Bls: [Forum-Pembaca-KOMPAS] Tanggapan terhadap tulisan Fajroel Rahman mengenai bahaya semi otoriterianisme

2009-07-10 Terurut Topik agung sukerti
Bukannya kita sudah tahu semua bahwa Mega dg. PDIPnya dari th 2004 - 2009 telah 
menjadi oposisi, dan saya yakin akan ke-konsisten-an seorang Mega, dg 
kekalahannya pd pemilu ini, ia akan kembali mengambil posisi sbg oposisi, untuk 
melakukan pengecekan dan pengawasan bagi jalannya pemerintahan.

Sudah ada  calon2 muda yang kuat yaitu Bung B S, F Z, Bung Ganjar dan masih 
banyak intelektual dan pejuang muda yang mulai memperlihatkan taring 
keintektualan dan jiwa juang, tinggal kita tunggu Bung Fajroel. Kalau iklim 
demokrasi kita tidak memungkinkan kaum independen untuk maju, kenapa tidak 
mulai memikirkan payung partai politik yang sepaham dan sealiran dengan fikiran 
Bung Fajroel.

Dan Mega telah memberikan lampu hijau bagi langkah kaum muda di dalam tubuh 
PDIP sendiri khan? 

Agung

--- Pada Rab, 8/7/09, Beta beta...@yahoo.com menulis:

Dari: Beta beta...@yahoo.com
Topik: [Forum-Pembaca-KOMPAS] Tanggapan terhadap tulisan Fajroel Rahman 
mengenai bahaya semi otoriterianisme
Kepada: Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com
Tanggal: Rabu, 8 Juli, 2009, 7:20 PM
















  
  Saya terkesan dengan tulisan Fajroel Rahman tanggal 8 Juli mengenai akan 
adanya bahaya semi otoriterianisme. Pagi ini saya mendengar ulasan Redaksi 
Metro TV yang bernada serupa. Besar itu akan bisa terjadi karena kemampuan 
mesin  lembaga politik nantinya untuk melakukan check and balance akan 
dikebiri akibat adanya kekuatan Pemerintahan dan Parlemen dibawah satu koalisi 
kepartaian.  



Terlepas dari baik buruknya hasil Pileg dan Pilpres kemarin, saya melihat 
peringatan Saudara Fajroel dan Metro TV benar adanya. Saat ini kita sudah 
mendapatkan iklim demokrasi dan kebebasan media yang sangat luar biasa yang 
hanya segelintir negara berkembang di dunia memilikinya. Meskipun kebebasan itu 
masih bisa diperjualbelikan , namun kehadiran, pertumbuhan dan perbaikannya 
harus tetap dilakukan. Mahal sekali biaya, jiwa dan pengorbanan yang sudah kita 
lalui selama 35 tahun untuk mendapat iklim ini. 



Jika demokrasi masih ingin tetap dipertahankan, sudah saatnya harus dibangun 
kelompok oposisi yang kuat untuk adanya check and balance. Kehadiran kelompok 
oposisi akan bisa menjaga dan mengawasi apapun bentuk dari Pemerintah dan 
Parlemen yang ada, meski itu semi otoriter. Jangan dilihat oposisi sebagai 
momok yang menakutkan. Di banyak negara, oposisi bisa jadi partner Pemerintah 
yang baik termasuk bagi counterpart Parlemen mereka. 



Sisi lain kelemahan atau kekurangan dari perjalanan demokrasi kita yang 10 
tahun terakhir adalah tidak bisanya ditampilkan pemimpin dan ketokohan kaum 
muda di arena panggung politik. Kehadiran mereka tidak maksimal akibat 
terbatasnya ruang yang diberikan. Jalur independen dimatikan oleh MK 
mengakibatkan stok calon pemimpin harus dari parpol yang sebatas dari yang kita 
lihat kemarin di Pilpres, itupun sudah usia lanjut.



Untuk menghadapi 2014, diperlukan kerja keras menampilkan kaum elite muda di 
panggung politik. Para elite politik yang tua harus minggir dan legowo. 
Indonesia memerlukan ketokohan dan pemimpin kaum muda yang sudah tahan uji dan 
konsisten dengan demokrasi Pancasila serta pro-rakyat. Indonesia tidak 
memerlukan elite muda yang hanya mencari kesenangan duniawi materi dan nafsu 
birahi. Indonesia tidak memerlukan jargon, kedok dan payung aliran agama dan 
nasionalisme yang akhirnya hanya diperjual belikan martabatnya. 



Pola perjuangan kerakyatan seperti yang dilakukan Bambang Sulistomo (Presiden 
Negeri kaum Proletar dan Miskin) perlu ditiru dan menjadi cermin di diri calon 
para pemimpin muda. Indonesia tidak memerlukan elite muda kelas karbitan karena 
warisan dan pengaruh orang tua, terkecuali jika dia bisa tahan uji dan tampil 
dengan kemampuannya sendiri seperti yang diperlihatkan Prabowo. Kita pernah 
memiliki pemimpin muda yang terbaik di negeri ini seperti Yusril Ihza Mahendra, 
namun dengan segala hormatnya kita kehilangan sosok diri yang bersangkutan 
terlepas dari apa latar belakang ceritanya. 



Kepada Saudara Fajroel Rahman, Jack Yanda Ishak, Fadli Zon, Budiman Sudjatmiko, 
Ray Rangkuti dan yang lain, inilah adalah saatnya untuk membuktikan diri anda. 
Kami-kami yang tua ini akan mendorong anda semua yang muda untuk tampil karena 
jika tidak maka di tahun 2014 demokrasi kita akan kepleset.



Wasalam

BETA



[COPAS] JK-Mega Harus Selamatkan Demokrasi dari Semi Otoritarianisme SBY 35 

#9658;  fadjroel rachman 

[COPAS]Rabu, 08 Juli 2009, 17:28:30 WIB

Laporan: Yayan Sopyani al-Hadi



Jakarta, RMOL. Pemerintahan SBY bisa tergelincir ke dalam semi otoriterianisme, 
jika tidak terjadi check and balance.

Demikian disampaikan Ketua Lembaga Pengkajian Demokrasi dan Negara 
Kesejahteraan (Pedoman Indonesia), Fadjroel Rachman, kepada Rakyat Merdeka 
Online beberapa saat lalu (Rabu, 8/7).



Jika SBY menang maka ada kekhawatiran bisa jatuh pada sistem pemerintahan yang 
semi otoriterianistik. Sekarang, Dewan Perwakilan Rakyat (DPR

[Forum-Pembaca-KOMPAS] Tanggapan terhadap tulisan Fajroel Rahman mengenai bahaya semi otoriterianisme

2009-07-09 Terurut Topik Beta
Saya terkesan dengan tulisan Fajroel Rahman tanggal 8 Juli mengenai akan adanya 
bahaya semi otoriterianisme. Pagi ini saya mendengar ulasan Redaksi Metro TV 
yang bernada serupa. Besar itu akan bisa terjadi karena kemampuan mesin  
lembaga politik nantinya untuk melakukan check and balance akan dikebiri 
akibat adanya kekuatan Pemerintahan dan Parlemen dibawah satu koalisi 
kepartaian.  

Terlepas dari baik buruknya hasil Pileg dan Pilpres kemarin, saya melihat 
peringatan Saudara Fajroel dan Metro TV benar adanya. Saat ini kita sudah 
mendapatkan iklim demokrasi dan kebebasan media yang sangat luar biasa yang 
hanya segelintir negara berkembang di dunia memilikinya. Meskipun kebebasan itu 
masih bisa diperjualbelikan, namun kehadiran, pertumbuhan dan perbaikannya 
harus tetap dilakukan. Mahal sekali biaya, jiwa dan pengorbanan yang sudah kita 
lalui selama 35 tahun untuk mendapat iklim ini. 

Jika demokrasi masih ingin tetap dipertahankan, sudah saatnya harus dibangun 
kelompok oposisi yang kuat untuk adanya check and balance. Kehadiran kelompok 
oposisi akan bisa menjaga dan mengawasi apapun bentuk dari Pemerintah dan 
Parlemen yang ada, meski itu semi otoriter. Jangan dilihat oposisi sebagai 
momok yang menakutkan. Di banyak negara, oposisi bisa jadi partner Pemerintah 
yang baik termasuk bagi counterpart Parlemen mereka. 

Sisi lain kelemahan atau kekurangan dari perjalanan demokrasi kita yang 10 
tahun terakhir adalah tidak bisanya ditampilkan pemimpin dan ketokohan kaum 
muda di arena panggung politik. Kehadiran mereka tidak maksimal akibat 
terbatasnya ruang yang diberikan. Jalur independen dimatikan oleh MK 
mengakibatkan stok calon pemimpin harus dari parpol yang sebatas dari yang kita 
lihat kemarin di Pilpres, itupun sudah usia lanjut.

Untuk menghadapi 2014, diperlukan kerja keras menampilkan kaum elite muda di 
panggung politik. Para elite politik yang tua harus minggir dan legowo. 
Indonesia memerlukan ketokohan dan pemimpin kaum muda yang sudah tahan uji dan 
konsisten dengan demokrasi Pancasila serta pro-rakyat. Indonesia tidak 
memerlukan elite muda yang hanya mencari kesenangan duniawi materi dan nafsu 
birahi. Indonesia tidak memerlukan jargon, kedok dan payung aliran agama dan 
nasionalisme yang akhirnya hanya diperjual belikan martabatnya. 

Pola perjuangan kerakyatan seperti yang dilakukan Bambang Sulistomo (Presiden 
Negeri kaum Proletar dan Miskin) perlu ditiru dan menjadi cermin di diri calon 
para pemimpin muda. Indonesia tidak memerlukan elite muda kelas karbitan karena 
warisan dan pengaruh orang tua, terkecuali jika dia bisa tahan uji dan tampil 
dengan kemampuannya sendiri seperti yang diperlihatkan Prabowo. Kita pernah 
memiliki pemimpin muda yang terbaik di negeri ini seperti Yusril Ihza Mahendra, 
namun dengan segala hormatnya kita kehilangan sosok diri yang bersangkutan 
terlepas dari apa latar belakang ceritanya. 

Kepada Saudara Fajroel Rahman, Jack Yanda Ishak, Fadli Zon, Budiman Sudjatmiko, 
Ray Rangkuti dan yang lain, inilah adalah saatnya untuk membuktikan diri anda. 
Kami-kami yang tua ini akan mendorong anda semua yang muda untuk tampil karena 
jika tidak maka di tahun 2014 demokrasi kita akan kepleset.

Wasalam
BETA


[COPAS] JK-Mega Harus Selamatkan Demokrasi dari Semi Otoritarianisme SBY 35 
#9658;  fadjroel rachman 
[COPAS]Rabu, 08 Juli 2009, 17:28:30 WIB
Laporan: Yayan Sopyani al-Hadi

Jakarta, RMOL. Pemerintahan SBY bisa tergelincir ke dalam semi otoriterianisme, 
jika tidak terjadi check and balance.
Demikian disampaikan Ketua Lembaga Pengkajian Demokrasi dan Negara 
Kesejahteraan (Pedoman Indonesia), Fadjroel Rachman, kepada Rakyat Merdeka 
Online beberapa saat lalu (Rabu, 8/7).

Jika SBY menang maka ada kekhawatiran bisa jatuh pada sistem pemerintahan yang 
semi otoriterianistik. Sekarang, Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) juga dikuasai 
oleh Partai Demokrat dan koalisinya. Setelah hasil resmi Komisi Pemilihan Umum 
(KPU) diumumkan, maka Mega dan JK harus segera memproklamirkan diri sebagai 
bagian dari oposisi, kata Fadjroel.

Menurut Fadjroel, kalau Mega dan JK hanya berdiam diri, maka tidak ada check 
and balance sehingga SBY bisa sewenang-wenang. Untuk itu, kata Fadjroel, Mega 
dan JK harus menyelamatkan demokrasi Indonesia. [yan]



Re: [Forum-Pembaca-KOMPAS] Tanggapan terhadap tulisan Fajroel Rahman mengenai bahaya semi otoriterianisme

2009-07-09 Terurut Topik EKO KERTAJAYA
sy masih optimis semi otoriterianisme akan terhadang oleh budiman
sudjatmiko dkk dari pdip. asumsi sy tsb berdasar pd komentar budiman
di teve2 semalaman, bahwa secara pribadi ia berpendapat pdip akan 
memperkuat posisi sbg 'oposisi' di parlemen. di tengah kegigihan bung
budiman mengungkap berbagai kecurangan pilpres, serta mendorong
ke tindakan hukum, komitmennya tdklah  teragukan.
namun optimis tsb bisa jadi sebaliknya jika kaum oportunis di pdip masih
juga berusaha menguasai partai tsb. dan sudah selayaknya pdip merivitalisasi
diri dng dipimpin oleh kaum muda sbg garda depan demokrasi, agar kondisi
bangsa yg mengarah ke otoritarian ini bisa dihindarkan.




  - Original Message - 
  From: Beta 
  To: Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com 
  Sent: Thursday, July 09, 2009 9:20 AM
  Subject: [Forum-Pembaca-KOMPAS] Tanggapan terhadap tulisan Fajroel Rahman 
mengenai bahaya semi otoriterianisme





  Saya terkesan dengan tulisan Fajroel Rahman tanggal 8 Juli mengenai akan 
adanya bahaya semi otoriterianisme. Pagi ini saya mendengar ulasan Redaksi 
Metro TV yang bernada serupa. Besar itu akan bisa terjadi karena kemampuan 
mesin  lembaga politik nantinya untuk melakukan check and balance akan 
dikebiri akibat adanya kekuatan Pemerintahan dan Parlemen dibawah satu koalisi 
kepartaian. 

  Terlepas dari baik buruknya hasil Pileg dan Pilpres kemarin, saya melihat 
peringatan Saudara Fajroel dan Metro TV benar adanya. Saat ini kita sudah 
mendapatkan iklim demokrasi dan kebebasan media yang sangat luar biasa yang 
hanya segelintir negara berkembang di dunia memilikinya. Meskipun kebebasan itu 
masih bisa diperjualbelikan, namun kehadiran, pertumbuhan dan perbaikannya 
harus tetap dilakukan. Mahal sekali biaya, jiwa dan pengorbanan yang sudah kita 
lalui selama 35 tahun untuk mendapat iklim ini. 

  Jika demokrasi masih ingin tetap dipertahankan, sudah saatnya harus dibangun 
kelompok oposisi yang kuat untuk adanya check and balance. Kehadiran kelompok 
oposisi akan bisa menjaga dan mengawasi apapun bentuk dari Pemerintah dan 
Parlemen yang ada, meski itu semi otoriter. Jangan dilihat oposisi sebagai 
momok yang menakutkan. Di banyak negara, oposisi bisa jadi partner Pemerintah 
yang baik termasuk bagi counterpart Parlemen mereka. 

  Sisi lain kelemahan atau kekurangan dari perjalanan demokrasi kita yang 10 
tahun terakhir adalah tidak bisanya ditampilkan pemimpin dan ketokohan kaum 
muda di arena panggung politik. Kehadiran mereka tidak maksimal akibat 
terbatasnya ruang yang diberikan. Jalur independen dimatikan oleh MK 
mengakibatkan stok calon pemimpin harus dari parpol yang sebatas dari yang kita 
lihat kemarin di Pilpres, itupun sudah usia lanjut.

  Untuk menghadapi 2014, diperlukan kerja keras menampilkan kaum elite muda di 
panggung politik. Para elite politik yang tua harus minggir dan legowo. 
Indonesia memerlukan ketokohan dan pemimpin kaum muda yang sudah tahan uji dan 
konsisten dengan demokrasi Pancasila serta pro-rakyat. Indonesia tidak 
memerlukan elite muda yang hanya mencari kesenangan duniawi materi dan nafsu 
birahi. Indonesia tidak memerlukan jargon, kedok dan payung aliran agama dan 
nasionalisme yang akhirnya hanya diperjual belikan martabatnya. 

  Pola perjuangan kerakyatan seperti yang dilakukan Bambang Sulistomo (Presiden 
Negeri kaum Proletar dan Miskin) perlu ditiru dan menjadi cermin di diri calon 
para pemimpin muda. Indonesia tidak memerlukan elite muda kelas karbitan karena 
warisan dan pengaruh orang tua, terkecuali jika dia bisa tahan uji dan tampil 
dengan kemampuannya sendiri seperti yang diperlihatkan Prabowo. Kita pernah 
memiliki pemimpin muda yang terbaik di negeri ini seperti Yusril Ihza Mahendra, 
namun dengan segala hormatnya kita kehilangan sosok diri yang bersangkutan 
terlepas dari apa latar belakang ceritanya. 

  Kepada Saudara Fajroel Rahman, Jack Yanda Ishak, Fadli Zon, Budiman 
Sudjatmiko, Ray Rangkuti dan yang lain, inilah adalah saatnya untuk membuktikan 
diri anda. Kami-kami yang tua ini akan mendorong anda semua yang muda untuk 
tampil karena jika tidak maka di tahun 2014 demokrasi kita akan kepleset.

  Wasalam
  BETA

  [

  
PT. BANK ARTHA GRAHA INTERNASIONAL TBK. DISCLAIMER:

This email and any files transmitted with it are confidential and
intended solely for the use of the individual or entity to whom they
are addressed. If you have received this email in error please notify
the system manager. This message contains confidential information
and is intended only for the individual named. If you are not the
named addressee you should not disseminate, distribute or copy this
e-mail. Please notify the sender immediately by e-mail if you have
received this e-mail by mistake and delete this e-mail from your
system. If you are not the intended recipient you are notified that
disclosing, copying, distributing or taking any action in reliance on
the contents of this information is strictly prohibited.


[Non-text portions of this message have been

Re: [Forum-Pembaca-KOMPAS] Tanggapan terhadap tulisan Fajroel Rahman mengenai bahaya semi otoriterianisme

2009-07-09 Terurut Topik pudimartini
bukankah idenya membangun koalisis permanen agar
pemerintahan kuat didukung oleh parlemen yang kuat?
Bukankah itu Orba dengan Trilogi pembangunannya?

Maka, lihat, tgl 9 malam Ruhut S sudah berbicara mengenai
Munaslub Golkar, opo urusane?  Karena JK akan digususr,
ini ada kaitannya dengan kisruh sebelum JK mencalonkan
diri sebagai Pres. Maka, PG merapat ke PD dengan barter
tentu saja. Poltitk dagang sapi bukan? Inikah demokrasi dan
wajah partai yang kita dambakan?




Beta wrote:


 Saya terkesan dengan tulisan Fajroel Rahman tanggal 8 Juli mengenai 
 akan adanya bahaya semi otoriterianisme. Pagi ini saya mendengar 
 ulasan Redaksi Metro TV yang bernada serupa. Besar itu akan bisa 
 terjadi karena kemampuan mesin  lembaga politik nantinya untuk 
 melakukan check and balance akan dikebiri akibat adanya kekuatan 
 Pemerintahan dan Parlemen dibawah satu koalisi kepartaian.

 Terlepas dari baik buruknya hasil Pileg dan Pilpres kemarin, saya 
 melihat peringatan Saudara Fajroel dan Metro TV benar adanya. Saat ini 
 kita sudah mendapatkan iklim demokrasi dan kebebasan media yang sangat 
 luar biasa yang hanya segelintir negara berkembang di dunia 
 memilikinya. Meskipun kebebasan itu masih bisa diperjualbelikan, 
 namun kehadiran, pertumbuhan dan perbaikannya harus tetap dilakukan. 
 Mahal sekali biaya, jiwa dan pengorbanan yang sudah kita lalui selama 
 35 tahun untuk mendapat iklim ini.

 Jika demokrasi masih ingin tetap dipertahankan, sudah saatnya harus 
 dibangun kelompok oposisi yang kuat untuk adanya check and balance. 
 Kehadiran kelompok oposisi akan bisa menjaga dan mengawasi apapun 
 bentuk dari Pemerintah dan Parlemen yang ada, meski itu semi otoriter. 
 Jangan dilihat oposisi sebagai momok yang menakutkan. Di banyak 
 negara, oposisi bisa jadi partner Pemerintah yang baik termasuk bagi 
 counterpart Parlemen mereka.

 Sisi lain kelemahan atau kekurangan dari perjalanan demokrasi kita 
 yang 10 tahun terakhir adalah tidak bisanya ditampilkan pemimpin dan 
 ketokohan kaum muda di arena panggung politik. Kehadiran mereka tidak 
 maksimal akibat terbatasnya ruang yang diberikan. Jalur independen 
 dimatikan oleh MK mengakibatkan stok calon pemimpin harus dari parpol 
 yang sebatas dari yang kita lihat kemarin di Pilpres, itupun sudah 
 usia lanjut.

 Untuk menghadapi 2014, diperlukan kerja keras menampilkan kaum elite 
 muda di panggung politik. Para elite politik yang tua harus minggir 
 dan legowo. Indonesia memerlukan ketokohan dan pemimpin kaum muda yang 
 sudah tahan uji dan konsisten dengan demokrasi Pancasila serta 
 pro-rakyat. Indonesia tidak memerlukan elite muda yang hanya mencari 
 kesenangan duniawi materi dan nafsu birahi. Indonesia tidak memerlukan 
 jargon, kedok dan payung aliran agama dan nasionalisme yang akhirnya 
 hanya diperjual belikan martabatnya.

 Pola perjuangan kerakyatan seperti yang dilakukan Bambang Sulistomo 
 (Presiden Negeri kaum Proletar dan Miskin) perlu ditiru dan menjadi 
 cermin di diri calon para pemimpin muda. Indonesia tidak memerlukan 
 elite muda kelas karbitan karena warisan dan pengaruh orang tua, 
 terkecuali jika dia bisa tahan uji dan tampil dengan kemampuannya 
 sendiri seperti yang diperlihatkan Prabowo. Kita pernah memiliki 
 pemimpin muda yang terbaik di negeri ini seperti Yusril Ihza Mahendra, 
 namun dengan segala hormatnya kita kehilangan sosok diri yang 
 bersangkutan terlepas dari apa latar belakang ceritanya.

 Kepada Saudara Fajroel Rahman, Jack Yanda Ishak, Fadli Zon, Budiman 
 Sudjatmiko, Ray Rangkuti dan yang lain, inilah adalah saatnya untuk 
 membuktikan diri anda. Kami-kami yang tua ini akan mendorong anda 
 semua yang muda untuk tampil karena jika tidak maka di tahun 2014 
 demokrasi kita akan kepleset.

 Wasalam
 BETA

 [COPAS] JK-Mega Harus Selamatkan Demokrasi dari Semi Otoritarianisme 
 SBY 35
 #9658; fadjroel rachman
 [COPAS]Rabu, 08 Juli 2009, 17:28:30 WIB
 Laporan: Yayan Sopyani al-Hadi

 Jakarta, RMOL. Pemerintahan SBY bisa tergelincir ke dalam semi 
 otoriterianisme, jika tidak terjadi check and balance.
 Demikian disampaikan Ketua Lembaga Pengkajian Demokrasi dan Negara 
 Kesejahteraan (Pedoman Indonesia), Fadjroel Rachman, kepada Rakyat 
 Merdeka Online beberapa saat lalu (Rabu, 8/7).

 Jika SBY menang maka ada kekhawatiran bisa jatuh pada sistem 
 pemerintahan yang semi otoriterianistik. Sekarang, Dewan Perwakilan 
 Rakyat (DPR) juga dikuasai oleh Partai Demokrat dan koalisinya. 
 Setelah hasil resmi Komisi Pemilihan Umum (KPU) diumumkan, maka Mega 
 dan JK harus segera memproklamirkan diri sebagai bagian dari oposisi, 
 kata Fadjroel.

 Menurut Fadjroel, kalau Mega dan JK hanya berdiam diri, maka tidak ada 
 check and balance sehingga SBY bisa sewenang-wenang. Untuk itu, kata 
 Fadjroel, Mega dan JK harus menyelamatkan demokrasi Indonesia. [yan]