[budaya_tionghua] Re: Marga Asal

2005-09-18 Terurut Topik Stevan Raharjo
Saya cuma ingin menambahkan, selain sne Kwee, Liem, dan Tan. ada 
juga rumah abu sne Ong (Wang) di jl Pekunden, Semarang. Disitu juga 
ditulis generation name (ǎŸ) marga Ong, yang berjumlah 60 karakter. 
Dan generation name tersebut, sama dengan generation name yang ada 
di rumah abu sne Ong di Nan An.

Salam,

Nio Tek Ceng

--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Rinto Jiang [EMAIL PROTECTED] 
wrote:
 Raharjo Irawan menulis:
 
 Salam,
 
 Jika ditilik dari kedekatan kekerabatan, seharusnya
 orang yang memiliki marga sama seharusnya lebih
 familiar dengan orang lain yang bermarga sama ( Lin
 dengan Lin atau Chen dengan Chen ), namun dalam
 kenyataannya orang akan lebih familiar jika bertemu
 dengan orang lain yang sedaerah ( Fu Jian dengan Fu
 Jian atau Guang Fu dengan Guang Fu ).
 
 Di Semarang sendiri ada 3 klenteng / rumah abu yang
 mulanya didirikan oleh masing-masing marga ( Kwee,
 Tan, Liem )
 sedangkan yang didirikan oleh kesamaan daerah hanya 1
 yaitu Klenteng / rumah abu Hwie An ( untuk perantuau
 yang berasal dari Hwuie An, Fu Jian )
 
 Mengapa demikian ? Mohon informasi.
 Terima kasih.
 
 Hormat saya,
 Irawan R
 
 
 Rinto Jiang:
 
 Seseorang tentunya akan merasa lebih dekat kepada orang sedaerah 
karena 
 kesamaan dialek, pandangan hidup dan beberapa faktor lainnya. Ini 
pernah 
 dijelaskan bahwa di selatan Tiongkok, desa berjarak puluhan 
kilometer 
 saja akan punya dialek yang berbeda sama sekali. Lain dengan di 
utara di 
 mana jarak ribuan km (misalnya orang Beijing dan orang Lanzhou) 
masih 
 dapat berkomunikasi satu sama lain dengan dialek Utara mereka.
 
 Bila seseorang, sudah sedaerah, lalu semarga lagi, wah tambah erat 
dan 
 dekatlah mereka. Karena di zaman dulu, biasanya orang semarga yang 
 tinggal di daerah yang sama adalah masih mempunyai hubungan 
keluarga. 
 Ada kalimat bila semarga, maka 500 tahun yang lalu kita masih 
satu 
 keluarga, namun bila semarga dan sedaerah pula, kalimat yang 
cocok 
 adalah bila sedaerah dan semarga, maka 200 tahun lalu kita masih 
satu 
 keluarga. Keluarga adalah unit yang sangat penting di dalam 
kebudayaan 
 Tionghoa.
 
 Dibandingkan dengan orang semarga namun lain daerah, maka walaupun 
masih 
 punya kaitan marga, namun tentu saja tidak lebih dekat daripada 2 
 kondisi di atas karena beberapa perbedaan. Ini yang membedakan 
orang 
 Tionghoa dari orang Jepang misalnya, yang lebih mendasarkan 
eratnya 
 perasaan kebangsaan. Orang Tionghoa akan mengutamakan eratnya 
persamaan 
 kedaerahan, walaupun sudah di Indonesia perbedaan ini tetap saja 
dibawa, 
 misalnya ada klasifikasi Cina Medan, Jawan, Ponti dan lain2. Jadi, 
kalau 
 ke Tiongkok, jangan aneh kalau ada yang membanggakan provinsi asal 
 masing2. Lumrah, bagi sebuah bangsa yang jumlahnya milyaran jiwa.
 
 
 Rinto Jiang




 Yahoo! Groups Sponsor ~-- 
1.2 million kids a year are victims of human trafficking. Stop slavery.
http://us.click.yahoo.com/X3SVTD/izNLAA/E2hLAA/BRUplB/TM
~- 

.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. 
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 




Re: [budaya_tionghua] Geely

2005-09-18 Terurut Topik Tantono Subagyo



Buatan RRC di launch di Linhai Zhejiang, tapi sekarang sedang di sue oleh Toyota. Regards, Tan Loo Kay






.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :.





  




  
  
  YAHOO! GROUPS LINKS



  Visit your group "budaya_tionghua" on the web.
  To unsubscribe from this group, send an email to:[EMAIL PROTECTED]
  Your use of Yahoo! Groups is subject to the Yahoo! Terms of Service.



  









[budaya_tionghua] Re: Mengapa harus mengharamkah istilah Pribumi dan Non Pribumi?

2005-09-18 Terurut Topik HKSIS
Sahabat-sahabat netter yb,

Makin dipikir, makin terasa jadinya kita terjerat dalam lingkaran-setan 
kata-kata Pribumi yang melilit. Begitu sulit dan alotnya untuk menyatukan 
pendapat, padahal seperti terasa gampang saja. Mengapa dan dimana masalahnya, 
ya?

Benar seperti dinyatakan beberapa kawan, nampaknya pemerintah Orba suka 
bermain dengan kata-kata untuk mencapai tujuan politik tertentu. Diawal 
terbentuknya kekuasaan Orba, melancarkan gerakan ganti-nama bagi etnis 
Tionghoa, sebagai pernyataan kesetiaan pada RI, membuktikan loyalitasnya 
pada RI. Kesetiaan atau loyalitas seseorang jadi bagaikan jubah, cukup dengan 
mengganti nama, menyandang nama yang berbau Indonesia katanya! Sungguh luar 
biasa. Untuk membuang nama-nama orang yang berbau Tionghoa, untuk memusnahkan 
adat-istiadat budaya Tionghoa, mereka memulai dengan gerakan ganti-nama ini. 
Yang kemudian menjadi lebih tegas dengan melarang segala adat-istiadat 
Tionghoa, dari pelarangan segala tulisan Tulisan Tionghoa,  sampai pada ibadah 
Tionghoa dilarang, inilah bentuk diskriminasi rasial terhadap etnis Tionghoa 
dengan menekan harga-diri etnis Tionghoa.

Kemudian lebih lanjut mereka mengganti penggunaan istilah Tionghoa-Tiongkok 
menjadi Cina, sebagai pernyataan anti-Tiongkok dan sekaligus bertujuan untuk 
menekan harga-diri etnis Tionghoa. 

Sekarang ini, lagi-lagi mengangkat kata Pribumi dan Non-pribumi untuk 
dihentikan penggunaannya, yang seolah-olah dengan demikian penguasa tampil 
sebagai pihak yang anti-diskriminasi rasial. Dan, kemudian kita dibawah jadi 
berdebat setuju dan menentang pencabutan penggunaan kata Pribumi. Yang 
menentang pencabutan dituduh rasialis, yang setuju dituduh sepihak dengan 
penguasa, merasa penguasa sudah tidak rasialis lagi. Padahal tidaklah 
demikian. Bagi bung Asahan yang menentang pencabutan penggunaan kata Pribumi 
tidak berdiri sebagai seorang yang rasialis anti-Tionghoa, sebaliknya yang 
setuju, termasuk saya, juga tidaklah berarti sepihak dengan penguasa, atau 
khususnya pemerintah Habibie dianggap sudah tidak rasialis lagi dan dengan 
demikian diskriminasi rasial di Indonesia selesai sudah, tidak ada lagi. 
Bagaimana mungkin!

Saya menyetujui instruk Presiden Habibi untuk menghentikan penggunaan 
istilah Pribumi dan Non-Pribumi, dalam pengertian tidak guna kita teruskan 
pengkotak-kotakan bangsa ini berdasarkan suku, etnis yang satu dengan yang 
lain. Sudahlah seharusnya kita semua, dari berbagai ras, berbagai suku, 
berbagai etnis yang ada di Nusantara ini bisa memberikan toleransi 
setinggi-tinggi untuk menerima segala perbedaan yang ada, hidup secara 
hormonis, bersama-sama membangun masyarakat adil dan makmur. Dengan tegas tidak 
 memperkenankan penguasa meperlakukan sekelompok warga sebagai Pribumi yang 
harus didahulukan, atau yang dianak-emaskan, sedang sekelompok lain lalu 
menjadi di Non-Pribumikan dan diperlakukan sebagai anak-tiri. 

Hentikan pengkotak-kotakan bangsa Indonesia ini menjadi kelompok Pribumi dan 
kelompok yang lain Non-Pribumi! UUD-45 hanya mengenal satu macam warganegara 
Indonesia, perlakukanlah setiap warga sama hak dan kewajibannya deengan tidak 
mempedulikan ras, suku dan etnis yang berbeda-beda.

Bukanlah dengan demikian kita semua bisa hidup lebih tentram, lebih bersahabat 
dan bersatu-padu untuk mengatasi segala kesulitan yang dihadapi dalam 
pembangunan ekonomi dan masyarakat dimana kita hidup?! Mewujudkan Bhineka 
Tunggal Ika dalam kenyataan hidup bermasyarakat.
 
Salam,
ChanCT

  - Original Message - 
  From: BISAI 
  To: BUDAYA TIONGHUA ; WAHANA 
  Sent: Sunday, September 18, 2005 2:06 AM
  Subject: Fw: [budaya_tionghua] Mengapa harus mengharamkah istilah Pribumi dan 
Non Pribumi?


  Bung Andri Yang bijaksana,
  Komentar bung selalu singkat tapi padat. Saya belajar dari bung. Semua kita
  sesungguhnya masih belajar, tapi ada yang lebih cepat majunya dan ada yang
  kurang cepat. Saya termasuk yang kurang cepat itu. Tapi sungguh-sungguh saya
  juga ingin belajar dari siapapun. Tapi disamping belajar kita juga berusaha
  berbuat sungguh-sungguh.  Pribumi , Non Pribumi, Asli , Bukan asli
  Pendatang ,  Peranakan , Totok CINA, dsb, dsb-nya, CUMALAH sebuah
  kata atau nama. Dan apalah artinya sebuah nama. Tapi kita memang akan
  bersungguh-sungguh bila sebuah kata atau nama ditunggangi atau dimanipulasi
  seseorang atau penguasa, atau rezim atau siapa saja, untuk mengambil
  keuntungan tertentu dan merugikan orang banyak, apalagi merugikan seluruh
  rakyat. Tapi seperti juga pemikiran bung, kalau kata yang telah menjadi
  coreng moreng itu lalu rame-rame kita sikat dari muka bumi, dari kamus,
  disapu bersih, tapi bukan dibersihkan nodanya untuk kita miliki kembali
  sebagai kekayaan kita sendiri, perbuatan yang demikian bukanlah perbuataan
  yang produktif bahkan anti produktif. Secara berkelakar, bila umpamanya bung
  ditanya seseorang apakah pribumi atau non pribumi, lalu bung jawab: Saya
  pribumi!. Lalu bung sendiri, umpamanya merasa 

Fw: Fw: [budaya_tionghua] Merantau Cina

2005-09-18 Terurut Topik BISAI
 Saudara Aris Tanone Yang baik,
Saya kira secara perlahan dan berangsur-angsur sudah mulai ada titik-titik
saling pengertian di antara kita untuk menuju ke saling pengertian yang
lebih besar lagi. Semua itu kita dapatkan dari keterus terangan kita
masing-masing yang telah kita curahkan secara sebebas-bebasnya dalam milis
yang menampung semua tulisan kita.Terima kasih saya pada semua milis dan
moderator yang dengan kesabaran luar biasa, memuat semua tulisan-tulisan 
kita
tidak pandang bagaimanapun pendapat seseorang  atau pendirian seseorang.
Saya teringat akan kata-kata Ketua Ho chi Minh atau yang biasa kita panggil
dengan Paman Ho. Beliau mengatakan: Noi that mat long yang artinya: 
Berterus
terang, atau berkata benar, akan menyinggung perasaan. Tapi beliau selalu
berterus terang kepada siapapun bila ada sesuatu yang tidak wajar, tidak
baik, tidak sepatutnya sambil mendidik rakyat beliau untuk mencapai
persatuan seluruh rakyat. Suatu hari ada cerita begini. Paman Ho makan
bersama dengan para para prajurit pengawal beliau. Seorang prajurit makannya
terlalu cepat hingga hingga khalayak makan yang lainnya tidak kebagian,
padahal yang disajikan sangat sedikit karena dalam situasi perang  melawan
musuh bangsa dan juga persediaan makanan amat terlalu minim. Lalu Paman Ho
berkata: Kalau Anh( panggilan akrab) makan terlalu cepat begini, semua
kawan lain akan kelaparan. Isi keterus terangan Paman Ho itu kalau kita
terjemahkan adalah bahwa prajurit yang makan terlalu cepat itu adalah
seorang yang hanya mermikirkan diri sendiri, individualis, rakus dan pula
tidak punya kesopanan karena hanya memikirkan perut sendiri di tengah
teman-temannya yang juga lapar.
Bung Aris sangat benar kalau mendapati ada juga segolongan suku bangsa atau
sekelompok ataupun bahkan hingga ke sebuah kota yang rakyatnya tidak suka
berterus terang. Bukankah juga jelas, saya juga memberikan perkecualian,
bukan seratus persen orang Indonesia itu punya sifat terus terang. Tapi
sebagai ciri umum manusia Indonesia, memang suka berterus terang dan
spontan. Mungkin saya salah dan mungkin tidak begitu, tapi itulah pendapat
saya dan penemuan saya. Salah satu contoh, umpamanya, seluruh bangsa 
Indonesia sekarang ini
mengakui bahwa bangsanya sedang terpuruk, mengakui bahwa korupsi telah
menjadi budaya seluruh bangsa, mengakui para penguasanya di masa lalu(Orba)
adalah penguasa biadab, mengakui bahwa kebanyakan para pemimpin bangsa
mereka cuma memikirkan kepentingan diri sendiri dan macam-macam pengakuan 
lainnya
yang digeneralisasi sebagai Indonesia atau  bangsa Indonesia.Tapi kan, kita
tidak berfikiran, asal Indonesia, atau bangsa Indonesia, berarti seratus
persen termasuk bayi-bayi yang baru lahir, punya ciri yang demikian. Tapi
keberanian orang Indonesia mengakui kekurangannya, kelemahannya, bukankah
itu masih bisa disebut positif? Apakah orang Indonesia akan menjadi hina 
karena
berterus terang?. Orang Indonesia akan benar-benar menjadi bangsa yang hina
bila mereka tidak mau mengubah mentalitas mereka yang jelek, tidak mau
mengakui keterpurukannya di segala bidang yang sekarang mereka alami dan
rasakan. Lalu saya bertanya: Apakah bangsa Cina itu bangsa yang super?
etnis yang super? bangsa yang mulia sepanjang masa tanpa cacat cela dan
hanya bersedia menerima pujian, dikagumi dan mengharamkan semua
kritik, mengharamkan semua peringatan orang lain yang bermaksud baik agar
bisa hidup bersama secara harmonis dan tidak selalu merasa ekslusif?.
Begitulah maksud saya bila saya menyinggung masalah kekurangan Cina,
sifat-sifat Cina yang ada negatifnya yang bukan berarti adalah semua Cina
bahkan termasuk bayi yang baru lahir dan yang akan dilahirkan minggu depan. 
Kita
tidak boleh terlalu mekanis sambil terlalu super sensitif menafsirkan sebuah
generalisasi .Harus juga dilihat konteks dari masaalah yang sedang
dibicarakn, benang merah atau makna apa yang dikatakan atau dimaksudkan
seseorang. Bila kita terlalu emosional, otak dan daya analisa kita akan
lumpuh dan lalu timbullah prasangka buruk, tuduhan yang berlebih lebihan
dan mungkin kontradiksi antara kita akan berkembang menjadi kontradiksi
antagonis.Kita tidak menghendaki hal itu.
Yang saya maksudkan dengan kritik terhadap sifat-sifat Cina yang negatif(
sekali lagi, apakah bangsa Cina tidak punya sifat-sifat negatif?) adalah
bahwa kita harus mengoreksi  kembali secara besar-besaran, secara lebih
beraani, lebih berterus terang, lebih blak-blakan, bagaimana
hubungan-hubungan antara Cina dan Indonesia di masa lalu maupun yang 
sekarang
ini, yang telah dilakukan PKI dan PKC, antara dua bangsa, antara dua
kebudayaan yang berbeda, antara dua etnis yang sudah begitu lama saling
hidup bersama di Indonsia, tapi selalu saja terjadi percekcokan ras. Mengapa
demikian?. PKI sudah jelas melakukan banyak kesalahan fanatis dan dogmatis
dalam bersahabat dengan Cina terutama dengan PKC. Kesalahan itu telah
menimbulkan akibat luar biasa seperti yang semua kita telah mengetahuinya.
Saya, sebagai salah seorang korban dari 

Re: Fw: Fw: [budaya_tionghua] Merantau Cina

2005-09-18 Terurut Topik kribo1
Pak Asahan yang baik,

Terima kasih atas penjelasan pak Asahan. Tidak ada hak saya untuk 
berkeberatan atas kritik terhadap sifat buruk sesuatu suku. Tidak 
juga saya punya anggapan bahwa sesuatu suku itu lebih superior dari 
suku lain. Andaikan dalam keterusterangan saya menyimpulkan tulisan 
pak Asahan - dengan cara baca 'menikmati bunga sambil naik kuda' ini 
alias tidak pusing dengan detail ceritera,- terdapat kata-kata yang 
menyinggung pak Asahan, saya mohon maaf. Mari kita sudahi diskusi 
kita yang tidak akan membawa kita ke mana-mana, dan mari kita gunakan 
waktu untuk menulis ini untuk menulis/berbuat sesuatu yang bermanfaat.

Salam,

Aris.



--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, BISAI [EMAIL PROTECTED] 
wrote:
  Saudara Aris Tanone Yang baik,
 Saya kira secara perlahan dan berangsur-angsur sudah mulai ada 
titik-titik
 saling pengertian di antara kita untuk menuju ke saling pengertian 
yang
 lebih besar lagi. Semua itu kita dapatkan dari keterus terangan kita
 masing-masing yang telah kita curahkan secara sebebas-bebasnya 
dalam milis
 yang menampung semua tulisan kita.Terima kasih saya pada semua 
milis dan
 moderator yang dengan kesabaran luar biasa, memuat semua tulisan-
tulisan 
 kita
 tidak pandang bagaimanapun pendapat seseorang  atau pendirian 
seseorang.
 Saya teringat akan kata-kata Ketua Ho chi Minh atau yang biasa kita 
panggil
 dengan Paman Ho. Beliau mengatakan: Noi that mat long yang 
artinya: 
 Berterus
 terang, atau berkata benar, akan menyinggung perasaan. Tapi beliau 
selalu
 berterus terang kepada siapapun bila ada sesuatu yang tidak wajar, 
tidak
 baik, tidak sepatutnya sambil mendidik rakyat beliau untuk mencapai
 persatuan seluruh rakyat. Suatu hari ada cerita begini. Paman Ho 
makan
 bersama dengan para para prajurit pengawal beliau. Seorang prajurit 
makannya
 terlalu cepat hingga hingga khalayak makan yang lainnya tidak 
kebagian,
 padahal yang disajikan sangat sedikit karena dalam situasi perang  
melawan
 musuh bangsa dan juga persediaan makanan amat terlalu minim. Lalu 
Paman Ho
 berkata: Kalau Anh( panggilan akrab) makan terlalu cepat begini, 
semua
 kawan lain akan kelaparan. Isi keterus terangan Paman Ho itu kalau 
kita
 terjemahkan adalah bahwa prajurit yang makan terlalu cepat itu 
adalah
 seorang yang hanya mermikirkan diri sendiri, individualis, rakus 
dan pula
 tidak punya kesopanan karena hanya memikirkan perut sendiri di 
tengah
 teman-temannya yang juga lapar.
 Bung Aris sangat benar kalau mendapati ada juga segolongan suku 
bangsa atau
 sekelompok ataupun bahkan hingga ke sebuah kota yang rakyatnya 
tidak suka
 berterus terang. Bukankah juga jelas, saya juga memberikan 
perkecualian,
 bukan seratus persen orang Indonesia itu punya sifat terus terang. 
Tapi
 sebagai ciri umum manusia Indonesia, memang suka berterus terang dan
 spontan. Mungkin saya salah dan mungkin tidak begitu, tapi itulah 
pendapat
 saya dan penemuan saya. Salah satu contoh, umpamanya, seluruh 
bangsa 
 Indonesia sekarang ini
 mengakui bahwa bangsanya sedang terpuruk, mengakui bahwa korupsi 
telah
 menjadi budaya seluruh bangsa, mengakui para penguasanya di masa 
lalu(Orba)
 adalah penguasa biadab, mengakui bahwa kebanyakan para pemimpin 
bangsa
 mereka cuma memikirkan kepentingan diri sendiri dan macam-macam 
pengakuan 
 lainnya
 yang digeneralisasi sebagai Indonesia atau  bangsa Indonesia.Tapi 
kan, kita
 tidak berfikiran, asal Indonesia, atau bangsa Indonesia, berarti 
seratus
 persen termasuk bayi-bayi yang baru lahir, punya ciri yang 
demikian. Tapi
 keberanian orang Indonesia mengakui kekurangannya, kelemahannya, 
bukankah
 itu masih bisa disebut positif? Apakah orang Indonesia akan menjadi 
hina 
 karena
 berterus terang?. Orang Indonesia akan benar-benar menjadi bangsa 
yang hina
 bila mereka tidak mau mengubah mentalitas mereka yang jelek, tidak 
mau
 mengakui keterpurukannya di segala bidang yang sekarang mereka 
alami dan
 rasakan. Lalu saya bertanya: Apakah bangsa Cina itu bangsa yang 
super?
 etnis yang super? bangsa yang mulia sepanjang masa tanpa cacat cela 
dan
 hanya bersedia menerima pujian, dikagumi dan mengharamkan semua
 kritik, mengharamkan semua peringatan orang lain yang bermaksud 
baik agar
 bisa hidup bersama secara harmonis dan tidak selalu merasa 
ekslusif?.
 Begitulah maksud saya bila saya menyinggung masalah kekurangan Cina,
 sifat-sifat Cina yang ada negatifnya yang bukan berarti adalah 
semua Cina
 bahkan termasuk bayi yang baru lahir dan yang akan dilahirkan 
minggu depan. 
 Kita
 tidak boleh terlalu mekanis sambil terlalu super sensitif 
menafsirkan sebuah
 generalisasi .Harus juga dilihat konteks dari masaalah yang sedang
 dibicarakn, benang merah atau makna apa yang dikatakan atau 
dimaksudkan
 seseorang. Bila kita terlalu emosional, otak dan daya analisa kita 
akan
 lumpuh dan lalu timbullah prasangka buruk, tuduhan yang berlebih 
lebihan
 dan mungkin kontradiksi antara kita akan berkembang menjadi 
kontradiksi
 antagonis.Kita tidak menghendaki 

RE: [budaya_tionghua] menyusun buku turunan

2005-09-18 Terurut Topik Gouw, Christine (HID)







  -Original Message-From: Rinto Jiang 
  [mailto:[EMAIL PROTECTED]Sent: Thursday, September 15, 2005 
  12:06 PMTo: budaya_tionghua@yahoogroups.comSubject: Re: 
  [budaya_tionghua] menyusun buku turunanChristine menulis:Dear Bapak/ibu,Apakah ada 
  yang tau bagaimana menyusun buku turunan?Keluarga kami (dari pihak suami) 
  punya buku turunan yang sudah tua umurnya.Turunan tsb diawali dari 
  generasi pertama sejak kedatangan nenek moyang(kalo ga salah ingat) 
  namanya Tantin dari kampung (kalo ga salah ingat)namanya Kulamtaw tahun 
  berapa yah? saya lupa harus nyontek buku turunandulu. Tetapi buku tsb 
  tidak diteruskan lagi sejak +/- 30 tahun yang lalu, dan sayaberniat 
  meneruskannya tetapi tidak tau caranya.Mohon penjelasan dan 
  pencerahan.Terima kasih dan 
  salam,ChristineRinto Jiang:Buku silsilah 
  sebenarnya tidak ada bentuk yang tetap atau standar, artinya tiap keluarga 
  boleh memiliki buku silsilah dengan gaya mereka sendiri. Untuk kasus seperti 
  Christine-jie yang ingin melanjutkan catatan buku keturunan ini, saya kira 
  sudah mudah karena tinggal mengikuti cara pencatatan yang telah ada di dalam 
  buku tersebut. Kebetulan buku keturunan ini memang di-update beberapa puluh 
  tahun sekali, jadi 30 tahun lalu tidak termasuk terlalu lama atau jauh untuk 
  melanjutkannya.Pertama, mungkin yang paling dasar adalah penguasaan 
  bahasa Mandarin. Bila generasi kita telah sulit karena ketiadaan waktu 
  mempelajarinya, mulai dorong anak2 kita untuk belajar bahasa Mandarin, bukan 
  untuk chauvinis, namun anggap saja itu sama pentingnya dengan bahasa Inggris 
  di masa depan. Setelah bisa Mandarin, ada 2 opsi untuk melanjutkan buku 
  keturunan ini, apakah akan ditulis dalam bahasa Mandarin atau diteruskan dalam 
  bahasa Indonesia saja. Saya kira sedapat2nya dituliskan dalam 2 bahasa, bila 
  tidak bahasa Indonesia saja juga tak apa2.Yang ketiga, pengumpulan 
  informasi dan pencatatan data 2 generasi ke atas, karena buku keturunan 
  keluarga suami Christine-jie itu baru putus 30 tahun lalu, saya kira generasi 
  kakek-nenek pasti sudah ada tercatat di sana, jadi tinggal memasukkan saja 
  generasi suami. Mengenai generasi seterusnya, anak2 karena mungkin masih akan 
  ada penambahan (misalnya dari generasi suami masih ada yang belum menikah 
  sehingga belum punya anak) maka cukup dicatat dulu, namun tidak usah dibukukan 
  dahulu. Pembukuannya tunggu mereka punya generasi selanjutnya baru dibukukan 
  saja, jadi tidak usah terlalu banyak pengeditan dalam jangka waktu 
  tertentu.Data2 yang menurut saya perlu dicatat:1. Biografi singkat 
  masing2 anggota keluarga, dicatat saja dalam bahasa Indonesia atau bilingual 
  bila memungkinkan. Singkat saja juga boleh, nama Tionghoa/Indonesia, 
  tempat/tanggal lahir, pernikahan, tempat tinggal terakhir, tempat/tanggal 
  meninggal bila telah mendiang.2. Puisi generasi keluarga, buat nama 
  generasi (karakter kedua dari nama Tionghoa).3. Pesan leluhur. Ini kalau 
  perlu saja, karena ada beberapa keluarga yang leluhurnya punya prestasi tinggi 
  biasanya akan mencantumkan pesan2 moral untuk generasi berikutnya.4. Letak 
  (peta) lokasi makam atau tempat abu leluhur. Supaya dapat dengan mudah tercari 
  oleh generasi2 berikutnya.Sementara ini saja dulu dari saya. Bila 
  ingin referensi atau saran lebih lanjut mungkin dapat menghubungi Steve-heng 
  yang merupakan anggota keluarga marga Gan yang juga telah berhasil menyusun 
  buku silsilah yang memuat 5000-an keturunan Gan Peng (mandarin: Yan Bin) yang 
  datang dari Hokkian 300 tahun lalu dan sekarang tersebat di seluruh 
  dunia.Rinto 
  Jiang





.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :.





  




  
  
  YAHOO! GROUPS LINKS



  Visit your group "budaya_tionghua" on the web.
  To unsubscribe from this group, send an email to:[EMAIL PROTECTED]
  Your use of Yahoo! Groups is subject to the Yahoo! Terms of Service.



  









RE: [budaya_tionghua] menyusun buku turunan

2005-09-18 Terurut Topik Gouw, Christine (HID)





Pak 
Rinto,
Terima 
kasih atas ilmu yang diberikan. Maaf response dari saya agak lama karena ada 
sesuatu hal.
Pak 
Steve juga sudah japri saya dan memberikan 
pencerahan.
Sekali lagi terima 
kasih.
Salam,Christine

ps: maaf barusan itu tadi ke klik send. Kesalahan ada 
pada jari saya:(

  -Original Message-From: Rinto Jiang 
  [mailto:[EMAIL PROTECTED]Sent: Thursday, September 15, 2005 
  12:06 PMTo: budaya_tionghua@yahoogroups.comSubject: Re: 
  [budaya_tionghua] menyusun buku turunanChristine menulis:Dear Bapak/ibu,Apakah ada 
  yang tau bagaimana menyusun buku turunan?Keluarga kami (dari pihak suami) 
  punya buku turunan yang sudah tua umurnya.Turunan tsb diawali dari 
  generasi pertama sejak kedatangan nenek moyang(kalo ga salah ingat) 
  namanya Tantin dari kampung (kalo ga salah ingat)namanya Kulamtaw tahun 
  berapa yah? saya lupa harus nyontek buku turunandulu. Tetapi buku tsb 
  tidak diteruskan lagi sejak +/- 30 tahun yang lalu, dan sayaberniat 
  meneruskannya tetapi tidak tau caranya.Mohon penjelasan dan 
  pencerahan.Terima kasih dan 
  salam,ChristineRinto Jiang:Buku silsilah 
  sebenarnya tidak ada bentuk yang tetap atau standar, artinya tiap keluarga 
  boleh memiliki buku silsilah dengan gaya mereka sendiri. Untuk kasus seperti 
  Christine-jie yang ingin melanjutkan catatan buku keturunan ini, saya kira 
  sudah mudah karena tinggal mengikuti cara pencatatan yang telah ada di dalam 
  buku tersebut. Kebetulan buku keturunan ini memang di-update beberapa puluh 
  tahun sekali, jadi 30 tahun lalu tidak termasuk terlalu lama atau jauh untuk 
  melanjutkannya.Pertama, mungkin yang paling dasar adalah penguasaan 
  bahasa Mandarin. Bila generasi kita telah sulit karena ketiadaan waktu 
  mempelajarinya, mulai dorong anak2 kita untuk belajar bahasa Mandarin, bukan 
  untuk chauvinis, namun anggap saja itu sama pentingnya dengan bahasa Inggris 
  di masa depan. Setelah bisa Mandarin, ada 2 opsi untuk melanjutkan buku 
  keturunan ini, apakah akan ditulis dalam bahasa Mandarin atau diteruskan dalam 
  bahasa Indonesia saja. Saya kira sedapat2nya dituliskan dalam 2 bahasa, bila 
  tidak bahasa Indonesia saja juga tak apa2.Yang ketiga, pengumpulan 
  informasi dan pencatatan data 2 generasi ke atas, karena buku keturunan 
  keluarga suami Christine-jie itu baru putus 30 tahun lalu, saya kira generasi 
  kakek-nenek pasti sudah ada tercatat di sana, jadi tinggal memasukkan saja 
  generasi suami. Mengenai generasi seterusnya, anak2 karena mungkin masih akan 
  ada penambahan (misalnya dari generasi suami masih ada yang belum menikah 
  sehingga belum punya anak) maka cukup dicatat dulu, namun tidak usah dibukukan 
  dahulu. Pembukuannya tunggu mereka punya generasi selanjutnya baru dibukukan 
  saja, jadi tidak usah terlalu banyak pengeditan dalam jangka waktu 
  tertentu.Data2 yang menurut saya perlu dicatat:1. Biografi singkat 
  masing2 anggota keluarga, dicatat saja dalam bahasa Indonesia atau bilingual 
  bila memungkinkan. Singkat saja juga boleh, nama Tionghoa/Indonesia, 
  tempat/tanggal lahir, pernikahan, tempat tinggal terakhir, tempat/tanggal 
  meninggal bila telah mendiang.2. Puisi generasi keluarga, buat nama 
  generasi (karakter kedua dari nama Tionghoa).3. Pesan leluhur. Ini kalau 
  perlu saja, karena ada beberapa keluarga yang leluhurnya punya prestasi tinggi 
  biasanya akan mencantumkan pesan2 moral untuk generasi berikutnya.4. Letak 
  (peta) lokasi makam atau tempat abu leluhur. Supaya dapat dengan mudah tercari 
  oleh generasi2 berikutnya.Sementara ini saja dulu dari saya. Bila 
  ingin referensi atau saran lebih lanjut mungkin dapat menghubungi Steve-heng 
  yang merupakan anggota keluarga marga Gan yang juga telah berhasil menyusun 
  buku silsilah yang memuat 5000-an keturunan Gan Peng (mandarin: Yan Bin) yang 
  datang dari Hokkian 300 tahun lalu dan sekarang tersebat di seluruh 
  dunia.Rinto 
Jiang





.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :.





  




  
  
  YAHOO! GROUPS LINKS



  Visit your group "budaya_tionghua" on the web.
  To unsubscribe from this group, send an email to:[EMAIL PROTECTED]
  Your use of Yahoo! Groups is subject to the Yahoo! Terms of Service.



  









RE: [budaya_tionghua] Han dan Tang (Re: [ASM 9] Asal mula kata China)

2005-09-18 Terurut Topik Piter Lim
Dear All,


Ahhh Bang Eddy ini pagi pagi sudah cari story, masak aku dibilang hao
lien...? Ndak la yao
Tapi memang sih orang daerahku seperti itu, barangkali ikut pepatah ( boleh
kalah harta asal jangan kalah nama).
He he he



Piter Lim
  -Original Message-
  From: budaya_tionghua@yahoogroups.com
[mailto:[EMAIL PROTECTED] Behalf Of Eddy Tlessh
  Sent: 17 September 2005 0:11
  To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
  Subject: Re: [budaya_tionghua] Han dan Tang (Re: [ASM 9] Asal mula kata
China)


  ada yg lupa...

  kenapa orang2 pionir yang berasal tiongkok dikenal sebagai teng sua nang
 teng sua lang )?
  apakah memang ada gunung Tang di sana, hubungannya dengan dinasti Tang
apa?

  terus istilah long man kadang2 muncul penerbit buku inggris, apakah itu
berkorelasi dengan teng nang ? (dulu waktu SD, kukira itu :) )

  terus di jogja, temanku ngaku orang hok cia, itu suku apa lagi?

  sorry banyak bertanya, soalnya terus terang kita angkatan muda banyak hal
yang tidak kita ketahui, dan tidak tahu kepada siapa mesti ditanyakan...

  btw ada yang tahu ungkapan streotype nya suku2 itu, just want to know,
setahuku tio ciu  - hao lian(sok berani), khek - kam siap (pelit), yang
lainnya apa ya ?

  Eddy






 Yahoo! Groups Sponsor ~-- 
1.2 million kids a year are victims of human trafficking. Stop slavery.
http://us.click.yahoo.com/X3SVTD/izNLAA/E2hLAA/BRUplB/TM
~- 

.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. 
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 




Fw: [budaya_tionghua] Re: Mengapa harus mengharamkah istilah Pribumi dan Non Pribumi?

2005-09-18 Terurut Topik BISAI

 Salam sebangsa dan setanah air.
Tidak banyak yang bisa saya tambahkan karena saya merasa sudah cukup banyak
atau mungkin telah kebanyakan ,semua argumen,  semua alasan, semua
pertimbangan serta pendapat dan pemikiran saya sekitar Pribumi danNon
Pribumi. Saya bukannya lelah atau kehabisan tenaga, tapi benar-benar jenuh,
ingin berbicara soal lain dan ingin berlari dari kepengapanan dari
perdebatan yang sudah non produktif ini  meskipun itu bukan berarti  sudah
jelas siapa yang menang siapa yang kalah karena tujuan saya adalah untuk
menguji kebenaran bukan untuk bertarung dengan teman-teman sesaudara
sendiri. Masaalah ideologi memang tidak mudah dan tidak bisa dipaksakan
betapapun seseorang telah merasa begitu benar dan orang lain  telah dianggap
begitu keras kepala. Terkadang kita harus berhenti di tengah jalan untuk
istirahat, duduk, melepaskan lelah dari perjalanan jauh untuk satu tujuan
yang sama. Masaalah pikiran bukan sekedar yang satu mengkrubuti yang lain
dan lalu merasa menang karena merasa berada di pihak yang terbanyak.
Demokrasi, tidak berlaku dalam mengadili sebuah pikiran yang berbeda.
Demokrasi adalah untuk kesatuan tindakan bersama dan bukan untuk menindas
pikiran yang berbeda.Tapi berbicara tentang diri sendiri, saya sedikitpun
tidak merasa dikrubutin meskipun seolah demikian. Saya hanya merasa mungkin
pikiran-pikiran saya dipedulikan orang lain dengan berbagai tanggapan yang
saling berbeda. Itu sangat wajar dan bahkan sangat menguntungkan untuk diri
saya sendiri karena saya bisa belajar dalam praktek itu sendiri. Juga saya
tidak merasa bahwa pikiran saya sebagai pikiran minoritas, aneh,
meng-ada-ada. Sama sekali tidak. Kalau pikiran saya memang aneh, 
meng-ada-ada,
dalam satu dua kali terjang saja, rubuh terguling dan lalu tidak
diperdulikan orang lain. Semua tuduhan negatif telah saya tangkis dan saya
merasa, arah ke saling pengertian melalui perdebatan, keterus terangan,
adalah arah utama dan bukan ke arah perseteruan atau dendam serta kebencian.
Saya tidak menghitung jumlah, berapa yang menyetujui pikiran saya dan berapa
yang tidak. Saya tidak berani main gampangan-gampangan dalam masaalah
ideologi. Pengalaman di masa lalu sungguh sangat patut dijadikan cermin dan
selalu aktual (guru negatif).
 Soal permainan kata, gonta ganti kata, haram sekarang, besok dihalalkan
lagi dan lalu dibegitukan lagi menurut kepentingan seketika, kepentingan
oportunis, kepentingan pragmatis sempit sepihak atau pribadi-pribadi
penguasa, semua kita telah sepakat. Itu permainan busuk ORBA. Kita menolak
permainan ini, apalagi menurutkan apa yang mereka maui dan paksakan. Mereka
telah memaksa semua etnis Cina mengganti namanya dengan nama Indonesia (
Abubakar, Mohammad, Simon, Firdaus bahkan hingga Abdullah Aidit, apakah itu
nama Indonesia asli?). Tapi karena dipaksa dengan ancaman undang-undang,
represi dan bahkan hingga terror sekalipun, maka dituruti saja karena etnis
Cina memang tidak berdaya menghadapi paksaan sebuah rezim yang sedang
galak-galaknya ketika itu. Sekarang  kita sebut jaman reformasi, jaman 
demokrasi.
Tapi untuk kewaspadaan, janganlah hendaknya kita terlalu percaya dengan
hembusan angin demokrasi yang baru sepoi sepoi basah itu. Suatu saat,
ingatlah, tsunami Orba yang entah jilid ke berapa, bisa saja bangkit dari
dasar lautan demagogi dan kemuafikan mereka. Apakah tidak mungkin bila semua
ini terjadi, lalu semua etnis Cina yang telah berganti nama Indonesia lalu
dipaksa kembali memakai dan menggunakan nama Cina mereka dengan tujuan untuk
lebih mudah mengawasi dan mengontrol mereka dengan maksud untuk pemisahan(
apa ya bhs Inggrisnya, segregate, barangkali, maafkanlah si bodoh ini) ras.
Apakah itu tidak mungkin? Semoga tidak mungkin, tapi siapa yang bisa
menjamin tidak mungkin. Lalu kita (atau generasi mendatang) akan rame-rame
lagi mengutuk penggunaan nama Indonesia bagi etnis Cina. Inilah yang saya
maksudkan komidi putar yang adalah komidi putar oportunisme yang cuma
merugikan etnis Cina itu sendiri.
Salam persaudaraan.
asahan aidit.
40 tahun dalam pengasingan.



- Original Message - 
From: HKSIS [EMAIL PROTECTED]
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com; HKSIS-Group [EMAIL PROTECTED]
Sent: Sunday, September 18, 2005 5:21 PM
Subject: [budaya_tionghua] Re: Mengapa harus mengharamkah istilah Pribumi
dan Non Pribumi?


 Sahabat-sahabat netter yb,

Makin dipikir, makin terasa jadinya kita terjerat dalam lingkaran-setan
 kata-kata Pribumi yang melilit. Begitu sulit dan alotnya untuk
 menyatukan pendapat, padahal seperti terasa gampang saja. Mengapa dan
 dimana masalahnya, ya?

Benar seperti dinyatakan beberapa kawan, nampaknya pemerintah Orba suka
 bermain dengan kata-kata untuk mencapai tujuan politik tertentu. Diawal
 terbentuknya kekuasaan Orba, melancarkan gerakan ganti-nama bagi etnis
 Tionghoa, sebagai pernyataan kesetiaan pada RI, membuktikan
 loyalitasnya pada RI. Kesetiaan atau loyalitas seseorang jadi bagaikan
 jubah, cukup dengan mengganti nama, menyandang nama 

Re: [budaya_tionghua] Han dan Tang (Re: [ASM 9] Asal mula kata China)

2005-09-18 Terurut Topik Eddy Tlessh



haha,..

Saya juga hao lian..+ kia su (karena di singapur)

Di Wikipedia, satu-satunya kota di Indonesia yg ada sebutan chinesenya :)
http://en.wikipedia.org/wiki/Khuntien

Best Regards,


Eddy

On 9/18/05, Piter Lim [EMAIL PROTECTED] wrote:




Dear All,


Ahhh Bang Eddy ini pagi pagi sudah cari story, masak aku dibilang hao
lien...? Ndak la yao
Tapi memang sih orang daerahku seperti itu, barangkali ikut pepatah ( boleh
kalah harta asal jangan kalah nama).
He he he



Piter Lim
 -Original Message-
 From: budaya_tionghua@yahoogroups.com
[mailto:budaya_tionghua@yahoogroups.com]On Behalf Of Eddy Tlessh
 Sent: 17 September 2005 0:11
 To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
 Subject: Re: [budaya_tionghua] Han dan Tang (Re: [ASM 9] Asal mula kata
China)


 ada yg lupa...

 kenapa orang2 pionir yang berasal tiongkok dikenal sebagai teng sua nang
 teng sua lang )?
 apakah memang ada gunung Tang di sana, hubungannya dengan dinasti Tang
apa?

 terus istilah long man kadang2 muncul penerbit buku inggris, apakah itu
berkorelasi dengan teng nang ? (dulu waktu SD, kukira itu :) )

 terus di jogja, temanku ngaku orang hok cia, itu suku apa lagi?

 sorry banyak bertanya, soalnya terus terang kita angkatan muda banyak hal
yang tidak kita ketahui, dan tidak tahu kepada siapa mesti ditanyakan...

 btw ada yang tahu ungkapan streotype nya suku2 itu, just want to know,
setahuku tio ciu - hao lian(sok berani), khek - kam siap (pelit), yang
lainnya apa ya ?

 Eddy











.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :.





  




  
  
  YAHOO! GROUPS LINKS



  Visit your group budaya_tionghua on the web.

  To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]
  Your use of Yahoo! Groups is subject to the Yahoo! Terms of Service.




  









-- Best Regards,Eddy






.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :.








  
  
SPONSORED LINKS
  
  
  

Indonesia
  
  
Culture
  
  
Chinese
  
  

   
  







  
  
  YAHOO! GROUPS LINKS



  Visit your group "budaya_tionghua" on the web.
  To unsubscribe from this group, send an email to:[EMAIL PROTECTED]
  Your use of Yahoo! Groups is subject to the Yahoo! Terms of Service.