Re: [Forum-Pembaca-KOMPAS] CARA Kita Milih Presiden
Yang nulis sih biasa-biasa aja. Yang cerdas itu yang ngomentari. Hidup Jajang...! Salam! --- On Thu, 11/20/08, jajang c noer [EMAIL PROTECTED] wrote: From: jajang c noer [EMAIL PROTECTED] Subject: Re: [Forum-Pembaca-KOMPAS] CARA Kita Milih Presiden To: Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com Date: Thursday, November 20, 2008, 10:32 AM gila. gue ampe ketawa ngakak lho 'dhie, baca ini. ber-kali2. sederhana, tapi dalam. dan penting. --- On Wed, 11/19/08, Adhie Massardi massardispoke@ yahoo.com wrote: From: Adhie Massardi massardispoke@ yahoo.com Subject: [Forum-Pembaca- KOMPAS] CARA Kita Milih Presiden To: Forum-Pembaca- [EMAIL PROTECTED] ps.com CARA INDONESIA MILIH PRESIDEN Oleh Adhie M Massardi NARTI, nama sebenarnya, pernah bekerja di rumah saya sebagai pembantu rumah tangga. Meskipun sering “telmi� (telat mikir), perempuan asal Pacitan umur 30-an ini rajin bekerja dan lumayan rapi. Suatu hari, seminggu setelah terima gaji, di tangannya tergenggam telepon selular merk Nokia. Tiga minggu kemudian, HP-nya sudah ganti Samsung. Setelah gajian bulan berikutnya, yang digenggamnya HP merk Sony Ericsson. “Busyet, ini pembantu hobinya ganti-ganti handphone…!� Ini komentar istri saya. Anda pasti juga sepakat dengan istri saya. Tapi saya tidak. Naluri wartawan menuntun saya untuk bertanya soal gonta-ganti HP itu. Dan inilah jawaban orang Pacitan itu: “Saya dibohongi teman-teman terus, Pak. Waktu mau beli HP saya tanya sama Mawut (pembantu rumah sebelah; AMM). Katanya yang bagus itu Nokia kayak punya dia. Awet gak pernah rusak. Nyatanya baru seminggu sudah sering ngadat. Lha, Si Man sopirnya Bapak, ngasih tahu suruh ganti Samsung. Lebih murah dan kualitas sama bagusnya. Tapi nyatanya belum dua minggu sudah rusak. Makanya sekarang saya ganti Sony Ericsson sesuai saran kakak saya….� Benar, tak sampai seminggu, HP Narti rusak lagi. Dan ia akhirnya memilih tidak ikut-ikutan bergaya seperti teman-temannya, yang gajinya banyak dihabiskan buat beli pulsa. Itulah gaya hidup para pembantu rumah tangga sekarang. Biar tekor, yang penting bisa komunikasi terus dengan keluarga dan teman-teman di kampung. Tapi kenapa Narti gonta-ganti Handphone? Ini jawabannya: Dia belum paham bagaimana memperlakukan alat komunikasi canggih tapi ringkih itu. Kalau menyuci piring ditaruh di kantong depan sehingga sering kecipratan air. Saat menge-charge batere bisa dari siang hingga esok pagi, bahkan besok siangnya. Akibatnya batere jadi sering ngedrop. Maka HP jenis apa pun akan lekas jebol dipakai Narti. Tapi dia pikir karena merknya. Itu sebabnya jalan keluarnya yang dia ambil: ganti merk HP. Narti tidak sendirian. Orang seperti Narti di negeri ini banyak banget. Mayoritas anggota DPR cara berpikirnya juga seperti Narti itu. Akibatnya memang jadi lebih parah. Sebab cara berpikir “ganti merk� – dan bukan mengubah perilaku -- juga diterapkan untuk menentukan orang No 1 di negeri ini. Kita masih ingat. Agar tidak jadi seperti Bung Karno yang presiden seumur hidup, dibuatlah aturan presiden dipilih MPR lima tahun sekali. Karena MPR-nya dikendalikan presiden, setiap lima tahun yang kepilih Soeharto lagi, Soeharto lagi. Ini akibat sistemnya yang executive heavy alias terlalu dominannya kekuatan eksekutif. Ini kesimpulan mereka di DPR pasca Soeharto lengser. Setelah disela BJ Habibie, bandul dipindah ke legislatif. Mereka lalu milih Gus Dur dengan merdeka sebagai presiden. Ketika ada masalah, legislatif menggoyang-goyang kursi Gus Dur. Presdien pun jatuh. Lho…? Kok gampang banget ya presiden dijatuhkan? Mereka bingung sendiri. Agar presiden tidak gampang digoyang, dibuatlah merk baru: “presiden pilihan rakyat�. Sialnya, yang pertama kepilih rakyat Soesilo Bambang Yudhoyono. Orang yang sulit bikin keputusan. Membentuk kabinet saja harus mengakomodasi orang parpol karena partainya sendiri ukuran sedang-sedang saja. Agar tidak terulang kasus terpilihnya “presiden ragu-ragu�, dibuatlah syarat dukungan “20 persen kursi DPR� atawa “25 persen suara hasil pemilu� yang tidak jelas logikanya itu. Mudah dibayangkan presiden macam apa yang bakal dihasilkan pilpres 2009 bila cara memilihnya menggunakan logika bekas pembantu di rumah saya itu. Hanya ganti merk tapi perilakunya tetap. Nyari presiden kok kayak nyari handphone. Tergantung gimana bunyi iklannya. [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [Forum-Pembaca-KOMPAS] CARA Kita Milih Presiden
Kalau gaji anggota DPR dipakai buat nyekolahin Narti dan teman-temannya sehingga mereka menjadi semakin pandai, saya yakin Indonesia akan jadi semakin baik dan maju, karena orang semacam itu tidak memikirkan dirinya sendiri saja, tetapi juga memikirkan kepentingan orang lain. Dari pengamatan saya kalau lagi naik angkot dan nongkrong sambil makan di warung-warung makan ala kadarnya di pinggiran mal atau perkantoran, orang-orang semacam Narti itu banyak ditemukan, cuma sayangnya karena pendidikan, modal dan akses terbatas, ya jadi mereka tidak bisa jadi orang besar yang memimpin atau mengatur hajat hidup orang banyak dan mereka hidup dibawah tekanan orang lain. Semoga saja para caleg generasi muda seperti Budiman Sudjatmiko, Fadjroel Rahman, Yuddi Chrisnadi, dkk bisa tetap konsisten bila mereka sudah duduk di gedung hijau yang baru direnovasi pake uang rakyat (meskipun sebenarnya gak perlu direnovasi, karena masih banyak korban Lapindo Brantas yang ga jelas nasibnya), mereka masih tetap konsisten dan tidak terbawa arus menyengsarakan rakyat kecil. Salam, SSS
Re: [Forum-Pembaca-KOMPAS] CARA Kita Milih Presiden
gila. gue ampe ketawa ngakak lho 'dhie, baca ini. ber-kali2. sederhana, tapi dalam. dan penting. --- On Wed, 11/19/08, Adhie Massardi [EMAIL PROTECTED] wrote: From: Adhie Massardi [EMAIL PROTECTED] Subject: [Forum-Pembaca-KOMPAS] CARA Kita Milih Presiden To: Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com CARA INDONESIA MILIH PRESIDEN Oleh Adhie M Massardi NARTI, nama sebenarnya, pernah bekerja di rumah saya sebagai pembantu rumah tangga. Meskipun sering “telmi” (telat mikir), perempuan asal Pacitan umur 30-an ini rajin bekerja dan lumayan rapi. Suatu hari, seminggu setelah terima gaji, di tangannya tergenggam telepon selular merk Nokia. Tiga minggu kemudian, HP-nya sudah ganti Samsung. Setelah gajian bulan berikutnya, yang digenggamnya HP merk Sony Ericsson. “Busyet, ini pembantu hobinya ganti-ganti handphone…!” Ini komentar istri saya. Anda pasti juga sepakat dengan istri saya. Tapi saya tidak. Naluri wartawan menuntun saya untuk bertanya soal gonta-ganti HP itu. Dan inilah jawaban orang Pacitan itu: “Saya dibohongi teman-teman terus, Pak. Waktu mau beli HP saya tanya sama Mawut (pembantu rumah sebelah; AMM). Katanya yang bagus itu Nokia kayak punya dia. Awet gak pernah rusak. Nyatanya baru seminggu sudah sering ngadat. Lha, Si Man sopirnya Bapak, ngasih tahu suruh ganti Samsung. Lebih murah dan kualitas sama bagusnya. Tapi nyatanya belum dua minggu sudah rusak. Makanya sekarang saya ganti Sony Ericsson sesuai saran kakak saya….” Benar, tak sampai seminggu, HP Narti rusak lagi. Dan ia akhirnya memilih tidak ikut-ikutan bergaya seperti teman-temannya, yang gajinya banyak dihabiskan buat beli pulsa. Itulah gaya hidup para pembantu rumah tangga sekarang. Biar tekor, yang penting bisa komunikasi terus dengan keluarga dan teman-teman di kampung. Tapi kenapa Narti gonta-ganti Handphone? Ini jawabannya: Dia belum paham bagaimana memperlakukan alat komunikasi canggih tapi ringkih itu. Kalau menyuci piring ditaruh di kantong depan sehingga sering kecipratan air. Saat menge-charge batere bisa dari siang hingga esok pagi, bahkan besok siangnya. Akibatnya batere jadi sering ngedrop. Maka HP jenis apa pun akan lekas jebol dipakai Narti. Tapi dia pikir karena merknya. Itu sebabnya jalan keluarnya yang dia ambil: ganti merk HP. Narti tidak sendirian. Orang seperti Narti di negeri ini banyak banget. Mayoritas anggota DPR cara berpikirnya juga seperti Narti itu. Akibatnya memang jadi lebih parah. Sebab cara berpikir “ganti merk” – dan bukan mengubah perilaku -- juga diterapkan untuk menentukan orang No 1 di negeri ini. Kita masih ingat. Agar tidak jadi seperti Bung Karno yang presiden seumur hidup, dibuatlah aturan presiden dipilih MPR lima tahun sekali. Karena MPR-nya dikendalikan presiden, setiap lima tahun yang kepilih Soeharto lagi, Soeharto lagi. Ini akibat sistemnya yang executive heavy alias terlalu dominannya kekuatan eksekutif. Ini kesimpulan mereka di DPR pasca Soeharto lengser. Setelah disela BJ Habibie, bandul dipindah ke legislatif. Mereka lalu milih Gus Dur dengan merdeka sebagai presiden. Ketika ada masalah, legislatif menggoyang-goyang kursi Gus Dur. Presdien pun jatuh. Lho…? Kok gampang banget ya presiden dijatuhkan? Mereka bingung sendiri. Agar presiden tidak gampang digoyang, dibuatlah merk baru: “presiden pilihan rakyat”. Sialnya, yang pertama kepilih rakyat Soesilo Bambang Yudhoyono. Orang yang sulit bikin keputusan. Membentuk kabinet saja harus mengakomodasi orang parpol karena partainya sendiri ukuran sedang-sedang saja. Agar tidak terulang kasus terpilihnya “presiden ragu-ragu”, dibuatlah syarat dukungan “20 persen kursi DPR” atawa “25 persen suara hasil pemilu” yang tidak jelas logikanya itu. Mudah dibayangkan presiden macam apa yang bakal dihasilkan pilpres 2009 bila cara memilihnya menggunakan logika bekas pembantu di rumah saya itu. Hanya ganti merk tapi perilakunya tetap. Nyari presiden kok kayak nyari handphone. Tergantung gimana bunyi iklannya.
Re: [Forum-Pembaca-KOMPAS] CARA Kita Milih Presiden
orang awam pasti gak ngerti deh... berarti awalnya harus dari DPR... mundur lagi...ke partai... harusnya gak sembarang orang bisa jadi anggota partai. dengan jabatan yang mengarah ke DPR/DPRD... harus diseleksi dulu di sini satu artis jadi bupati ...artis yang lain ikut2an... kalau punya pengalaman di kancah politik sih gak apa-apa.. dari sinetron ke pemerintahan.mana nyambung? sekarang siapa yang salah kalo presidennya gak bisa mimpin? iklannya yang terlalu muluk2 kah? maksudnya waktu kampanye semuanya serba indah dan nampak gampang mengatur negara... setelah jadi presiden, mau bikin satu mimpi jadi kenyataan aja susah bener.. ataukah rakyat yang terlalu menuntut maunya serba sempurna? serba cepat? --- On Thu, 11/20/08, jajang c noer [EMAIL PROTECTED] wrote: From: jajang c noer [EMAIL PROTECTED] Subject: Re: [Forum-Pembaca-KOMPAS] CARA Kita Milih Presiden To: Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com Date: Thursday, November 20, 2008, 1:32 PM gila. gue ampe ketawa ngakak lho 'dhie, baca ini. ber-kali2. sederhana, tapi dalam. dan penting. --- On Wed, 11/19/08, Adhie Massardi massardispoke@ yahoo.com wrote: From: Adhie Massardi massardispoke@ yahoo.com Subject: [Forum-Pembaca- KOMPAS] CARA Kita Milih Presiden To: Forum-Pembaca- [EMAIL PROTECTED] ps.com CARA INDONESIA MILIH PRESIDEN Oleh Adhie M Massardi NARTI, nama sebenarnya, pernah bekerja di rumah saya sebagai pembantu rumah tangga. Meskipun sering “telmi� (telat mikir), perempuan asal Pacitan umur 30-an ini rajin bekerja dan lumayan rapi. Suatu hari, seminggu setelah terima gaji, di tangannya tergenggam telepon selular merk Nokia. Tiga minggu kemudian, HP-nya sudah ganti Samsung. Setelah gajian bulan berikutnya, yang digenggamnya HP merk Sony Ericsson. “Busyet, ini pembantu hobinya ganti-ganti handphone…!� Ini komentar istri saya. Anda pasti juga sepakat dengan istri saya. Tapi saya tidak. Naluri wartawan menuntun saya untuk bertanya soal gonta-ganti HP itu. Dan inilah jawaban orang Pacitan itu: “Saya dibohongi teman-teman terus, Pak. Waktu mau beli HP saya tanya sama Mawut (pembantu rumah sebelah; AMM). Katanya yang bagus itu Nokia kayak punya dia. Awet gak pernah rusak. Nyatanya baru seminggu sudah sering ngadat. Lha, Si Man sopirnya Bapak, ngasih tahu suruh ganti Samsung. Lebih murah dan kualitas sama bagusnya. Tapi nyatanya belum dua minggu sudah rusak. Makanya sekarang saya ganti Sony Ericsson sesuai saran kakak saya….� Benar, tak sampai seminggu, HP Narti rusak lagi. Dan ia akhirnya memilih tidak ikut-ikutan bergaya seperti teman-temannya, yang gajinya banyak dihabiskan buat beli pulsa. Itulah gaya hidup para pembantu rumah tangga sekarang. Biar tekor, yang penting bisa komunikasi terus dengan keluarga dan teman-teman di kampung. Tapi kenapa Narti gonta-ganti Handphone? Ini jawabannya: Dia belum paham bagaimana memperlakukan alat komunikasi canggih tapi ringkih itu. Kalau menyuci piring ditaruh di kantong depan sehingga sering kecipratan air. Saat menge-charge batere bisa dari siang hingga esok pagi, bahkan besok siangnya. Akibatnya batere jadi sering ngedrop. Maka HP jenis apa pun akan lekas jebol dipakai Narti. Tapi dia pikir karena merknya. Itu sebabnya jalan keluarnya yang dia ambil: ganti merk HP. Narti tidak sendirian. Orang seperti Narti di negeri ini banyak banget. Mayoritas anggota DPR cara berpikirnya juga seperti Narti itu. Akibatnya memang jadi lebih parah. Sebab cara berpikir “ganti merk� – dan bukan mengubah perilaku -- juga diterapkan untuk menentukan orang No 1 di negeri ini. Kita masih ingat. Agar tidak jadi seperti Bung Karno yang presiden seumur hidup, dibuatlah aturan presiden dipilih MPR lima tahun sekali. Karena MPR-nya dikendalikan presiden, setiap lima tahun yang kepilih Soeharto lagi, Soeharto lagi. Ini akibat sistemnya yang executive heavy alias terlalu dominannya kekuatan eksekutif. Ini kesimpulan mereka di DPR pasca Soeharto lengser. Setelah disela BJ Habibie, bandul dipindah ke legislatif. Mereka lalu milih Gus Dur dengan merdeka sebagai presiden. Ketika ada masalah, legislatif menggoyang-goyang kursi Gus Dur. Presdien pun jatuh. Lho…? Kok gampang banget ya presiden dijatuhkan? Mereka bingung sendiri. Agar presiden tidak gampang digoyang, dibuatlah merk baru: “presiden pilihan rakyat�. Sialnya, yang pertama kepilih rakyat Soesilo Bambang Yudhoyono. Orang yang sulit bikin keputusan. Membentuk kabinet saja harus mengakomodasi orang parpol karena partainya sendiri ukuran sedang-sedang saja. Agar tidak terulang kasus terpilihnya “presiden ragu-ragu�, dibuatlah syarat dukungan “20 persen kursi DPR� atawa “25 persen suara hasil pemilu� yang tidak jelas logikanya itu. Mudah dibayangkan presiden macam apa yang bakal dihasilkan pilpres 2009 bila cara memilihnya menggunakan logika bekas pembantu di rumah saya itu. Hanya ganti merk tapi perilakunya tetap
Re: [Forum-Pembaca-KOMPAS] CARA Kita Milih Presiden
Kang Adhi bisa saja bikin personifikasi, tapi cerdas dan mengena. Salut, Kang! Pada 21 November 2008 01:32, jajang c noer [EMAIL PROTECTED] menulis: gila. gue ampe ketawa ngakak lho 'dhie, baca ini. ber-kali2. sederhana, tapi dalam. dan penting. --- On Wed, 11/19/08, Adhie Massardi [EMAIL PROTECTED]massardispoke%40yahoo.com wrote: From: Adhie Massardi [EMAIL PROTECTED]massardispoke%40yahoo.com Subject: [Forum-Pembaca-KOMPAS] CARA Kita Milih Presiden To: Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.comForum-Pembaca-Kompas%40yahoogroups.com CARA INDONESIA MILIH PRESIDEN Oleh Adhie M Massardi NARTI, nama sebenarnya, pernah bekerja di rumah saya sebagai pembantu rumah tangga. Meskipun sering telmi (telat mikir), perempuan asal Pacitan umur 30-an ini rajin bekerja dan lumayan rapi. Suatu hari, seminggu setelah terima gaji, di tangannya tergenggam telepon selular merk Nokia. Tiga minggu kemudian, HP-nya sudah ganti Samsung. Setelah gajian bulan berikutnya, yang digenggamnya HP merk Sony Ericsson. Busyet, ini pembantu hobinya ganti-ganti handphone ! Ini komentar istri saya. Anda pasti juga sepakat dengan istri saya. Tapi saya tidak. Naluri wartawan menuntun saya untuk bertanya soal gonta-ganti HP itu. Dan inilah jawaban orang Pacitan itu: Saya dibohongi teman-teman terus, Pak. Waktu mau beli HP saya tanya sama Mawut (pembantu rumah sebelah; AMM). Katanya yang bagus itu Nokia kayak punya dia. Awet gak pernah rusak. Nyatanya baru seminggu sudah sering ngadat. Lha, Si Man sopirnya Bapak, ngasih tahu suruh ganti Samsung. Lebih murah dan kualitas sama bagusnya. Tapi nyatanya belum dua minggu sudah rusak. Makanya sekarang saya ganti Sony Ericsson sesuai saran kakak saya . Benar, tak sampai seminggu, HP Narti rusak lagi. Dan ia akhirnya memilih tidak ikut-ikutan bergaya seperti teman-temannya, yang gajinya banyak dihabiskan buat beli pulsa. Itulah gaya hidup para pembantu rumah tangga sekarang. Biar tekor, yang penting bisa komunikasi terus dengan keluarga dan teman-teman di kampung. Tapi kenapa Narti gonta-ganti Handphone? Ini jawabannya: Dia belum paham bagaimana memperlakukan alat komunikasi canggih tapi ringkih itu. Kalau menyuci piring ditaruh di kantong depan sehingga sering kecipratan air. Saat menge-charge batere bisa dari siang hingga esok pagi, bahkan besok siangnya. Akibatnya batere jadi sering ngedrop. Maka HP jenis apa pun akan lekas jebol dipakai Narti. Tapi dia pikir karena merknya. Itu sebabnya jalan keluarnya yang dia ambil: ganti merk HP. Narti tidak sendirian. Orang seperti Narti di negeri ini banyak banget. Mayoritas anggota DPR cara berpikirnya juga seperti Narti itu. Akibatnya memang jadi lebih parah. Sebab cara berpikir ganti merk dan bukan mengubah perilaku -- juga diterapkan untuk menentukan orang No 1 di negeri ini. Kita masih ingat. Agar tidak jadi seperti Bung Karno yang presiden seumur hidup, dibuatlah aturan presiden dipilih MPR lima tahun sekali. Karena MPR-nya dikendalikan presiden, setiap lima tahun yang kepilih Soeharto lagi, Soeharto lagi. Ini akibat sistemnya yang executive heavy alias terlalu dominannya kekuatan eksekutif. Ini kesimpulan mereka di DPR pasca Soeharto lengser. Setelah disela BJ Habibie, bandul dipindah ke legislatif. Mereka lalu milih Gus Dur dengan merdeka sebagai presiden. Ketika ada masalah, legislatif menggoyang-goyang kursi Gus Dur. Presdien pun jatuh. Lho ? Kok gampang banget ya presiden dijatuhkan? Mereka bingung sendiri. Agar presiden tidak gampang digoyang, dibuatlah merk baru: presiden pilihan rakyat. Sialnya, yang pertama kepilih rakyat Soesilo Bambang Yudhoyono. Orang yang sulit bikin keputusan. Membentuk kabinet saja harus mengakomodasi orang parpol karena partainya sendiri ukuran sedang-sedang saja. Agar tidak terulang kasus terpilihnya presiden ragu-ragu, dibuatlah syarat dukungan 20 persen kursi DPR atawa 25 persen suara hasil pemilu yang tidak jelas logikanya itu. Mudah dibayangkan presiden macam apa yang bakal dihasilkan pilpres 2009 bila cara memilihnya menggunakan logika bekas pembantu di rumah saya itu. Hanya ganti merk tapi perilakunya tetap. Nyari presiden kok kayak nyari handphone. Tergantung gimana bunyi iklannya. [Non-text portions of this message have been removed] = Pojok Milis FPK [Forum Pembaca KOMPAS] : 1.Milis FPK dibuat dan diurus oleh pembaca setia KOMPAS 2.Topik bahasan disarankan bersumber dari http://cetak.kompas.com/ dan http://kompas.com/ 3.Moderator berhak memuat,menolak dan mengedit E-mail sebelum diteruskan ke anggota 4.Moderator E-mail: [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED] 5.Untuk bergabung: [EMAIL PROTECTED] KOMPAS LINTAS GENERASI = Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web
Re: [Forum-Pembaca-KOMPAS] CARA Kita Milih Presiden
Mungkin inilah learning process yg hrs kita lewati dlm proses berbangsa dan bernegara. Ada biaya yg hrs dibayar.. Calon2 presiden yg berkualitas bagus blm tentu bs naik krn tdk punya mobil politik yg canggih, dan sebaliknya. Angota DPR yg seharusnya mengedepankan dan memperjuangkan kepentingan rakyat terpaksa hrs pandai2 'mengelola' kepentingan partai dan dirinya krn investasinya utk msk senayan sedemikian besar... Wuihh pusing juga. Semua gara2 Narti sihhh.. Paling gampang kan cari siapa yg salah. Masalahnya dinegeri ini temennya Narti banyak sekali, kl tdk bisa dibilang mayoritas. Saya salut dg PDIP yg sangat cerdas menggarap kelompok mayoritas ini dg iklannya (program sembako murah) yg sangat membumi, sederhana, dan mengena utk kelompok mayoritas ini. Saya tdk akan heran kl PDIP mendulang suara cukup besar dan bu Mega naik lagi. Kecuali kl mbak Narti sdh naik kelas alias lbh pinter... AW Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...! -Original Message- From: jenny tampi [EMAIL PROTECTED] Date: Thu, 20 Nov 2008 17:20:31 To: Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com Subject: Re: [Forum-Pembaca-KOMPAS] CARA Kita Milih Presiden orang awam pasti gak ngerti deh... berarti awalnya harus dari DPR... mundur lagi...ke partai... harusnya gak sembarang orang bisa jadi anggota partai. dengan jabatan yang mengarah ke DPR/DPRD... harus diseleksi dulu di sini satu artis jadi bupati ...artis yang lain ikut2an... kalau punya pengalaman di kancah politik sih gak apa-apa.. dari sinetron ke pemerintahan.mana nyambung? sekarang siapa yang salah kalo presidennya gak bisa mimpin? iklannya yang terlalu muluk2 kah? maksudnya waktu kampanye semuanya serba indah dan nampak gampang mengatur negara... setelah jadi presiden, mau bikin satu mimpi jadi kenyataan aja susah bener.. ataukah rakyat yang terlalu menuntut maunya serba sempurna? serba cepat?
[Forum-Pembaca-KOMPAS] CARA Kita Milih Presiden
Di bawah ini artikel tulisan saya yang dimuat di tabloid Indonesia Monitor pekan ini. Semoga bermanfaat. Salam. CARA INDONESIA MILIH PRESIDEN Oleh Adhie M Massardi NARTI, nama sebenarnya, pernah bekerja di rumah saya sebagai pembantu rumah tangga. Meskipun sering telmi (telat mikir), perempuan asal Pacitan umur 30-an ini rajin bekerja dan lumayan rapi. Suatu hari, seminggu setelah terima gaji, di tangannya tergenggam telepon selular merk Nokia. Tiga minggu kemudian, HP-nya sudah ganti Samsung. Setelah gajian bulan berikutnya, yang digenggamnya HP merk Sony Ericsson. Busyet, ini pembantu hobinya ganti-ganti handphone ! Ini komentar istri saya. Anda pasti juga sepakat dengan istri saya. Tapi saya tidak. Naluri wartawan menuntun saya untuk bertanya soal gonta-ganti HP itu. Dan inilah jawaban orang Pacitan itu: Saya dibohongi teman-teman terus, Pak. Waktu mau beli HP saya tanya sama Mawut (pembantu rumah sebelah; AMM). Katanya yang bagus itu Nokia kayak punya dia. Awet gak pernah rusak. Nyatanya baru seminggu sudah sering ngadat. Lha, Si Man sopirnya Bapak, ngasih tahu suruh ganti Samsung. Lebih murah dan kualitas sama bagusnya. Tapi nyatanya belum dua minggu sudah rusak. Makanya sekarang saya ganti Sony Ericsson sesuai saran kakak saya . Benar, tak sampai seminggu, HP Narti rusak lagi. Dan ia akhirnya memilih tidak ikut-ikutan bergaya seperti teman-temannya, yang gajinya banyak dihabiskan buat beli pulsa. Itulah gaya hidup para pembantu rumah tangga sekarang. Biar tekor, yang penting bisa komunikasi terus dengan keluarga dan teman-teman di kampung. Tapi kenapa Narti gonta-ganti Handphone? Ini jawabannya: Dia belum paham bagaimana memperlakukan alat komunikasi canggih tapi ringkih itu. Kalau menyuci piring ditaruh di kantong depan sehingga sering kecipratan air. Saat menge-charge batere bisa dari siang hingga esok pagi, bahkan besok siangnya. Akibatnya batere jadi sering ngedrop. Maka HP jenis apa pun akan lekas jebol dipakai Narti. Tapi dia pikir karena merknya. Itu sebabnya jalan keluarnya yang dia ambil: ganti merk HP. Narti tidak sendirian. Orang seperti Narti di negeri ini banyak banget. Mayoritas anggota DPR cara berpikirnya juga seperti Narti itu. Akibatnya memang jadi lebih parah. Sebab cara berpikir ganti merk dan bukan mengubah perilaku -- juga diterapkan untuk menentukan orang No 1 di negeri ini. Kita masih ingat. Agar tidak jadi seperti Bung Karno yang presiden seumur hidup, dibuatlah aturan presiden dipilih MPR lima tahun sekali. Karena MPR-nya dikendalikan presiden, setiap lima tahun yang kepilih Soeharto lagi, Soeharto lagi. Ini akibat sistemnya yang executive heavy alias terlalu dominannya kekuatan eksekutif. Ini kesimpulan mereka di DPR pasca Soeharto lengser. Setelah disela BJ Habibie, bandul dipindah ke legislatif. Mereka lalu milih Gus Dur dengan merdeka sebagai presiden. Ketika ada masalah, legislatif menggoyang-goyang kursi Gus Dur. Presdien pun jatuh. Lho ? Kok gampang banget ya presiden dijatuhkan? Mereka bingung sendiri. Agar presiden tidak gampang digoyang, dibuatlah merk baru: presiden pilihan rakyat. Sialnya, yang pertama kepilih rakyat Soesilo Bambang Yudhoyono. Orang yang sulit bikin keputusan. Membentuk kabinet saja harus mengakomodasi orang parpol karena partainya sendiri ukuran sedang-sedang saja. Agar tidak terulang kasus terpilihnya presiden ragu-ragu, dibuatlah syarat dukungan 20 persen kursi DPR atawa 25 persen suara hasil pemilu yang tidak jelas logikanya itu. Mudah dibayangkan presiden macam apa yang bakal dihasilkan pilpres 2009 bila cara memilihnya menggunakan logika bekas pembantu di rumah saya itu. Hanya ganti merk tapi perilakunya tetap. Nyari presiden kok kayak nyari handphone. Tergantung gimana bunyi iklannya. = Pojok Milis FPK [Forum Pembaca KOMPAS] : 1.Milis FPK dibuat dan diurus oleh pembaca setia KOMPAS 2.Topik bahasan disarankan bersumber dari http://cetak.kompas.com/ dan http://kompas.com/ 3.Moderator berhak memuat,menolak dan mengedit E-mail sebelum diteruskan ke anggota 4.Moderator E-mail: [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED] 5.Untuk bergabung: [EMAIL PROTECTED] KOMPAS LINTAS GENERASI = Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/Forum-Pembaca-Kompas/ * Your email settings: Individual Email | Traditional * To change settings online go to: http://groups.yahoo.com/group/Forum-Pembaca-Kompas/join (Yahoo! ID required) * To change settings via email: mailto:[EMAIL PROTECTED] mailto:[EMAIL PROTECTED] * To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/