Re: [budaya_tionghua] OOT: HARGAILAH NYAWA SESEORANG- TRUE STORY

2006-03-13 Terurut Topik andri halim
rumah sakit, dokter2 sekarang nga ada hati nurani lg,
maunya duit2 mulu, sistem administrasi rs juga
diribet2in, mau darah aja harus lewat PMI, padahal
lewat rs itu sendiri harusnya diperbolehkan,
seluruhnya direbet2in, mau tunggu orang itu mati dulu
baru mau kasih darah, mending minta ke PMI lgs
dikasih, ini harus tungu2 lagi, dasar, maunya duit2
mulu, hati nurani para pengelola negara ini gimana kok
dibiarin aja.

Hal ini terjadi berulang2 kali, nga terhitung orang 
yg ninggal krn tunggu darah doang.

bener2 mengecewakan, Oknum2 yg berada dibalik drama
kematian sialan lo oknum



--- Jimmy Okberto [EMAIL PROTECTED] wrote:

 HARGAILAH NYAWA SESEORANG- TRUE STORY
 Edy limin [EMAIL PROTECTED]
 HAL YANG MASIH BISA TERJADI DI ERA MILENIUM!!!
  
 Kepada Redaksi/Pembaca yang budiman, baik dan
 terhormat, saya berharap
 surat ini dapat disebarluaskan dan diketahui oleh
 masyarakat luas agar
 kejadian yang menimpa saya tidak terulang/terjadi
 lagi kepada
 orang/keluarga lain. Perlu diketahui saya menulis
 surat ini bukan
 bertujuan untuk menjelekkan atau merendahkan
 siapapun. Saya menulis
 surat ini karena hati saya tergerak dan ingin
 membagi pengalaman pahit
 yang saya dapatkan untuk para pembaca agar
 dikemudian hari diharapkan
 tidak terjadi lagi kejadian yang sama terhadap
 siapapun dimanapun yang
 akan melakukan persalinan terutama di Medan (SUMUT).
 Saat saya menulis
 surat ini, saya sedang berduka karena istri saya
 tercinta sudah
 meninggal akibat pendarahan sewaktu melahirkan.
 Sebagai informasi, istri
 saya selalu cek up rutin dengan dokter bersalin dan
 mengikuti program
 senam hamil di RS Gleneagles. Istri saya melahirkan
 secara normal dan
 dibantu dengan alat Vacuum di RS Gleneagles, Medan.
 Anak saya saat ini
 sehat-sehat saja. Menurut pihak rumah sakit, dalam
 hal ini adalah
 dokter, Pendarahan tersebut terjadi karena darah
 istri saya terlalu
 encer dan tidak bisa beku disebabkan karena kadar
 trombosit didalam
 darah terlalu rendah. Dugaan dokter, kadar
 Trombositnya rendah karena
 mengkonsumsi Jamur (Hio-ko) dan Io-som (Ginseng).
 Tetapi dokter tidak
 menjelaskan seberapa besar konsumsi yang dapat
 membahayakan kesehatan
 ibu hamil. Jujur saja, saya tidak bermaksud untuk
 menyalahkan siapapun
 (Dokter/Rumah Sakit) dan apapun (Prosedur persalinan
 atau
 Undang-undang). Akan tetapi, ada beberapa hal yang
 sangat mengganjal
 dihati saya yang perlu saya sampaikan kepada para
 pembaca. 
 Pertama, istri saya harus menunggu waktu sampai 2
 jam untuk menerima
 transfusi darah dari RS. Waktu itu pihak RS bilang
 harus mengambil darah
 dari PMI. Saat itu saya heran dan bertanya kenapa
 kok RS yang terkenal
 di medan ini tidak ada stok darah sama sekali.
 Kemudian, pihak RS
 mengatakan kalau peraturan pemerintah sudah
 menerapkan bahwa RS tidak
 boleh ada stok darah. Apa benar? Sampai sekarang,
 hal ini masih menjadi
 tanda tanya besar bagi saya karena kalau harus
 mengambil darah lagi di
 PMI dan pasien sedang sekarat, waktu 2 jam itu
 sangat berarti. Saya rasa
 kita sebagai orang awam tahu kalau darah yang
 mengalir dalam waktu 2 jam
 itu sudah seberapa banyak dan seberapa besar efeknya
 terhadap pasien.
 Sesaat sebelum istri saya menerima transfusi darah,
 dia masih dalam
 keadaan sadar dan memberitahukan kepada saya,
 Kenapa darah belum
 datang? Kenapa darah belum datang? Kok lama sekali?
 Tuuubbuuuh ssaayaa
 seemuanyaa sudah keeebbaaas/mati rasa (lidah sudah
 kaku). Kamu ada
 dimana? Kok tidak kelihatan?? Saat itu pandangan
 matanya pun sudah
 gelap. Setelah itu dia menerima transfusi darah,
 akan tetapi istri saya
 memberitahukan kepada saya bahwa darah tersebut
 tidak masuk kedalam
 tubuh, karena masuk dari tangan keluar dari daerah
 persalinan/selangkangan (alias numpang lewat).
 Selanjutnya, istri saya
 tidak sadarkan diri dan dioperasi untuk diangkat
 rahimnya (atas saran
 dokter). Tiga hari kemudian istri saya meninggal
 karena kondisinya tidak
 stabil (tensi naik turun). Perlu anda ketahui bahwa
 istri saya total
 menerima lebih 40 bags/10 liter transfusi darah (1
 bag = 250 cc).
 Selama tiga hari itu, saya harus mati-matian mencari
 pendonor darah
 karena stok di PMI tidak banyak.  Kebetulan, banyak
 sanak keluarga dan
 teman-teman yang datang untuk menyumbangkan darah
 setelah mendengar
 kasus istri saya. Ada hal aneh lagi, para pendonor
 darah harus ke PMI
 dulu untuk mendonor karena pihak RS tidak ada
 tempat/kantong darah.
 Kedua, jikalau darah istri saya saat itu memang
 encer atau trombositnya
 rendah, kenapa pihak RS tidak mengecek darah istri
 saya terlebih dahulu
 sebelum terjadinya persalinan? Apakah dianggap tidak
 penting atau tidak
 ada prosedur tetap/baku? Setahu saya, pendarahan ini
 tidak hanya terjadi
 pada istri saya alias tidak hanya terjadi kali ini
 saja tetapi juga
 sudah pernah terjadi terhadap pasien-pasien
 sebelumnya. Tetapi kenapa
 pihak RS tidak ada ide inovatif untuk mencegah hal
 tersebut
 terjadi/tidakterulang kembali?
 Ketiga, sewaktu saya mau mengambil 

[budaya_tionghua] OOT: HARGAILAH NYAWA SESEORANG- TRUE STORY

2006-03-09 Terurut Topik Jimmy Okberto
HARGAILAH NYAWA SESEORANG- TRUE STORY
Edy limin [EMAIL PROTECTED]
HAL YANG MASIH BISA TERJADI DI ERA MILENIUM!!!
 
Kepada Redaksi/Pembaca yang budiman, baik dan terhormat, saya berharap
surat ini dapat disebarluaskan dan diketahui oleh masyarakat luas agar
kejadian yang menimpa saya tidak terulang/terjadi lagi kepada
orang/keluarga lain. Perlu diketahui saya menulis surat ini bukan
bertujuan untuk menjelekkan atau merendahkan siapapun. Saya menulis
surat ini karena hati saya tergerak dan ingin membagi pengalaman pahit
yang saya dapatkan untuk para pembaca agar dikemudian hari diharapkan
tidak terjadi lagi kejadian yang sama terhadap siapapun dimanapun yang
akan melakukan persalinan terutama di Medan (SUMUT). Saat saya menulis
surat ini, saya sedang berduka karena istri saya tercinta sudah
meninggal akibat pendarahan sewaktu melahirkan. Sebagai informasi, istri
saya selalu cek up rutin dengan dokter bersalin dan mengikuti program
senam hamil di RS Gleneagles. Istri saya melahirkan secara normal dan
dibantu dengan alat Vacuum di RS Gleneagles, Medan. Anak saya saat ini
sehat-sehat saja. Menurut pihak rumah sakit, dalam hal ini adalah
dokter, Pendarahan tersebut terjadi karena darah istri saya terlalu
encer dan tidak bisa beku disebabkan karena kadar trombosit didalam
darah terlalu rendah. Dugaan dokter, kadar Trombositnya rendah karena
mengkonsumsi Jamur (Hio-ko) dan Io-som (Ginseng). Tetapi dokter tidak
menjelaskan seberapa besar konsumsi yang dapat membahayakan kesehatan
ibu hamil. Jujur saja, saya tidak bermaksud untuk menyalahkan siapapun
(Dokter/Rumah Sakit) dan apapun (Prosedur persalinan atau
Undang-undang). Akan tetapi, ada beberapa hal yang sangat mengganjal
dihati saya yang perlu saya sampaikan kepada para pembaca. 
Pertama, istri saya harus menunggu waktu sampai 2 jam untuk menerima
transfusi darah dari RS. Waktu itu pihak RS bilang harus mengambil darah
dari PMI. Saat itu saya heran dan bertanya kenapa kok RS yang terkenal
di medan ini tidak ada stok darah sama sekali. Kemudian, pihak RS
mengatakan kalau peraturan pemerintah sudah menerapkan bahwa RS tidak
boleh ada stok darah. Apa benar? Sampai sekarang, hal ini masih menjadi
tanda tanya besar bagi saya karena kalau harus mengambil darah lagi di
PMI dan pasien sedang sekarat, waktu 2 jam itu sangat berarti. Saya rasa
kita sebagai orang awam tahu kalau darah yang mengalir dalam waktu 2 jam
itu sudah seberapa banyak dan seberapa besar efeknya terhadap pasien.
Sesaat sebelum istri saya menerima transfusi darah, dia masih dalam
keadaan sadar dan memberitahukan kepada saya, Kenapa darah belum
datang? Kenapa darah belum datang? Kok lama sekali? Tuuubbuuuh ssaayaa
seemuanyaa sudah keeebbaaas/mati rasa (lidah sudah kaku). Kamu ada
dimana? Kok tidak kelihatan?? Saat itu pandangan matanya pun sudah
gelap. Setelah itu dia menerima transfusi darah, akan tetapi istri saya
memberitahukan kepada saya bahwa darah tersebut tidak masuk kedalam
tubuh, karena masuk dari tangan keluar dari daerah
persalinan/selangkangan (alias numpang lewat). Selanjutnya, istri saya
tidak sadarkan diri dan dioperasi untuk diangkat rahimnya (atas saran
dokter). Tiga hari kemudian istri saya meninggal karena kondisinya tidak
stabil (tensi naik turun). Perlu anda ketahui bahwa istri saya total
menerima lebih 40 bags/10 liter transfusi darah (1 bag = 250 cc).
Selama tiga hari itu, saya harus mati-matian mencari pendonor darah
karena stok di PMI tidak banyak.  Kebetulan, banyak sanak keluarga dan
teman-teman yang datang untuk menyumbangkan darah setelah mendengar
kasus istri saya. Ada hal aneh lagi, para pendonor darah harus ke PMI
dulu untuk mendonor karena pihak RS tidak ada tempat/kantong darah.
Kedua, jikalau darah istri saya saat itu memang encer atau trombositnya
rendah, kenapa pihak RS tidak mengecek darah istri saya terlebih dahulu
sebelum terjadinya persalinan? Apakah dianggap tidak penting atau tidak
ada prosedur tetap/baku? Setahu saya, pendarahan ini tidak hanya terjadi
pada istri saya alias tidak hanya terjadi kali ini saja tetapi juga
sudah pernah terjadi terhadap pasien-pasien sebelumnya. Tetapi kenapa
pihak RS tidak ada ide inovatif untuk mencegah hal tersebut
terjadi/tidakterulang kembali?
Ketiga, sewaktu saya mau mengambil jenazah istri saya, saya harus
menyelesaikan dulu semua administrasi yang diwajibkan oleh pihak RS.
Yang anehnya, saya diwajibkan/diharuskan membayar lebih 10 juta rupiah
dari tagihan yang ada dengan alasan biaya dokter belum masuk. Total
tagihan sementara 60 juta rupiah, saya diharuskan membayar 70 juta
rupiah untuk menebus jenazah istri saya. Apakah memang pihak RS sudah
tidak lagi memiliki rasa prikemanusiaan/rasa sosial? Bayangkan dimana
saya harus mencari uang sebanyak itu pada waktu tengah malam? Kebetulan,
saya masih dapat pinjaman dari saudara, kalau tidak saya rasa saya bakal
di charge lagi biaya inap jenazah.
 
Untuk itu, berdasarkan pengalaman yang saya alami, saya mengharapkan dan
meminta kepada orang-orang yang bersangkutan dan