan dibiarkan terang benderang Tapi untuk merubah itu semua, perlu waktu ya? Maka, mulai sekarang, coba dari diri sendiri, dengan menerapkan beberapa tips di bawah ini: 1. Ganti beberapa lembar genteng atap rumah anda dengan genteng kaca, dibawahnya plafon eternit/triplex diganti dengan kaca mika sehingga pada siang hari tidak perlu menyalakan lampu untuk penerangan di kamar-kamar yang tidak berjendela. 2. Bila ada dua kamar yang dibatasi dinding, ganti bagian atas dinding dengan sekat tembus pandang, sehingga satu lampu dapat menerangi dua ruangan sekaligus. 3. Pasang alat kapasitor yang konon dapat mengurangi konsumsi listrik, terutama bagi rumah yang memakai Air Conditioning, pompa air dan alat lain yang memakai motor. Walau harga agak mahal (sekitar 300 sampai 500 ribu) namun untuk jangka panjang akan cukup membantu menghemat pemakaian listrik. 4. Biasakan mengkonsumsi listrik TIDAK DI WAKTU PUNCAK. Ingat Oneng? Hindari pemakaian listrik antara pk 17 sampai 22. 5. Ganti Air Conditioning dengan Exhaust Fan! Kalian akan terkejut dengan hasilnya. Syaratnya: Ruangan harus tertutup, hanya celah-celah jendela saja yang boleh ada, memungkinkan udara segar menyelinap karena terhisap oleh exhaust fan. Sirkulasi udara segar akan menggantikan udara AC yang statis dan membuat kulit kita kering! Lebih bagus lagi bila ruangan2 dibuat banyak bukaannya (jendela), dengan dipasangi kasa anti nyamuk tentunya. 6. Ganti semua lampu pijar dengan lampu SL, 5 watt merk Philips sudah cukup terang lho! Bila kurang terang, pasangi cermin sebagai reflector. Makiin banyak cermin dipasang, makin banyak cahaya lampu terpantul ! 7. Untuk baju dalam (jeroan), kaos dalam (singlet,dll) tidak perlu diseterika, asal kan hasil menjemur cukup kering. T-shirt pun tidak perlu disetrika bila saat menjemur digantung dengan dirapikan (diregangkan) dulu agar tidak terlalu kusut. 8. Catat semua jadwal program/acara televisi dan hidupkan TV hanya pada acara yang disukai. Selebihnya, matikan lah televisi bila tidak ada yang menonton. 9. Daripada mengisi tanki air yang berada di ketinggian atap rumah, biarkan pompa air bekerja lebih ringan dengan mengisi bak-bak air atau ember-ember. Tanki hanya digunakan dalam keadaan darurat (listrik padam). Berhemat juga dalam pemakaian air, bila supply air harus tergantung pada pompa air. Misal, bagi kaum muslim, bila berwudhu, tampung lah air di ember kecil, untuk dapat digunakan menyiram WC, tanaman, mengepel, atau mencuci mobil! (siapa tau, tanaman akan tambah subur dan mobil kebal serempetan! he he he...). Tampung pula air bekas mencuci sayuran atau beras dll untuk menyiram tanaman. 10. Cobalah membayangkan hidup di jaman batu, maka kita akan merasa sangat bersyukur dan lebih menghargai kemewahan yang ada ini sehingga tidak akan merasa terlalu menderita bila hidup berhemat! Semoga bermanfaat dan selamat berhemat ria! MULAI MARET 2008 PLN MENERAPKAN INSENTIF/DIS-INSENTIF Mulai April tagihan listrik Anda bisa lebih kecil dari biasanya atau malah lebih besar, tergantung pemakaian listrik Anda. Begini aturannya : 1. Insentif, diberikan ke pelanggan yang bisa berhemat lebih dari 20% dari rata-rata nasional pemakaian listrik per bulan. 2. Dis-insentif, diberikan ke pelanggan yang tidak berhemat, yaitu pemakaian listrik lebih besar dari 80% dari rata-rata nasional pemakaian listrik per bulan. Ini lebih jelasnya: Misal pemakaian rata-rata nasional 100 kWh,so nilai hematnya di 80kWh...maksudnya kalau konsumsi anda dibawah 80 kWh/bulan so Anda dapat insentif, Tapi kalau konsumsi listrik Anda di atas 80 kWh so Anda dapat dis-insentif. Gimana perhitungan insentif dan dis-insentifnya? a. Insentif = 0.2 x kWh
[bali] FW: INVITATION EXHIBITION THEO MEIER. MARCH 22nd 2008, 5pm. PASIFIKA - MUSEUM PACIFIC ASIA. NUSA DUA - BALI
-- Forwarded Message From: Georges Breguet [EMAIL PROTECTED] Date: Wed, 12 Mar 2008 20:13:38 +0900 To: [EMAIL PROTECTED], Pino Confessa [EMAIL PROTECTED], Popo Danes [EMAIL PROTECTED], natura [EMAIL PROTECTED], Georges Breguet [EMAIL PROTECTED], Georges Breguet [EMAIL PROTECTED] Subject: INVITATION EXHIBITION THEO MEIER. MARCH 22nd 2008, 5pm. PASIFIKA - MUSEUM PACIFIC ASIA. NUSA DUA - BALI The President of the Honorary Committee: Pande Wayan Suteja Neka, Founder of the Neka Art Museum The Members of the Honorary Committee: Jettli Meier-White Leoni Meier Dra. Hj. Ani Sugandi Meier Lala Tamara Jon Zürcher, Consul of Switzerland Tjokorda Gde Dangin Popo Danes Moetaryanto Philippe Augier The Guest Curator: Georges Breguet Have the great pleasure to invite you at the opening The retrospective exhibition displays almost 70 Theo Meier works of art, most of them oil paintings dating from 1929 to 1982 and done in Europe, Tahiti, Bali and Thailand. Beyond the large Pasifika Museum Pacific Asia Theo Meier collection, there are paintings on loan from Neka Art Museum (Ubud), Njana Tilem Gallery (Mas), ARMA Museum (Ubud), Museum Universitas Pelita Harapan (Karawaci), Dr Oei Hong Djien Museum (Magelang), Duta Fine Arts Foundation (Jakarta) and from Private Collectors in Indonesia, Malaysia, Singapore, Thailand, France and Switzerland. Many of the works of art are displayed for the first time in Bali to the public view. RETROSPECTIVE EXHIBITION Basle 1908 Berne 1982 A CENTENARY TRIBUTE Saturday, March 22nd, 2008, 5 pm at PASIFIKA MUSEUM PACIFIC ASIA NUSA DUA, BTDC area The exhibition will be opened by His Excellency Bernardino Regazzoni, Ambassador of Switzerland to Indonesia Short Biography of Theo Meier Theo Meier was born on 31 March 1908 near Basle (Switzerland). At the age of twenty he got a scholarship to the School of Art in Basle and tried to make a living by painting portraits. Through visits to the contemporary art centres of Berlin and Dresden, Theo Meier gained a life-long inspiration from the life and work of Paul Gauguin. In 1932, a group of friends known as The Idiots Club sponsored his sea voyage to Tahiti. He returned to Basle in 1934, before travelling to Singapore in 1935, and finally reaching Bali in 1936. In Bali, where he stayed almost continuously until 1955, Theo Meier found what was to be his dream after all these formative years in a return to simplicity, purity and nature. The ritual music and dances of Bali, and particularly the beauty of its women, inspired him to even further heights. Settling in Sanur, Theo Meier married Made Mulugan, who gave him a daughter named Leoni. He frequented the company of other foreign artists living on the island before and after the war including Walter Spies, Jean Adrien Le Mayeur de Merprès, Willem Gerard Hofker, Emilio Ambron, Auke Sonnega, Han Snel, Rudolf Bonnet, Antonio Blanco, Renato Christiano, Donald Friend and many others. He also befriended Balinese artists and had a close relationship with Ida Bagus Nyoman Rai. During the Japanese occupation and after the war he lived first in Saba, then in Iseh on the slopes of the sacred volcano Gunung Agung, where he built a house. In 1942, Theo Meier married Made Pegi, one of his favourite Balinese models, who also gave him a daughter, Ani Sugandi. In 1955, Theo Meier returned to Basle and held exhibitions in Switzerland. But the tropics soon got him back. In December 1959, Meier was invited to visit his friend Prince Sanidh Rangsit in Thailand and he decided to settle in Hua Hin where he met his future Thai wife La-iad (Jettli) whom he married in 1964. The couple then moved to Chiang Mai where they eventually built a traditional house near the Mae Ping River. During all the years in Thailand, Theo Meier travelled back and forth between Chiang Mai and Bali. His last years twenty years were very productive, alternating between Thai and Balinese themes and even, towards the end, mixing both. He succumbed to cancer and died peacefully in hospital at Berne, Switzerland on 19 June 1982. Literature: Klaus Wenk, Theo Meier. Bilder aus der Tropen. Pictures from the Tropics. Stocker-Schmid AG, Dietikon-Zürich, 1980. Didier Hamel, Theo Meier. A Swiss Artist under the Tropics. Hexart, Jakarta, 2007. Photo: Paul Spies, Theo Meier in his Studio in Iseh. 1953. © Koninklijk Instituut voor der Tropen, KIT Fotobureau, Amsterdam. Drawing: Theo Meier, Balinese Girl fixing a Flower, 1962. Collection Pasifika Museum Pacific-Asia, Nusa Dua, Bali. -- End of Forwarded Message
[bali] BIOFUELS
Dear friends, EU and US demand for biofuels is pushing up world food prices and increasing climate emissions. We should feed people, not cars--so join the call for global standards to clean up the biofuels industry: Click here now Each day, 820 million people in the developing world do not have enough food to eat1. Food prices around the world are shooting up, sparking food riots from Mexico2 to Morocco3. And the World Food Program warned last week that rapidly rising costs are endangering emergency food supplies for the world's worst-off4. How are the wealthiest countries responding? They're burning food. Specifically, they're using more and more biofuels--alcohol made from plant products, used in place of petrol to fuel cars. Biofuels are billed as a way to slow down climate change. But in reality, because so much land is being cleared to grow them, most biofuels today are causing more global warming emissions than they prevent5, even as they push the price of corn, wheat, and other foods out of reach for millions of people6. Not all biofuels are bad--but without tough global standards, the biofuels boom will further undermine food security and worsen global warming. Click here to use our simple tool to send a message to your head of state before this weekend's global summit on climate change in Chiba, Japan, and help build a global call for biofuels regulation: http://www.avaaz.org/en/biofuel_standards_now/9.php?cl=60683863 Sometimes the trade-off is stark: filling the tank of an SUV with ethanol requires enough corn to feed a person for a year7. But not all biofuels are bad; making ethanol from Brazilian sugar cane is vastly more efficient than US-grown corn, for example, and green technology for making fuel from waste is improving rapidly. The problem is that the EU and the US have set targets for increasing the use of biofuels without sorting the good from the bad. As a result, rainforests are being cleared in Indonesia to grow palm oil for European biodiesel refineries, and global grain reserves are running dangerously low. Meanwhile, rich-country politicians can look green without asking their citizens to conserve energy, and agribusiness giants are cashing in. And if nothing changes, the situation will only get worse. What's needed are strong global standards that encourage better biofuels and shut down the trade in bad ones. Such standards are under development by a number of coalitions8, but they will only become mandatory if there's a big enough public outcry. It's time to move: this Friday through Saturday, the twenty countries with the biggest economies, responsible for more than 75% of the world's carbon emissions9, will meet in Chiba, Japan to begin the G8's climate change discussions. Before the summit, let's raise a global cry for change on biofuels: http://www.avaaz.org/en/biofuel_standards_now/9.php?cl=60683863 A call for change before this week's summit won't end the food crisis, or stop global warming. But it's a critical first step. By confronting false solutions and demanding real ones, we can show our leaders that we want to do the right thing, not the easy thing. As Kate, an Avaaz member in Colorado, wrote about biofuels, Turning food into oil when people are already starving? My car isn't more important than someone's hungry child. It's time to put the life of our fellow people, and our planet, above the politics and profits that too often drive international decision-making. This will be a long fight. But it's one that we join eagerly--because the stakes are too high to do anything else. With hope, Ben, Ricken, Iain, Galit, Paul, Graziela, Pascal, Esra'a, Milena -- the Avaaz.org team SOURCES: [1] World Food Programme. Hunger Facts. Accessed 10 March 2008. http://www.wfp.org/aboutwfp/facts/hunger_facts.asp [2] The Sunday Herald (Scotland). 2008: The year of global food crisis. 9 March 2008. http://www.sundayherald.com/news/heraldnews/display.var.2104849.0.2008_the_year_of_global_food_crisis.php [3] The Australian: Biofuels threaten 'billions of lives' 28 February, 2008. http://www.theaustralian.news.com.au/story/0,25197,23336840-11949,00.html [4] AFP: WFP chief warns EU about biofuels. 7 March 2008. http://afp.google.com/article/ALeqM5hpCFf3spGcDQUuILK5JFV-6NL1Dg [5] New York Times: Biofuels Deemed a Greenhouse Threat. 8 February 2008. http://www.nytimes.com/2008/02/08/science/earth/08wbiofuels.html [6] The Times: Rush for biofuels threatens starvation on a global scale. 7 March 2008. http://www.timesonline.co.uk/tol/news/environment/article3500954.ece ... also see BBC: In graphics: World warned on food price spiral. 10 March 2008. http://news.bbc.co.uk/1/hi/world/7284196.stm [7] The Economist: The end of cheap food. 6 December 2007. http://www.economist.com/opinion/displaystory.cfm?story_id=10252015 [8] See http://www.globalbioenergy.org, http://cgse.epfl.ch/page70341.html, and
[bali] Re: Idola Net Tempat Nongkrong Mahasiswa di Singaraja
dear Wayan Artika, selamat bekerja, ingat dengan saya saya wayan suardika, orang ikut nonton filmnya pak wira hari sabtu lalu. saya bersyukur dapan nonton walau tidak direncanakan. nampaknya film tersebut memang perlu diputar dimana saja kapan saja. untuk meningkatkan wawasan kita berbangsa dan bernegara. salam, wayan suardika - carangsari, petang badung, 03617434726 wayan artika [EMAIL PROTECTED] wrote: Bapak Gede (Idola Net) Saya kira, saya harus mulai dengan agenda intelektual dan pemikiran di Idolanet. Tempatnya untuk 20 orang sangat representatif. Nanti mungkin kita nonton film pertama dulu yang ada di Pak Gede. Saya akan undang mahasiswa. Jadwal mohon Bapak kasi tahu, Kapan kita bisa agendakan. Salam Artika Looking for last minute shopping deals? Find them fast with Yahoo! Search. http://tools.search.yahoo.com/newsearch/category.php?category=shopping -- Milis Diskusi Anggota LP3B Bali Indonesia. Publikasi : http://www.lp3b.or.id Arsip : http://bali.lp3b.or.id Moderators : Berlangganan : Henti Langgan : - Looking for last minute shopping deals? Find them fast with Yahoo! Search.