Bls: [Forum-Pembaca-KOMPAS] Tanggapan terhadap tulisan Fajroel Rahman mengenai bahaya semi otoriterianisme
Bukannya kita sudah tahu semua bahwa Mega dg. PDIPnya dari th 2004 - 2009 telah menjadi oposisi, dan saya yakin akan ke-konsisten-an seorang Mega, dg kekalahannya pd pemilu ini, ia akan kembali mengambil posisi sbg oposisi, untuk melakukan pengecekan dan pengawasan bagi jalannya pemerintahan. Sudah ada calon2 muda yang kuat yaitu Bung B S, F Z, Bung Ganjar dan masih banyak intelektual dan pejuang muda yang mulai memperlihatkan taring keintektualan dan jiwa juang, tinggal kita tunggu Bung Fajroel. Kalau iklim demokrasi kita tidak memungkinkan kaum independen untuk maju, kenapa tidak mulai memikirkan payung partai politik yang sepaham dan sealiran dengan fikiran Bung Fajroel. Dan Mega telah memberikan lampu hijau bagi langkah kaum muda di dalam tubuh PDIP sendiri khan? Agung --- Pada Rab, 8/7/09, Beta beta...@yahoo.com menulis: Dari: Beta beta...@yahoo.com Topik: [Forum-Pembaca-KOMPAS] Tanggapan terhadap tulisan Fajroel Rahman mengenai bahaya semi otoriterianisme Kepada: Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com Tanggal: Rabu, 8 Juli, 2009, 7:20 PM Saya terkesan dengan tulisan Fajroel Rahman tanggal 8 Juli mengenai akan adanya bahaya semi otoriterianisme. Pagi ini saya mendengar ulasan Redaksi Metro TV yang bernada serupa. Besar itu akan bisa terjadi karena kemampuan mesin lembaga politik nantinya untuk melakukan check and balance akan dikebiri akibat adanya kekuatan Pemerintahan dan Parlemen dibawah satu koalisi kepartaian. Terlepas dari baik buruknya hasil Pileg dan Pilpres kemarin, saya melihat peringatan Saudara Fajroel dan Metro TV benar adanya. Saat ini kita sudah mendapatkan iklim demokrasi dan kebebasan media yang sangat luar biasa yang hanya segelintir negara berkembang di dunia memilikinya. Meskipun kebebasan itu masih bisa diperjualbelikan , namun kehadiran, pertumbuhan dan perbaikannya harus tetap dilakukan. Mahal sekali biaya, jiwa dan pengorbanan yang sudah kita lalui selama 35 tahun untuk mendapat iklim ini. Jika demokrasi masih ingin tetap dipertahankan, sudah saatnya harus dibangun kelompok oposisi yang kuat untuk adanya check and balance. Kehadiran kelompok oposisi akan bisa menjaga dan mengawasi apapun bentuk dari Pemerintah dan Parlemen yang ada, meski itu semi otoriter. Jangan dilihat oposisi sebagai momok yang menakutkan. Di banyak negara, oposisi bisa jadi partner Pemerintah yang baik termasuk bagi counterpart Parlemen mereka. Sisi lain kelemahan atau kekurangan dari perjalanan demokrasi kita yang 10 tahun terakhir adalah tidak bisanya ditampilkan pemimpin dan ketokohan kaum muda di arena panggung politik. Kehadiran mereka tidak maksimal akibat terbatasnya ruang yang diberikan. Jalur independen dimatikan oleh MK mengakibatkan stok calon pemimpin harus dari parpol yang sebatas dari yang kita lihat kemarin di Pilpres, itupun sudah usia lanjut. Untuk menghadapi 2014, diperlukan kerja keras menampilkan kaum elite muda di panggung politik. Para elite politik yang tua harus minggir dan legowo. Indonesia memerlukan ketokohan dan pemimpin kaum muda yang sudah tahan uji dan konsisten dengan demokrasi Pancasila serta pro-rakyat. Indonesia tidak memerlukan elite muda yang hanya mencari kesenangan duniawi materi dan nafsu birahi. Indonesia tidak memerlukan jargon, kedok dan payung aliran agama dan nasionalisme yang akhirnya hanya diperjual belikan martabatnya. Pola perjuangan kerakyatan seperti yang dilakukan Bambang Sulistomo (Presiden Negeri kaum Proletar dan Miskin) perlu ditiru dan menjadi cermin di diri calon para pemimpin muda. Indonesia tidak memerlukan elite muda kelas karbitan karena warisan dan pengaruh orang tua, terkecuali jika dia bisa tahan uji dan tampil dengan kemampuannya sendiri seperti yang diperlihatkan Prabowo. Kita pernah memiliki pemimpin muda yang terbaik di negeri ini seperti Yusril Ihza Mahendra, namun dengan segala hormatnya kita kehilangan sosok diri yang bersangkutan terlepas dari apa latar belakang ceritanya. Kepada Saudara Fajroel Rahman, Jack Yanda Ishak, Fadli Zon, Budiman Sudjatmiko, Ray Rangkuti dan yang lain, inilah adalah saatnya untuk membuktikan diri anda. Kami-kami yang tua ini akan mendorong anda semua yang muda untuk tampil karena jika tidak maka di tahun 2014 demokrasi kita akan kepleset. Wasalam BETA [COPAS] JK-Mega Harus Selamatkan Demokrasi dari Semi Otoritarianisme SBY 35 #9658; fadjroel rachman [COPAS]Rabu, 08 Juli 2009, 17:28:30 WIB Laporan: Yayan Sopyani al-Hadi Jakarta, RMOL. Pemerintahan SBY bisa tergelincir ke dalam semi otoriterianisme, jika tidak terjadi check and balance. Demikian disampaikan Ketua Lembaga Pengkajian Demokrasi dan Negara Kesejahteraan (Pedoman Indonesia), Fadjroel Rachman, kepada Rakyat Merdeka Online beberapa saat lalu (Rabu, 8/7). Jika SBY menang maka ada kekhawatiran bisa jatuh pada sistem pemerintahan yang semi otoriterianistik. Sekarang, Dewan Perwakilan Rakyat (DPR
[Forum-Pembaca-KOMPAS] Tanggapan terhadap tulisan Fajroel Rahman mengenai bahaya semi otoriterianisme
Saya terkesan dengan tulisan Fajroel Rahman tanggal 8 Juli mengenai akan adanya bahaya semi otoriterianisme. Pagi ini saya mendengar ulasan Redaksi Metro TV yang bernada serupa. Besar itu akan bisa terjadi karena kemampuan mesin lembaga politik nantinya untuk melakukan check and balance akan dikebiri akibat adanya kekuatan Pemerintahan dan Parlemen dibawah satu koalisi kepartaian. Terlepas dari baik buruknya hasil Pileg dan Pilpres kemarin, saya melihat peringatan Saudara Fajroel dan Metro TV benar adanya. Saat ini kita sudah mendapatkan iklim demokrasi dan kebebasan media yang sangat luar biasa yang hanya segelintir negara berkembang di dunia memilikinya. Meskipun kebebasan itu masih bisa diperjualbelikan, namun kehadiran, pertumbuhan dan perbaikannya harus tetap dilakukan. Mahal sekali biaya, jiwa dan pengorbanan yang sudah kita lalui selama 35 tahun untuk mendapat iklim ini. Jika demokrasi masih ingin tetap dipertahankan, sudah saatnya harus dibangun kelompok oposisi yang kuat untuk adanya check and balance. Kehadiran kelompok oposisi akan bisa menjaga dan mengawasi apapun bentuk dari Pemerintah dan Parlemen yang ada, meski itu semi otoriter. Jangan dilihat oposisi sebagai momok yang menakutkan. Di banyak negara, oposisi bisa jadi partner Pemerintah yang baik termasuk bagi counterpart Parlemen mereka. Sisi lain kelemahan atau kekurangan dari perjalanan demokrasi kita yang 10 tahun terakhir adalah tidak bisanya ditampilkan pemimpin dan ketokohan kaum muda di arena panggung politik. Kehadiran mereka tidak maksimal akibat terbatasnya ruang yang diberikan. Jalur independen dimatikan oleh MK mengakibatkan stok calon pemimpin harus dari parpol yang sebatas dari yang kita lihat kemarin di Pilpres, itupun sudah usia lanjut. Untuk menghadapi 2014, diperlukan kerja keras menampilkan kaum elite muda di panggung politik. Para elite politik yang tua harus minggir dan legowo. Indonesia memerlukan ketokohan dan pemimpin kaum muda yang sudah tahan uji dan konsisten dengan demokrasi Pancasila serta pro-rakyat. Indonesia tidak memerlukan elite muda yang hanya mencari kesenangan duniawi materi dan nafsu birahi. Indonesia tidak memerlukan jargon, kedok dan payung aliran agama dan nasionalisme yang akhirnya hanya diperjual belikan martabatnya. Pola perjuangan kerakyatan seperti yang dilakukan Bambang Sulistomo (Presiden Negeri kaum Proletar dan Miskin) perlu ditiru dan menjadi cermin di diri calon para pemimpin muda. Indonesia tidak memerlukan elite muda kelas karbitan karena warisan dan pengaruh orang tua, terkecuali jika dia bisa tahan uji dan tampil dengan kemampuannya sendiri seperti yang diperlihatkan Prabowo. Kita pernah memiliki pemimpin muda yang terbaik di negeri ini seperti Yusril Ihza Mahendra, namun dengan segala hormatnya kita kehilangan sosok diri yang bersangkutan terlepas dari apa latar belakang ceritanya. Kepada Saudara Fajroel Rahman, Jack Yanda Ishak, Fadli Zon, Budiman Sudjatmiko, Ray Rangkuti dan yang lain, inilah adalah saatnya untuk membuktikan diri anda. Kami-kami yang tua ini akan mendorong anda semua yang muda untuk tampil karena jika tidak maka di tahun 2014 demokrasi kita akan kepleset. Wasalam BETA [COPAS] JK-Mega Harus Selamatkan Demokrasi dari Semi Otoritarianisme SBY 35 #9658; fadjroel rachman [COPAS]Rabu, 08 Juli 2009, 17:28:30 WIB Laporan: Yayan Sopyani al-Hadi Jakarta, RMOL. Pemerintahan SBY bisa tergelincir ke dalam semi otoriterianisme, jika tidak terjadi check and balance. Demikian disampaikan Ketua Lembaga Pengkajian Demokrasi dan Negara Kesejahteraan (Pedoman Indonesia), Fadjroel Rachman, kepada Rakyat Merdeka Online beberapa saat lalu (Rabu, 8/7). Jika SBY menang maka ada kekhawatiran bisa jatuh pada sistem pemerintahan yang semi otoriterianistik. Sekarang, Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) juga dikuasai oleh Partai Demokrat dan koalisinya. Setelah hasil resmi Komisi Pemilihan Umum (KPU) diumumkan, maka Mega dan JK harus segera memproklamirkan diri sebagai bagian dari oposisi, kata Fadjroel. Menurut Fadjroel, kalau Mega dan JK hanya berdiam diri, maka tidak ada check and balance sehingga SBY bisa sewenang-wenang. Untuk itu, kata Fadjroel, Mega dan JK harus menyelamatkan demokrasi Indonesia. [yan]
Re: [Forum-Pembaca-KOMPAS] Tanggapan terhadap tulisan Fajroel Rahman mengenai bahaya semi otoriterianisme
sy masih optimis semi otoriterianisme akan terhadang oleh budiman sudjatmiko dkk dari pdip. asumsi sy tsb berdasar pd komentar budiman di teve2 semalaman, bahwa secara pribadi ia berpendapat pdip akan memperkuat posisi sbg 'oposisi' di parlemen. di tengah kegigihan bung budiman mengungkap berbagai kecurangan pilpres, serta mendorong ke tindakan hukum, komitmennya tdklah teragukan. namun optimis tsb bisa jadi sebaliknya jika kaum oportunis di pdip masih juga berusaha menguasai partai tsb. dan sudah selayaknya pdip merivitalisasi diri dng dipimpin oleh kaum muda sbg garda depan demokrasi, agar kondisi bangsa yg mengarah ke otoritarian ini bisa dihindarkan. - Original Message - From: Beta To: Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com Sent: Thursday, July 09, 2009 9:20 AM Subject: [Forum-Pembaca-KOMPAS] Tanggapan terhadap tulisan Fajroel Rahman mengenai bahaya semi otoriterianisme Saya terkesan dengan tulisan Fajroel Rahman tanggal 8 Juli mengenai akan adanya bahaya semi otoriterianisme. Pagi ini saya mendengar ulasan Redaksi Metro TV yang bernada serupa. Besar itu akan bisa terjadi karena kemampuan mesin lembaga politik nantinya untuk melakukan check and balance akan dikebiri akibat adanya kekuatan Pemerintahan dan Parlemen dibawah satu koalisi kepartaian. Terlepas dari baik buruknya hasil Pileg dan Pilpres kemarin, saya melihat peringatan Saudara Fajroel dan Metro TV benar adanya. Saat ini kita sudah mendapatkan iklim demokrasi dan kebebasan media yang sangat luar biasa yang hanya segelintir negara berkembang di dunia memilikinya. Meskipun kebebasan itu masih bisa diperjualbelikan, namun kehadiran, pertumbuhan dan perbaikannya harus tetap dilakukan. Mahal sekali biaya, jiwa dan pengorbanan yang sudah kita lalui selama 35 tahun untuk mendapat iklim ini. Jika demokrasi masih ingin tetap dipertahankan, sudah saatnya harus dibangun kelompok oposisi yang kuat untuk adanya check and balance. Kehadiran kelompok oposisi akan bisa menjaga dan mengawasi apapun bentuk dari Pemerintah dan Parlemen yang ada, meski itu semi otoriter. Jangan dilihat oposisi sebagai momok yang menakutkan. Di banyak negara, oposisi bisa jadi partner Pemerintah yang baik termasuk bagi counterpart Parlemen mereka. Sisi lain kelemahan atau kekurangan dari perjalanan demokrasi kita yang 10 tahun terakhir adalah tidak bisanya ditampilkan pemimpin dan ketokohan kaum muda di arena panggung politik. Kehadiran mereka tidak maksimal akibat terbatasnya ruang yang diberikan. Jalur independen dimatikan oleh MK mengakibatkan stok calon pemimpin harus dari parpol yang sebatas dari yang kita lihat kemarin di Pilpres, itupun sudah usia lanjut. Untuk menghadapi 2014, diperlukan kerja keras menampilkan kaum elite muda di panggung politik. Para elite politik yang tua harus minggir dan legowo. Indonesia memerlukan ketokohan dan pemimpin kaum muda yang sudah tahan uji dan konsisten dengan demokrasi Pancasila serta pro-rakyat. Indonesia tidak memerlukan elite muda yang hanya mencari kesenangan duniawi materi dan nafsu birahi. Indonesia tidak memerlukan jargon, kedok dan payung aliran agama dan nasionalisme yang akhirnya hanya diperjual belikan martabatnya. Pola perjuangan kerakyatan seperti yang dilakukan Bambang Sulistomo (Presiden Negeri kaum Proletar dan Miskin) perlu ditiru dan menjadi cermin di diri calon para pemimpin muda. Indonesia tidak memerlukan elite muda kelas karbitan karena warisan dan pengaruh orang tua, terkecuali jika dia bisa tahan uji dan tampil dengan kemampuannya sendiri seperti yang diperlihatkan Prabowo. Kita pernah memiliki pemimpin muda yang terbaik di negeri ini seperti Yusril Ihza Mahendra, namun dengan segala hormatnya kita kehilangan sosok diri yang bersangkutan terlepas dari apa latar belakang ceritanya. Kepada Saudara Fajroel Rahman, Jack Yanda Ishak, Fadli Zon, Budiman Sudjatmiko, Ray Rangkuti dan yang lain, inilah adalah saatnya untuk membuktikan diri anda. Kami-kami yang tua ini akan mendorong anda semua yang muda untuk tampil karena jika tidak maka di tahun 2014 demokrasi kita akan kepleset. Wasalam BETA [ PT. BANK ARTHA GRAHA INTERNASIONAL TBK. DISCLAIMER: This email and any files transmitted with it are confidential and intended solely for the use of the individual or entity to whom they are addressed. If you have received this email in error please notify the system manager. This message contains confidential information and is intended only for the individual named. If you are not the named addressee you should not disseminate, distribute or copy this e-mail. Please notify the sender immediately by e-mail if you have received this e-mail by mistake and delete this e-mail from your system. If you are not the intended recipient you are notified that disclosing, copying, distributing or taking any action in reliance on the contents of this information is strictly prohibited. [Non-text portions of this message have been
Re: [Forum-Pembaca-KOMPAS] Tanggapan terhadap tulisan Fajroel Rahman mengenai bahaya semi otoriterianisme
bukankah idenya membangun koalisis permanen agar pemerintahan kuat didukung oleh parlemen yang kuat? Bukankah itu Orba dengan Trilogi pembangunannya? Maka, lihat, tgl 9 malam Ruhut S sudah berbicara mengenai Munaslub Golkar, opo urusane? Karena JK akan digususr, ini ada kaitannya dengan kisruh sebelum JK mencalonkan diri sebagai Pres. Maka, PG merapat ke PD dengan barter tentu saja. Poltitk dagang sapi bukan? Inikah demokrasi dan wajah partai yang kita dambakan? Beta wrote: Saya terkesan dengan tulisan Fajroel Rahman tanggal 8 Juli mengenai akan adanya bahaya semi otoriterianisme. Pagi ini saya mendengar ulasan Redaksi Metro TV yang bernada serupa. Besar itu akan bisa terjadi karena kemampuan mesin lembaga politik nantinya untuk melakukan check and balance akan dikebiri akibat adanya kekuatan Pemerintahan dan Parlemen dibawah satu koalisi kepartaian. Terlepas dari baik buruknya hasil Pileg dan Pilpres kemarin, saya melihat peringatan Saudara Fajroel dan Metro TV benar adanya. Saat ini kita sudah mendapatkan iklim demokrasi dan kebebasan media yang sangat luar biasa yang hanya segelintir negara berkembang di dunia memilikinya. Meskipun kebebasan itu masih bisa diperjualbelikan, namun kehadiran, pertumbuhan dan perbaikannya harus tetap dilakukan. Mahal sekali biaya, jiwa dan pengorbanan yang sudah kita lalui selama 35 tahun untuk mendapat iklim ini. Jika demokrasi masih ingin tetap dipertahankan, sudah saatnya harus dibangun kelompok oposisi yang kuat untuk adanya check and balance. Kehadiran kelompok oposisi akan bisa menjaga dan mengawasi apapun bentuk dari Pemerintah dan Parlemen yang ada, meski itu semi otoriter. Jangan dilihat oposisi sebagai momok yang menakutkan. Di banyak negara, oposisi bisa jadi partner Pemerintah yang baik termasuk bagi counterpart Parlemen mereka. Sisi lain kelemahan atau kekurangan dari perjalanan demokrasi kita yang 10 tahun terakhir adalah tidak bisanya ditampilkan pemimpin dan ketokohan kaum muda di arena panggung politik. Kehadiran mereka tidak maksimal akibat terbatasnya ruang yang diberikan. Jalur independen dimatikan oleh MK mengakibatkan stok calon pemimpin harus dari parpol yang sebatas dari yang kita lihat kemarin di Pilpres, itupun sudah usia lanjut. Untuk menghadapi 2014, diperlukan kerja keras menampilkan kaum elite muda di panggung politik. Para elite politik yang tua harus minggir dan legowo. Indonesia memerlukan ketokohan dan pemimpin kaum muda yang sudah tahan uji dan konsisten dengan demokrasi Pancasila serta pro-rakyat. Indonesia tidak memerlukan elite muda yang hanya mencari kesenangan duniawi materi dan nafsu birahi. Indonesia tidak memerlukan jargon, kedok dan payung aliran agama dan nasionalisme yang akhirnya hanya diperjual belikan martabatnya. Pola perjuangan kerakyatan seperti yang dilakukan Bambang Sulistomo (Presiden Negeri kaum Proletar dan Miskin) perlu ditiru dan menjadi cermin di diri calon para pemimpin muda. Indonesia tidak memerlukan elite muda kelas karbitan karena warisan dan pengaruh orang tua, terkecuali jika dia bisa tahan uji dan tampil dengan kemampuannya sendiri seperti yang diperlihatkan Prabowo. Kita pernah memiliki pemimpin muda yang terbaik di negeri ini seperti Yusril Ihza Mahendra, namun dengan segala hormatnya kita kehilangan sosok diri yang bersangkutan terlepas dari apa latar belakang ceritanya. Kepada Saudara Fajroel Rahman, Jack Yanda Ishak, Fadli Zon, Budiman Sudjatmiko, Ray Rangkuti dan yang lain, inilah adalah saatnya untuk membuktikan diri anda. Kami-kami yang tua ini akan mendorong anda semua yang muda untuk tampil karena jika tidak maka di tahun 2014 demokrasi kita akan kepleset. Wasalam BETA [COPAS] JK-Mega Harus Selamatkan Demokrasi dari Semi Otoritarianisme SBY 35 #9658; fadjroel rachman [COPAS]Rabu, 08 Juli 2009, 17:28:30 WIB Laporan: Yayan Sopyani al-Hadi Jakarta, RMOL. Pemerintahan SBY bisa tergelincir ke dalam semi otoriterianisme, jika tidak terjadi check and balance. Demikian disampaikan Ketua Lembaga Pengkajian Demokrasi dan Negara Kesejahteraan (Pedoman Indonesia), Fadjroel Rachman, kepada Rakyat Merdeka Online beberapa saat lalu (Rabu, 8/7). Jika SBY menang maka ada kekhawatiran bisa jatuh pada sistem pemerintahan yang semi otoriterianistik. Sekarang, Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) juga dikuasai oleh Partai Demokrat dan koalisinya. Setelah hasil resmi Komisi Pemilihan Umum (KPU) diumumkan, maka Mega dan JK harus segera memproklamirkan diri sebagai bagian dari oposisi, kata Fadjroel. Menurut Fadjroel, kalau Mega dan JK hanya berdiam diri, maka tidak ada check and balance sehingga SBY bisa sewenang-wenang. Untuk itu, kata Fadjroel, Mega dan JK harus menyelamatkan demokrasi Indonesia. [yan]