Re: [budaya_tionghua] Fwd: [smutarutung] Berita duka cita

2010-08-25 Terurut Topik Dharma Hutauruk
Saya pernah menerima khotbah yang mengatakan Kemiskinan dibenci bahkan oleh
Saudara kandung
Di tanah batak memang Orang Tionghoa keberadaannya sudah sangat lama.
Jelas memang mereka tidak ada yang menjadi petani seperti di Singkawang,
karena di tempat kami semua tanah (cukup sempit) adalah milik adat
(keluarga/marga) sehingga umumnya orang Tiongoa adalah pedagang.
Tentu tidak semua mereka menjadi Toke seperti Mertua Pak Tommy.
Pergaulan dan persaudaraan kami dengan mereka tidak melulu karena mereka
kaya raya atau karena royal. Karena bagaimana pun kami tumbuh besar bersama.
mulai dari main gundu, main bal-balan (tarohan bubur kacang ijo) hingga
sama-sama main judi.
Sehingga menjadi biasa kalau kita pun memanggil Nama Ayah masing-masing
untuk membuatnya kheki.
Jadi tidak mungkinlah kami (setelah besar) memuji satu sama lain hanya
karena FULUS.

Nah, tentang Pak Tommy sekeluarga,
Tentu saya tidak tahu apa motivasi mereka membantu para mahasiswa tersebut
sedemikian rupa
Beliau menghormati Ayah kami tentu karena merasa Bapak Gurunya lah yang
membuatnya menjadi Orang
Apakah kalau mereka tidak menghormatinya maka Bapak Gurunya akan
mengatakannya murid tidak tahu diri
Saya pikir tidak juga.
Apakah masyarakat Batak akan mengatakan keluarga ini kikir atau tidak perlu
dihormati bila tidak bantu Mahasiswa (seperti kebanyakan masyarakat kita
yang egois?) saya rasa tidak juga pak.

Akan tetapi seperti saya sampaikan di atas, memang sudah nasib manusia
dibenci apabila miskin.
Bacalah kitab-kitab klasik, betapa orang-orang Kay pang selalu menjadi
sasaran kemarahan orang kaya dan bangsawan

Jadi tidak perlu khawatir akan ke bhineka an. Tidak harus karena menderma.
Kita perlu optimis pak Yitzhak

kam sia

dharma

2010/8/24 Yitzhak ben Zvi yitzhak.ben...@gmail.com



 Kebhinekaan tentu merupakan asal kata dari untaian kata berikut:

 Bhineka Tunggal Ika Tan Hana Dharma Mangrwa

 Kita semua pasti tahu untaian kata tersebut.

 Walaupun Bhinneka Tunggal Ika Tan Hana Dharma Mangrwa adalah bahasa
 Sansekerta dan bahasa Sansekerta adalah bahasa Asing, yang sebenarnya pernah
 tidak asing di beberapa wilayah Nusantara. Tetapi makna dari Bhinneka
 Tunggal Ika Tan Hana Dharma Mangrwa belum tentu kita semua paham betul.

 Makna, tentu lebih dalam dari sekadar untaian kata-kata yang menbentuk
 kalimat. Karena makna adalah apa yang tersirat dalam kalimat tersebut.
 Istilah Bhinneka Tunggal Ika di Nusantara dewasa ini, tentu bisa jadi hanya
 lip service, juga bisa menjadi pedoman berbangsa kita dalam sehari-hari.


 Saya memimpikan Bhinneka Tunggal Ika Tan Hana Dharma Mangrwa akan lestari
 di bumi Nusantara. Saya memimpikan Semua manusia hidup damai sejahtera satu
 sama lain.

 Cuma saya miris dan nger melihat stereotipe yang terus dipelihara dan
 akan selalu terjadi pada masyarakat dalam republik ini.

 Ngeri akan masa depannya Bhinneka Tunggal Ika Tan Hana Dharma Mangrwa.

 Bila stereotip istilah bhinneka seperti yang terjadi selama ini terus kita
 pelihara, saya merasa kita semua belum memahami maknanya melainkan hanya
 bermain pada level Jargon

 Pertanyaan saya:

 Apakah hubungan horizontal antar elemen masyarakat khusus beretnis Tionghoa
 dengan etnis lainnya hanya bisa terbina dalam hubungan yang melibatkan
 pelicin bernama EKONOMI?

 maaf sebelumnya, tanpa bermaksud mentendensikan pembahasan ini kearah
 tertentu, atau mencela orang yang telah berpulang atau motif2 lainnya, saya
 pribadi tidak tahu apa yang telah dilakukan bapak Tommy sehingga merebut
 simpati dari khalayak ramai. Jadi ini bukan tentang bapak Tommy dan siapapun
 yang dekat dengan bapak Tommy.

 Saya hanya bermaksud mengajak semua fihak untuk berfikir sejenak. Menatap
 fenomena yang sebenarnya bukan fenomena lagi, tetapi sudah rahasia umum atau
 mungkin sudah dianggap BUDAYA.

 Apakah suku/etnis lain hanya bisa menerima seorang Tionghoa sebagai bagian
 dari Bhineka Tunggal Ika, bila Tionghoa tersebut seorang yang berpengaruh
 dalam ekonomi dan sanggup memberikan gratifikasi-gratifikasi bersifat
 ekonomis pada etnis lain?

 Karena terus terang, selama ini, inilah yang saya lihat, rasa dan pahami.
 Hubungan horizontal antar manusia, dengan penduduk sekitar, dengan pejabat
 pemerintahan setempat, dengan bawahan, dengan ormas, dll... semua tidak jauh
 dari ekonomi.

 Ibaratnya, persahabatan ini seolah semu, keakraban ini hanya ecek-ecek,
 pembauran ini hanyalah masturbasi. Karena tanpa faktor X yang bernama
 UANGnya Acong, maka Acong tidak akan akrab dengan Sitorus, Acong tidak akan
 bergaul dengan Joko.

 Stereotip, Cina atau Tionghoa sebagai ladang duit seharusnya sudah saatnya
 dibuang jauh-jauh. Karena kita semua bisa bersaudara, kita semua dapat
 berteman, kita semua mampu bersama-sama membangun hubungan tulus apa adanya,
 tanpa peduli Ras, Suku, Kelas Ekonomi.

 apakah stereotip ini harus terus berlanjut dan lestari dalam kehidupan
 berbangsa di negara ini?

 atau ada yang mau membantah adanya stereotip seperti ini?

 2010/8/24 Dharma Hutauruk 

Re: [budaya_tionghua] Fwd: [smutarutung] Berita duka cita

2010-08-24 Terurut Topik Yitzhak ben Zvi
Kebhinekaan tentu merupakan asal kata dari untaian kata berikut:

Bhineka Tunggal Ika Tan Hana Dharma Mangrwa

Kita semua pasti tahu untaian kata tersebut.

Walaupun Bhinneka Tunggal Ika Tan Hana Dharma Mangrwa adalah bahasa
Sansekerta dan bahasa Sansekerta adalah bahasa Asing, yang sebenarnya pernah
tidak asing di beberapa wilayah Nusantara. Tetapi makna dari Bhinneka
Tunggal Ika Tan Hana Dharma Mangrwa belum tentu kita semua paham betul.

Makna, tentu lebih dalam dari sekadar untaian kata-kata yang menbentuk
kalimat. Karena makna adalah apa yang tersirat dalam kalimat tersebut.
Istilah Bhinneka Tunggal Ika di Nusantara dewasa ini, tentu bisa jadi hanya
lip service, juga bisa menjadi pedoman berbangsa kita dalam sehari-hari.


Saya memimpikan Bhinneka Tunggal Ika Tan Hana Dharma Mangrwa akan lestari di
bumi Nusantara. Saya memimpikan Semua manusia hidup damai sejahtera satu
sama lain.

Cuma saya miris dan nger melihat stereotipe yang terus dipelihara dan
akan selalu terjadi pada masyarakat dalam republik ini.

Ngeri akan masa depannya Bhinneka Tunggal Ika Tan Hana Dharma Mangrwa.

Bila stereotip istilah bhinneka seperti yang terjadi selama ini terus kita
pelihara, saya merasa kita semua belum memahami maknanya melainkan hanya
bermain pada level Jargon

Pertanyaan saya:

Apakah hubungan horizontal antar elemen masyarakat khusus beretnis Tionghoa
dengan etnis lainnya hanya bisa terbina dalam hubungan yang melibatkan
pelicin bernama EKONOMI?

maaf sebelumnya, tanpa bermaksud mentendensikan pembahasan ini kearah
tertentu, atau mencela orang yang telah berpulang atau motif2 lainnya, saya
pribadi tidak tahu apa yang telah dilakukan bapak Tommy sehingga merebut
simpati dari khalayak ramai. Jadi ini bukan tentang bapak Tommy dan siapapun
yang dekat dengan bapak Tommy.

Saya hanya bermaksud mengajak semua fihak untuk berfikir sejenak. Menatap
fenomena yang sebenarnya bukan fenomena lagi, tetapi sudah rahasia umum atau
mungkin sudah dianggap BUDAYA.

Apakah suku/etnis lain hanya bisa menerima seorang Tionghoa sebagai bagian
dari Bhineka Tunggal Ika, bila Tionghoa tersebut seorang yang berpengaruh
dalam ekonomi dan sanggup memberikan gratifikasi-gratifikasi bersifat
ekonomis pada etnis lain?

Karena terus terang, selama ini, inilah yang saya lihat, rasa dan pahami.
Hubungan horizontal antar manusia, dengan penduduk sekitar, dengan pejabat
pemerintahan setempat, dengan bawahan, dengan ormas, dll... semua tidak jauh
dari ekonomi.

Ibaratnya, persahabatan ini seolah semu, keakraban ini hanya ecek-ecek,
pembauran ini hanyalah masturbasi. Karena tanpa faktor X yang bernama
UANGnya Acong, maka Acong tidak akan akrab dengan Sitorus, Acong tidak akan
bergaul dengan Joko.

Stereotip, Cina atau Tionghoa sebagai ladang duit seharusnya sudah saatnya
dibuang jauh-jauh. Karena kita semua bisa bersaudara, kita semua dapat
berteman, kita semua mampu bersama-sama membangun hubungan tulus apa adanya,
tanpa peduli Ras, Suku, Kelas Ekonomi.

apakah stereotip ini harus terus berlanjut dan lestari dalam kehidupan
berbangsa di negara ini?

atau ada yang mau membantah adanya stereotip seperti ini?

2010/8/24 Dharma Hutauruk dharma.hutau...@gmail.com



 Minggu lalu, Salah seorang Menantu Toko Tan Tarutung wafat dan disemayamkan
 di Jalan rajawali Selatan.
 Pak Tommy Suryadi (yang bukan orang Batak) banyak memberikan waktu, tenaga
 dan materi bagi kemajuan halak hita.
 Keponakan saya yang kuliah di IPB termasuk salah seorang Mahasiswa Tarutung
 yang mendapat uang saku bulanan dari keluarga ini namun sayang sekali dia DO
 ditengah jalan.
 Pada malam perkabungan sebelum jasadnya dibawa ke Medan, terdapat 2
 kelompok besar yakni kelompok Orang Tionghoa dan kelompok orang Batak.
 Bagus lah, kebhinekaan langsung terlihat dan mencair di perkabungan
 tersebut

 dharma

 -- Forwarded message --
 From: sriyati hutauruk sriyati_hutau...@yahoo.co.id
 Date: 2010/8/24
 Subject: Re: [smutarutung] Berita duka cita
 To: Dharma Hutauruk dharma.hutau...@gmail.com



 Sy gak dekat dengan beliau, hanya karena beliau suami kakak dr. Tan Gek
 Soan, salah seorang murid alm bapak saya Dj.P. Hutauruk. Dr. Tan Gek Soan
 sangat care sepanjang hidup Bapak saya dan waktu Bapak saya wafat di RS
 Fatmawati, Jakarta Mei 1993, beliau juga ada.
 Sedikit kenangan tentang Bpk Tommy.
 Saya pernah diundang pesta di  Colpatarin (saya lupa siapa yang pesta, tapi
 orang Tarutung banyak, mungkin waktu Ito Sahat Tobing mantu. Kel. Bp Tommy
 juga hadir. kebtulan, turun dari mobil kami berbarengan, saya melihat bp
 Tommy membuka dompet dan dengan sukacita membagikan uang ratusan ribu kepada
 teman2 beliau yang jumpa di luar gedung. Banyak memberi, lebih banyak lagi
 yang diterima. Waktu saya, suami dan Frans melayat (Gerda, Putri Bapak
 Tommy, mantu Bpk Cosmas Batubara, teman kuliah Frans) banyak sekali pelayat
 yang berkabung. Banyak amak asuh beliau yang menangis waktu salah seorang
 anak asuh membaca puisi untuk almarhum. Banyak karangan bunga sepanjang