Harian Kompas edisi 19 April memuat sebuah artikel tulisan Toto Suprapto tentang kesadaran moral yg menarik. Dia menulis : Kesadaran moral dalam bahasa sehari-hari disebut suara hati. Manusia berkesadaran moral sama dengan mempunyai suara hati. Mereka mempertimbangkan tindakan dengan hati. Atas bimbingan suara hati, muncul keberanian yang membawanya kepada pilihan bernilai.............. Bagi orang bersuara hati, ia akan malu jika melakukan perbuatan tak bermoral. Ia akan malu jika membiarkan ada perbuatan tak bermoral di sekitarnya. Tentu bisa saja dibalik, orang yang suka perbuatan tak bermoral berarti tak bersuara hati. Atau, orang yang membiarkan perbuatan tak bermoral berlangsung di sekitarnya berarti tak bersuara hati. Inilah yang sering disebut ketumpulan suara hati. Ibarat pisau, ketumpulan terjadi karena jarang digunakan atau enggan diasah. Jika tiap tindakan selalu dipertimbangkan dengan suara hati, berarti seseorang sedang mengasah diri untuk menuju keutamaan moral. Manakala suara hati menjadi tumpul, demikian Toto Suprapto, manusia telah kehilangan kesadaran moral. Timbul pertanyaan, apakah suara hati itu memang menjadi tumpul, atau telah diambil alih oleh suara lain? Suara lain itu menindas suara hati dengan justifikasi atau pembenaran agar tidak terjadi konflik batin atau muncul rasa bersalah manakala ada tindakan atau tidak melakukan sesuatu yang bertentangan dengan suara hati. sg
--------------------------------- Ahhh...imagining that irresistible "new car" smell? Check outnew cars at Yahoo! Autos. [Non-text portions of this message have been removed]