ha ...ha ...ha... pertanyaan sy : apa bro Adhi sendiri menyetujui bahwa "meditasi" adalah seperti yg anda paparkan di atas??? ika.
Dayapala <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Dibawah ini adalah sebuah artikel dari email yang saya dapat, dari salah seorang praktisi kompatiologi (ilmu yang ditemukan oleh Vincent Liong). Mungkin anda dapat memberikan komentar selaku Buddhis yang notabene adalah penemu meditasi........ Serial tulisan Kitab Masuk Angin KMA : Menjawab pertanyaan bung Suchamda, Kompatiologi dan Meditasi ditulis oleh: Adhi Purwono Note: jawaban ini sengaja saya masukkan dalam serial tulisan KMA karena berisi penjelasan terinci hubungan antara kompatiologi dengan meditasi) Salam kenal juga bung Suchamda. Saya akan mencoba menjelaskan dari sudut pandang saya mengenai meditasi dan kompatiologi. Saat ini saya merasa diri saya tidak tergantung dengan metoda/usaha/konsep apapun untuk dapat merasakan pencerahan/realitas yang saya alami saat ini. Saya tidak merasa takut/jaim mengatakan saya sedang mengalami pencerahan, karena apa, karena saya merasakan pencerahan dapat dirasakan kapan saja jika orang mau di kehidupan sehari-hari. Begini bung Suchamda, sesungguhnya upaya kita untuk bermeditasi malah membatasi kita untuk bersentuhan dengan realitas/pencerahan. Bisa dikatakan meditasi itu harusnya tanpa usaha dan tanpa tujuan, IRONISNYA mengapa kita masih perlu untuk bermeditasi??? Meditasi tidak diperlukan jika tidak ada tujuan (mengapa perlu jika tidak bertujuan?) dan kita tidak dapat melakukan meditasi jika tidak ada usaha sama-sekali setidaknya untuk posisi bermeditasi (posisi teratai sempurna misalnya). Nah, keambiguan sikap kita selagi bermeditasi inilah membuat diri/pikiran kita menjadi bingung. Apakah kita lagi mengusahakan pencerahan dengan bermeditasi? Jika tanpa usaha, kapankah dan bilamanakah kita mencapai pencerahan? Pikiran bisa saja dapat tenang dan menikmati meditasi tanpa memikirkan pencerahan, TETAPI ketika menghadapi persoalan kehidupan sehari-hari, maka pikiran AKAN mengenang kembali kenikmatan yang didapat dari bermeditasi sehingga menjadi tergantung olehnya. Jikalaupun ketergantungan akan meditasi dapat terlepas, BUKANKAH INI BERARTI MEDITASI AKHIRNYA DISADARI TIDAK DIPERLUKAN??? Jadi BUKANKAH mengajak orang lain/diri sendiri bermeditasi tujuan akhirnya hanyalah supaya dapat menyadari bahwa meditasi tidak diperlukan? Nah, bung Suchamda mungkin dapat melihat bahwa ditilik dari tujuan pencerahan, sejujurnya meditasi adalah salah satu faktor penghambat pencapaian pencerahan itu sendiri. Jadi, mengapa tidak secara langsung saja? Mengapa kita membutuhkan suatu metoda/cara/konsep untuk dapat mengalami pencerahan? Tapi saya juga menyadari orang tidak akan melepaskan diri dari sesuatu sampai dia mengalami sendiri bagaimana rasanya terikat dengan sesuatu. Ada aksi sehingga ada reaksi. Dan meditasi dibutuhkan untuk menumbuhkan keterikatan sehingga diharapkan orang dapat menyadari keterikatannya tidak diperlukan sehingga bisa terlepas dari meditasi itu sendiri. Bahwa tujuan pencerahan yang dikejarnya ternyata TIDAK ADA HUBUNGANNYA DENGAN METODA SELAIN DENGAN DIRINYA SENDIRI. Dirinyalah yang menganggap belum cerah sehingga diperlukan suatu metoda (meditasi) sampai dia menyadari bahwa ketidakcerahannya hanyalah sebuah peran yang dia buat/ciptakan sendiri. Bahwa dia menyadari dengan mudah melepas peran tidak cerahnya dan mengganti menjadi peran pencerahan JIKA PERLU. Seperti yang sedang saya lakukan saat ini. Bila di lain waktu misalnya saya merasa lagi diri saya kehilangan/tidak puas dengan pencerahan saya, maka berarti saya sedang memerankan lagi peran tidak cerah saya, yang mungkin saja saya ketika itu nantinya mencari lagi guru seperti seorang Vincent/Hudoyo/dll untuk bisa mendapatkan lagi peran cerah saya. Kompatiologi adalah ilmu komunikasi empati. Artinya belajar bagaimana dapat merasakan langsung ke realitas sesungguhnya. Baik itu ke diri sendiri/orang lain, mahluk hidup lain, maupun sampai ke benda mati. Bagaimana cara merasakan langsung? Inilah alasan kami (terutama Vincent Liong) menciptakan metoda dekonstruksi. Dimana melalui praktik dekons orang lain kita dorong mengalami sendiri realitas sesungguhnya langsung dari yang dia rasakan. Salah satu contoh praktiknya adalah kegiatan mencicipi rasa teh hijau, dimana rasa tak pernah bohong. Menebak isi buku, dimana tebakan adalah kontak LANGSUNG dengan dirinya tanpa alur logika atau olah pikir, dlsb, yang sedang dalam tahap pengembangan dan penelitian oleh para praktisi kompatiologi. Jadi intinya dekonstruksi adalah mendorong seseorang untuk merasakan langsung dalam konteks praktik kehidupan sehari-hari (minum dan tebak rasa teh hijau, tebak buku, tebak perasaan orang lain, tebak musik adalah kegiatan sehari-hari bukan?) tanpa memakai olah pikir atau logika. Yang biasanya orang tersebut akan mengalami keterkejutan/ estascy/ kesadaran yang tiba-tiba/ suka-cita ketika bersentuhan kembali dengan realitas KETIKA SEDANG BERMAIN TEBAK-TEBAKAN TERSEBUT. Bayangkan saja kesadaran yang didapat ketika menyadari bahwa selama ini sudah terlalu lama hidup dalam penyangkalan arus informasi dari realitas. Bahwa kehidupan ternyata tidak semonoton/ semenderita seperti yang diperkirakan olehnya sebelumnya. Ternyata kehidupan dapat dinikmati SEPENUHNYA tanpa rasa khawatir dan dengan perasaan bebas BAHWA MENGALAMI KEHIDUPAN APA-ADANYA JAUH LEBIH MENGASYIKKAN DARIPADA MENYANGKAL REALITAS DEMI CITRA/ JATI DIRI. Jati/citra diri orang tersebut tentu harus dilepaskan dahulu sebelum dia dapat bermain tebakan dengan baik. Jika dia masih jaim, tentu dia akan merasakan rasa bersalah, rasa menipu ketika mencoba menebak sesuatu. Ketika menebak itulah dia dihadapkan pada pilihan-pilihan, berbohong?/ menipu?/ tebak apa-adanya?/ asal bapak senang?/ melogikakan?, dsb, yang tentu saja kita dorong sampai dia bisa menebak/mendapatkan informasi dari MEMORI/ MEME/ INFORMASI NON VERBAL/ SUASANA sehingga dia belajar untuk menjadi TERHUBUNG dengan realitas. Nah ketika dirinya dapat terhubung dengan realitas itulah berarti dia mulai bisa berempati setidaknya dengan dirinya, artinya dapat mengalirkan perasaan-perasaannya saat informasi non verbal mulai dapat masuk dan mengalir ke dalam dirinya. Saat itu perasaan yang masih dipendam/ ditahan akhirnya dimengerti tidak perlu dipendam lagi akibat bingung/ takut/ sedang dicari solusinya melainkan menyadari bahwa perasaan negatif itu dapat dicuci/dialirkan/diharmoniskan dengan realitas alam sehingga diharapkan mendapatkan sudut pandang yang lebih luas dikarenakan hal-hal/informasi yang positif dari alam dapat diserap oleh dirinya. Sehingga dalam prosesnya, akhirnya dia menyadari bahwa perasaan dalam dirinya adalah berasal dari cara dia memfilter informasi nonverbal/ perasaan/ suasana dari realitas, dan pada akhirnya dia malah menghubungkan total perasaannya dengan realitas sehingga apapun perasaan yang dia alami bisa terus dialirkan sehingga tidak ada tumpukan perasaan negatif yang tidak perlu. Sebagai contoh, saya MARAH/SEBAL dengan pak Hudoyo, yah saya ungkapkan saja di milis ini sehingga saya menjadi puas. Saya tidak masalah dengan citra/jati diri saya di milis, karena saya sudah mengalami KETERHUBUNGAN dengan realitas jauh lebih menyenangkan/ mendamaikan dibandingkan dengan menjaga citra/ jati diri saya dihadapan anda semua. Jikapun misalnya saya tidak bisa menyalurkan melalui milis, maka saya tetap tidak lari dari perasaan marah saya. Saya tetap akan membiarkan diri saya mengalami marah/ kesal sampai benar-benar puas kalau perlu dicari-cari apakah masih ada kemarahan yang tersisa untuk dikeluarkan/dialirkan (bisa saja tidak perlu sampai berwujud fisik, tidak perlu seperti yang saya lakukan di milis [EMAIL PROTECTED] dengan pak Hudoyo). Mengapa saya bisa mengalirkan perasaan-perasaan saya? Itulah, karena saya sudah terbiasa menebak/ terhubung dengan diri/ realitas, yang saat ini saya bisa merasakan LANGSUNG suasana/ meme/ memori apapun dimanapun begitu saja karena dan ketika saya tidak sedang menyangkal. Jika anda dan yang lainnya ingin mengetahui lebih jauh dengan mengalami sendiri praktik dekons, maka silahkan menghubungi saya di CDMA : 021-6881 2660. Jika masih ada pertanyaan saya tunggu komentar/pertanyaan dari anda dan yang lainnya. Terimakasih. Salam, Adhi Purwono --------------------------------- Looking for earth-friendly autos? Browse Top Cars by "Green Rating" at Yahoo! Autos' Green Center.