Re: [Forum-Pembaca-KOMPAS] Re: Teknologi Jangan Sampai Merusak Batik!!

2009-08-15 Terurut Topik pudimartini

Mbak Siti,
senang mendengar penyetia bathik bercerita.

ada lagi yang lain mBak, yaitu LURIK.
Lurik ini kain khas ATBM yang dulu diproduksi
di Pedan untuk memenuhi kebutuhan pakaian
perang pasukan Mataram Jogja dan Solo ketika
melawan Belanda, Hebring euy logistik jaman dulu.
Kenapa Pedan? Karena dari sisi teori lokasi, itu
adalah jarak yang paling menguntungkan sebagai
traditional supply chain..

Nah, dalam situasi sulit ini secara ekonomi bagi
rakyat paling bawah, Kerajinan ATBM dan Pertanian
adalah sumber kehidupan mereka..Indikator Makro
itu biar menjadi urusannya orang-orang pandai. Yang
rakyat bawah bisa hidup mandiri itu lebih penting.
Oleh karena itu, disamping Bathik, Lurik adalah alternatif
untuk memnghidupkan ekonomi rakyat (mandiri dibidnag
ekonomi) sambil melestarikan budaya lokal (berkepribadian
dibidang budaya). Keduanya akan menjadi penyangga bagi
kelestarian kearifan lokal

Mengapa ATBM atau Alat tenun Bukan Mesin? karena
modalnya tidak besar dan bersifat padat karya. Ada sistem kerja
yang menarik disana, dimana pengrajin merasa bukan obyek
dan potensi koperasi bisa diaktrualisasikan
Demikian banyak kain lokal, yang menjadi cerminan budaya
lokal masing-masing suku bangsa di Nusantara ini, dibuat
dengan ATBM, Slamet Rahardjo bagus sekali telah
mengiklankan itu di acaranya di TVRI. Mungkin campur
\tangan pemerintah tidak perlu langsung yah, misal dengan
dibentuk kementrian Koperasi dan UKM, tetapi melalui
kebijaksanaan, peratiuran dan perundangan. Kalau saya amati,
para pejabat, termasuk presiden selalau berganti pakaian baru
yangs eragam setiap kalai ada cara resmi.Bagaimana kalau itu
dibuat tema dalam rengka menggerakan potensi daerah dan
sekaligus menjadi model untuk menganyam kembali jati diri
bangsa?
.
Dari Sabang sampai Merauke demikian banyak jenis kain
berbasis budaya lokal tersebut yang diolah dengan ATBM,
Saya sedih ketika melihat setiap acara, motif Bathik mendominasi.
Mengapa hanya bathik? mengapa bukan kain dengan budaya
lokalnya? Mengapa di DPR atau MPR mereka tidak berwarna-
warni dengan tenunan daerah yang mencerminkan filosofi bangsa?
Apakah mereka malu dan menganggap bahwa bathik lebih
bergengsi? Seperti nama-nama pemain sepak bola hebat yang
barusan ramai dibicarakan. Pernah membayangkan bahwa
Simson Rumah Pasal dari Pulau Seram? Sebuah pulau kecil
di Indonesia bagian timur yang lokasi dan kondisinya meungkin
tidak terbayangkan oleh anak-anak sekarang? Bisakah peserta
didik sekarang yang ditentukan oleh Unas sebagai tolok ukur
itu bis amenggambar peta buta wilyahnya, wilayah Indonesia
dengan menyebut sungai-sungai besarnya serta tambang-tambang
dan pertanian dan perkebunan yang terkenal disetiap wilayah?
Saya yakin tidak tahu. mengapa? Karena memang dibuat
demikian agar mereka tidak merasa Indoensia, tidak cinta
Indonesia, tidak bangga dengan Indonesia, dan tidak punya
mimpi tentang Indonesia sehingga potensi besar itu tudak
akan menjadi kekuatan yang mebahayakan di kawasan Asia
mengingat geo-politisnya.

Kami sedang membudayakan lurik sebagai pakaian resmi kami
disamping Bathik. ternyata banyak yang terkejut dan tidak tahu. Maka
itulah saatnya untuk berdakwah tentang lurik. Jakarta centrist is over now.
Jangan lagi ada pemikiran dari Jakarta bahwa karena Bali pusat
Pariwisata maka Komodo ditarik ke Bali karena (sebenarnya) disana
ada yang mau menggarap tambangnya..Padahal kelompok masyarakat
Bali juga menolak.Bagaiman nanti kalau kera-kera yang hidup bebas
di Bali menjadi konsumsi Komodo? Pelestarian atau perusakan budaya?
Atau pusat Informasi Majapahit di atas situs Trowulan. Atau menghancurkan
tqanah ulayat di papua demi dolar? Berdayakan daerah untuk berkembang
dan jangan direcoki. UU 22 dan 25, meskipun diakui perlu dikawal
namun itu sudah menajdi awal agar daerah berkembang dengan
kemampuannya. Informasi yang semakin terbuka dan masyarakat
sudah berani menyuarakan hak-haknya serta rembug masyarakat
yang mulai bergeliat tampaknya perlu terus didorong karena Indoensia
itu bukan Jakarta, apalagi Jawa. .


Nusantara ini kaya sekali dengan wisata alam dan budayanya, melebihi
bagian dunia manapun, dan itu menyebar luas sekali dari Sabang sampai
Merauke. Bila tahun ini Wakatobi diklankan besar-besaran, dan kemudian
ada acara Sail Bunaken yang menyedot banyak negara dengan harapan
memasarkan secara tutur tinular atau word of mouth maka demikian
banyak lagi keindahan alam dan budaya itu menyebar di seantero nusantara.
Mungkin, tahun depan dengan tema yang sama bisa ke Raja Empat.
Pesawat-pesawat terbang kecil jenis katalina atau yang bisa mendarat di air
mestinya yang diperbanyak untuk menghubungkan pusat-pusat wisata yang
tersebar itu..Di Ngurah Rai kita sudah melihat keramaian tramnsportasi
menuju pulau-pulau dengan daya tarik masing-masingnya. Bagaimana dengan
pulau-pulau lain? Apa yang dilakukan oleh Pemda NTT yang operasi bersama
dengan Merpati untuk membuat hub disana mungkin bisa menjadi model agar
transportasi ke suatu daerah menjadi pemicu bagi perkembangan 

[Forum-Pembaca-KOMPAS] Re: Teknologi Jangan Sampai Merusak Batik!!

2009-08-13 Terurut Topik Siti S
Yang saya tahu batik itu asalnya dari kata membuat titik dan garis adalah 
kumpulan titik-titik.Kemudian memang ada pakemnya untuk orangtua, untuk 
perkawinan dan yang biasa / boleh dipakai keluarga kraton.Dalam perkembangannya 
memang ada batik yang motif sederhana ( Garut ), mega -mega (cirebon ) , motif 
pengaruh cina ( Lasem ) sampai yang kontemporer. Yang jelas batik ini banyak 
dipengaruhi oleh sejarah dan tempat/ lingkungan batik itu sendiri, namun proses 
batik kan sama ditutup malam/lilin , dicelup, dirorot dan seterusnya.
Saya rasa batik fraktal hanyalah salah satu cara dengan menggunakan hi-tech 
untuk membuat pola atau gambar saja, masalahnya apakah semudah itu diterapkan 
pada produksi batik.

Masalah batik juga terkait dengan selera orang, batik halus yang dikerjakan 
dengan tangan jauh lebih mahal daripada yang printing atau cap. Mengenai 
kesigapan Malaysia yang mempatenkan batik, itu kita harus introspeksi diri 
mengapa selama ini berleha-leha tidak mematenkan lebih dulu ,sekarang ini kan 
era globalisasi yang ketat persaingan.
Saya optimis dengan kreativitas dan keindahan batik Indonesia yang gak 
abis-abisnya, batik tetap diminati masyarakat, tinggal promosi dan 
mempertahankan kualitas serta kecintaan pada budaya bangsa dan melestarikannya 
adalah tugas kita semua.


-- In Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com, Riana Helmi rianahelm...@... 
wrote:

 Batik Indonesia tengah duka cita! Di satu sisi kita berjuang mati-matian 
 dengan promosi ke luar negeri agar batik Indonesia dikenal, dibeli, eksis — 
 eh, kita kecolongan, karena yang mampu membuat hak paten atas batik ternyata 
 justru Malaysia.

 Dan berita yang lebih mengejutkan saya adalah saat peringatan Hari 
 Kebangkitan Teknologi Nasional (Hakteknas). Acara puncaknya diselenggarakan 
 di Ruang Auditorium BPPT, 10 Agustus 2009. Pada acara tersebut Mennegristek, 
 Kusmayanto Kadiman mendemonstrasikan batik fraktal: seni batik melalui pola 
 yang dimodelkan dalam rumus matematika dengan menggunakan teknologi komputer.

 Batik dalam pandangan saya meliputi kesatuan antara motif dan proses. Kita 
 tidak dapat melihat semata-mata motif. Kesatuan inilah yang membuat batik 
 menjadi bernilai adiluhung. Walaupun metode berkembang: dari batik tulis, 
 cap, hingga print, tetapi pakem-pakem batik yang ada tetap dipenuhi.

 Pak Menteri mengatakan batif fraktal sebagai solusi baru. Tetapi saya tidak 
 mengerti apa maksudnya. Apa yang baru disana? Batik fraktal tidak menjadi 
 teknik produksi batik yang lebih cepat dan murah. Yang mengatasi masalah ini 
 adalah batik print, bukan batik fraktal.

 Dalam pandangan saya, batik fraktal hanyalah salah satu bentuk pola visual 
 komputer. Dan ketika saya amati hasil karyanya satu persatu, saya tidak 
 menemukan hal yang indah di sana. Saya tidak tahu apa yang salah. Masa 
 sepotongan gambar yang melengkung-melengkung tidak jelas lalu di gambar di 
 kain bisa kita sebut batik? Ini akan merusak nilai-nilai batik. Seni adalah 
 rasa. Harus ada kreativitas. Masa pembatik disamakan seenak perut dengan 
 robot yang membatik. Jangan-jangan pak Menteri emang ngak ngerti batik.

 Teknologi kok malah merusak budaya si Pak? Pakem-pakem pada batik adalah 
 nilai adiluhung bangsa yang harus kita lestarikan. Bukan dirusak dengan 
 gambar asal-asalan. Sudah kasus Blue Energi, Super Toy, eh sekarang Batik 
 Asalan...  Wajar saja negeri kita ngak maju-maju, wong menteri risetnya aja 
 kayak gini.

 Salam Dari Pekalongan
 Riana Helmi