Re: [Forum-Pembaca-KOMPAS] dr Hengky: Pasien Saya Turun Drastis Setelah Ada "E-mail" Prita
kalau ada yang bilang dokter lebih tau penyakit pasien dari pasien itu sendiri... bisa benar bisa tidak... ada dokter yang pinter ada dokter yang bodoh.. ada dokter yang tau persis pernyakit pasiennya ada yang cuma mengira-ngira dan jangan bilang..dokter juga manusia karena dia bertanggung jawab atas keselamatan dan kesembuhan pasien... kalau pasien tambah parah, jangan ambil keputusan sendiri... coba tanya kepada yang lebih ahli atau buka internet...pokoknya cari solusi... di Indonesia dokter tidak bisa dituntut kalau pasien meninggal...itu jadi urusan Tuhan.. umurnya memang sudah sampai di situ... relakan saja.. maaf...ini bukan rahasia umum lagi... --- On Tue, 8/25/09, Adyanto Aditomo wrote: From: Adyanto Aditomo Subject: Re: [Forum-Pembaca-KOMPAS] dr Hengky: Pasien Saya Turun Drastis Setelah Ada "E-mail" Prita To: Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com Date: Tuesday, August 25, 2009, 1:57 AM Soal obat dari dokter yang terkesan berlebihan, saya juga ikut mengalami hal tersebut. Dari hasil pemeriksaan darah, ternyata HB saya termasuk kategori tinggi sehingga solusinya saya harus meminum obat pengencer darah seumur hidup agar terhindar dari serangan stroke. Berdasarkan second opinion dari 2 labroratorium dan 2 dokter yang berbeda, kesimpulannya tetap sama: saya harus meminum obat pengencer darah seumur hidup untuk menghindari stroke. Oleh dokter, saya diberi Pengencer darah namanya Pletaal yang harganya sekitar Rp. 700.000 untuk 1 bulan. Setelah berjalan sekitar 1 tahun, saya tanya ke dokter perusahaan ditempat saya bekerja: apakah ada obat pengencer darah yang murah meriah seperti aspirin, sesuai yang saya baca media massa, bahwa Pemerintah Australia menganjurkan kepada rakyatnya agar mengkonsumsi aspirin seumur hidupnya agar darahnya encer guna menghindari dari serangan stroke. Komentar dokter perusahaan saya: Ya betul itu. Selama anda tidak mengidap penyakit maag, maka anda bisa menggunakan Aspirin yang murah meriah (untuk konsumsi 1 bulan, harganya cuma Rp. 15.000 saja) sebagai pengganti Pletaal yang secara kualitas memang lebih bagus, tetapi sayangnya harganya lumayan mahal. Akhirnya selama 3 tahun terakhir ini saya menggunakan Aspirin dengan merek dagang Ascardia sebagai obat pengencer darah saya. Pertanyaan saya: Mengapa dokter saya dulu tidak memberi tahu kalau ada obat yang sebetulnya murah meriah tapi khasiatnya sama??? Secara finansial saya memang tidak dirugikan karena seluruh biaya pengobnatan saya ditanggung oleh Perusahaan ditempat saya bekerja. Tetapi tetap saja kan itu namanya pemborosan yang tidak perlu. Salam, Adyanto Aditomo
Re: [Forum-Pembaca-KOMPAS] dr Hengky: Pasien Saya Turun Drastis Setelah Ada "E-mail" Prita
Soal obat dari dokter yang terkesan berlebihan, saya juga ikut mengalami hal tersebut. Dari hasil pemeriksaan darah, ternyata HB saya termasuk kategori tinggi sehingga solusinya saya harus meminum obat pengencer darah seumur hidup agar terhindar dari serangan stroke. Berdasarkan second opinion dari 2 labroratorium dan 2 dokter yang berbeda, kesimpulannya tetap sama: saya harus meminum obat pengencer darah seumur hidup untuk menghindari stroke. Oleh dokter, saya diberi Pengencer darah namanya Pletaal yang harganya sekitar Rp. 700.000 untuk 1 bulan. Setelah berjalan sekitar 1 tahun, saya tanya ke dokter perusahaan ditempat saya bekerja: apakah ada obat pengencer darah yang murah meriah seperti aspirin, sesuai yang saya baca media massa, bahwa Pemerintah Australia menganjurkan kepada rakyatnya agar mengkonsumsi aspirin seumur hidupnya agar darahnya encer guna menghindari dari serangan stroke. Komentar dokter perusahaan saya: Ya betul itu. Selama anda tidak mengidap penyakit maag, maka anda bisa menggunakan Aspirin yang murah meriah (untuk konsumsi 1 bulan, harganya cuma Rp. 15.000 saja) sebagai pengganti Pletaal yang secara kualitas memang lebih bagus, tetapi sayangnya harganya lumayan mahal. Akhirnya selama 3 tahun terakhir ini saya menggunakan Aspirin dengan merek dagang Ascardia sebagai obat pengencer darah saya. Pertanyaan saya: Mengapa dokter saya dulu tidak memberi tahu kalau ada obat yang sebetulnya murah meriah tapi khasiatnya sama??? Secara finansial saya memang tidak dirugikan karena seluruh biaya pengobnatan saya ditanggung oleh Perusahaan ditempat saya bekerja. Tetapi tetap saja kan itu namanya pemborosan yang tidak perlu. Salam, Adyanto Aditomo --- Pada Sen, 24/8/09, Harya Setyaka menulis: Dari: Harya Setyaka Judul: Re: [Forum-Pembaca-KOMPAS] dr Hengky: Pasien Saya Turun Drastis Setelah Ada "E-mail" Prita Kepada: Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com Tanggal: Senin, 24 Agustus, 2009, 12:39 PM ini sebenenarnya sudah agak OOT dari Prita. Antara dokter dan pasien ada asimetri informasi... si dokter lebih tahu kondisi pasien daripada si pasien sendiri. Inilah pentingnya pasien mencari second opinion. antara dokter dan perusahaan farmasi memang punya relasi yang unik, namun belum tentu menguntungkan pasien. penjualan produk farmasi sangat dipengaruhi oleh resep dokter.. jadilah.. dari sudut pandang marketing, wajar kalao ada biaya marketing untuk memberi 'product knowledge' kepada para dokter oleh perusahaan farmasi.. naah.. problem nya, dokter jadi ada bias kepada satu produk farmasi tertentu, apalagi kalao si perusahaan farmasi tersebut menawarkan program insentif terhadap dokter yang meresepkan produk farmasi tersebut.. Kembali ke statement dr. Hengky; ya.. betul, harus ada audit terhadap pengakuan tersebut.. sama saja ketika ada keraguan terhadap penyiksaan terhadap Manohara yang di-klaim oleh dirinya sendiri. Yang paling shahih adalah dari SPT nya di dr. Hengky.. kalao benar apa yang dia klaim, harusnya pendapatan juga menurun. naah.. Salam, -K-
Re: [Forum-Pembaca-KOMPAS] dr Hengky: Pasien Saya Turun Drastis Setelah Ada "E-mail" Prita
ini sebenenarnya sudah agak OOT dari Prita. Antara dokter dan pasien ada asimetri informasi... si dokter lebih tahu kondisi pasien daripada si pasien sendiri. Inilah pentingnya pasien mencari second opinion. antara dokter dan perusahaan farmasi memang punya relasi yang unik, namun belum tentu menguntungkan pasien. penjualan produk farmasi sangat dipengaruhi oleh resep dokter.. jadilah.. dari sudut pandang marketing, wajar kalao ada biaya marketing untuk memberi 'product knowledge' kepada para dokter oleh perusahaan farmasi.. naah.. problem nya, dokter jadi ada bias kepada satu produk farmasi tertentu, apalagi kalao si perusahaan farmasi tersebut menawarkan program insentif terhadap dokter yang meresepkan produk farmasi tersebut.. Kembali ke statement dr. Hengky; ya.. betul, harus ada audit terhadap pengakuan tersebut.. sama saja ketika ada keraguan terhadap penyiksaan terhadap Manohara yang di-klaim oleh dirinya sendiri. Yang paling shahih adalah dari SPT nya di dr. Hengky.. kalao benar apa yang dia klaim, harusnya pendapatan juga menurun. naah.. Salam, -K- On 8/22/09, theresia puspitawati wrote: > > > > Salah satu kelemahan dokter kita adalah 'pelit bicara' pada pasien. Saya > ingat, di salah satu edisinya, Kompas beberapa tahun lalu memuat salah satu > komentar pembacanya yang kehilangan salah satu anggota keluarganya dan > menasehati 'Carilah dokter yang mempunyai waktu minimal 30 menit untuk > setiap pasiennya'! Nasehat ini saya benarkan, sebagai seorang dokter, > setiap > kali menangani pasien, lima menit pertama saya 'punya target' harus tahu > background pasien saya secara langsung, artinya melalui komunikasi secara > langsung. Dari alamat, pekerjaan, keluarga dan sebagainya. Komunikasi yang > terjalin dengan baik antara dokter dan pasien, akan menumbuhkan > kepercayaan. > Hal ini akan meminimalisir kejadian yang tidak diinginkan. Bila dokter > mengkomunikasikan apa yang dia lakukan pada pasien, maka pasien akan > memahami.Jadi, proses tindakan akan lebih nyaman dilakukan karena berangkat > dari sebuah pemahaman. > > Tetapi bila selama penanganan, dokter* ngomong aja enggak,* atau bahkan > memandang ke pasien pun tidak, maka hanya apriori yang muncul. Maka secara > psikologis kondisi ini akan 'meracuni' pasien sehingga memandangnya dalam > perspektif negatif. > > Mungkin kalangan dokter 'yang kejar setoran' akan merasa rugi bila banyak > bicara pada pasien, buang waktu. Padahal dengan 'memanusiakan' pasien, > justru akan menjadi nilai plus, dan 'promosi terbaik'. Pasien sendiri perlu > bersikap asertif, bertanya tentang apa yang terjadi pada dirinya. Itu > adalah > haknya! Juga masyarakat perlu mengkritisi anggapan bahwa 'dokter yang > pasiennya banyak sampai antrian panjang adalah dokter yang terbaik'. > Bagaimanapun dokter juga manusia, memiliki keterbatasan, ketika menangani > pasien dalam jumlah banyak, juga akan mengalami kelelahan sehingga kondisi > fisik dan psikis ikut terpengaruh. Manifestasinya bisa pelit bicara atau > 'yang parah' adalah tidak cermat dan tidak teliti! > > Saya pribadi punya 'semboyan' , komunikasi yang terjalin dengan baik, > adalah > 50% proses penyembuhan! > > Salam, > > Wati
Re: [Forum-Pembaca-KOMPAS] dr Hengky: Pasien Saya Turun Drastis Setelah Ada "E-mail" Prita
Salah satu kelemahan dokter kita adalah 'pelit bicara' pada pasien. Saya ingat, di salah satu edisinya, Kompas beberapa tahun lalu memuat salah satu komentar pembacanya yang kehilangan salah satu anggota keluarganya dan menasehati 'Carilah dokter yang mempunyai waktu minimal 30 menit untuk setiap pasiennya'! Nasehat ini saya benarkan, sebagai seorang dokter, setiap kali menangani pasien, lima menit pertama saya 'punya target' harus tahu background pasien saya secara langsung, artinya melalui komunikasi secara langsung. Dari alamat, pekerjaan, keluarga dan sebagainya. Komunikasi yang terjalin dengan baik antara dokter dan pasien, akan menumbuhkan kepercayaan. Hal ini akan meminimalisir kejadian yang tidak diinginkan. Bila dokter mengkomunikasikan apa yang dia lakukan pada pasien, maka pasien akan memahami.Jadi, proses tindakan akan lebih nyaman dilakukan karena berangkat dari sebuah pemahaman. Tetapi bila selama penanganan, dokter* ngomong aja enggak,* atau bahkan memandang ke pasien pun tidak, maka hanya apriori yang muncul. Maka secara psikologis kondisi ini akan 'meracuni' pasien sehingga memandangnya dalam perspektif negatif. Mungkin kalangan dokter 'yang kejar setoran' akan merasa rugi bila banyak bicara pada pasien, buang waktu. Padahal dengan 'memanusiakan' pasien, justru akan menjadi nilai plus, dan 'promosi terbaik'. Pasien sendiri perlu bersikap asertif, bertanya tentang apa yang terjadi pada dirinya. Itu adalah haknya! Juga masyarakat perlu mengkritisi anggapan bahwa 'dokter yang pasiennya banyak sampai antrian panjang adalah dokter yang terbaik'. Bagaimanapun dokter juga manusia, memiliki keterbatasan, ketika menangani pasien dalam jumlah banyak, juga akan mengalami kelelahan sehingga kondisi fisik dan psikis ikut terpengaruh. Manifestasinya bisa pelit bicara atau 'yang parah' adalah tidak cermat dan tidak teliti! Saya pribadi punya 'semboyan' , komunikasi yang terjalin dengan baik, adalah 50% proses penyembuhan! Salam, Wati 2009/8/21 Ridwan Nyak Baik > > > Dear Bung Ady; > > Jadi, menurut Bung Ady JPU nya (maaf) gak waras, begitu...he2.*** > > Bung; > > Bila kasus penyidangan kembali Prita mau ditarik ke ranah politik maka > yang menjadi pemain utama adalah PDIP (kalau saya gak keliru kan Prita > merapat ke PDIP saat kampanye yang lalu). Jadi para ahli hukum yang > menjadi Tim Lawyer PDIP saat gugat hasil Pilpres yang lalu seharusnya > sekarang turun membantu Tim Pembela Prita melawan JPU. > > Lalu, di sisi lain angin koalisi demokrat-PDIP (lewat TK) tampak semakin > nyata. Dari perspektif ini seyogyanya mesin pencitraan Demokrat juga > jangan kalah cepat untuk sigap bantu Prita (toh, SBY juga pernah > menunjukkan simpatinya pada Prita yang punya 2 balita namun tetap dibui > jaksa seperti koruptor kakap, atau bandar narkoba). > > Tapi, apapun yang terjadi - politik atau bukan - penyidangan kembali > Prita akan membuka borok Omni lebih menganga. Dari sisi citra dan > reputasi, menang atau kalah bagi Omni tetap rugi. Maka, mari kita kawal > bersama sesuai dengan peran dan fungsi kita masing-masing (sebagai > bagian dari kepedulian kepada penerapan demokrasi dan keadilan di negeri > ini) jalannya persidangan Prita dalam semangat projustisia sesuai > jaminan undang-undang. > > Tabik; > > RnB > > From: > Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com > [mailto:Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com] > On Behalf Of Adyanto > Aditomo > Sent: Thursday, August 20, 2009 7:33 PM > To: > Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com > Subject: RE: [Forum-Pembaca-KOMPAS] dr Hengky: Pasien Saya Turun Drastis > Setelah Ada "E-mail" Prita > > Bung Ridwan Nyak Baik, > > Itukan kalau Jaksa Penuntut Umumnya waras, maka sebelum melakukan > penuntutan terhadap Ibu Prita, dia akan kumpulkan semua bukti atas > pernyataan dokter tersebut serta apa alasannya pasien yang selama ini > menjadi pelanggan dia tiba - tiba kabur hanya karena ada email dari Ibu > Prita. Jadi harus ada wawancara dari para pasien yang sudah biasa > menjadi pelanggan dokter tersebut. > > Saya ragu hal tersebut dilakukan oleh Jaksa Penuntut Umum. > Maka itu para Capres saat kampanye Pilpres mengecam tindakan Aparat > Kejaksaan yang dinilai telah bertindak secara berlebihan terhadap Ibu > Prita. > Tapi yang namanya Politik, ya ada saja caranya untuk mempermalukan > capres yang berhasil memenangkan Pilpres 2009. > Saya kok curiga ini semua permainan politik untuk saling menjatuhkan > lawan politiknya. > Kesan saya Ibu Prita hanya difungsikan sebagai Pion dari Permainan > Politik Tingkat Tinggi di republik ini. > > Salam, > > Adyanto Aditomo > > > [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [Forum-Pembaca-KOMPAS] dr Hengky: Pasien Saya Turun Drastis Setelah Ada "E-mail" Prita
seperti pernah dimuat diKompas sebuah artikel mengenai seorang dokter senior dari Solo, beberapa waktu yang lalu. ada kalimat yang disebutkan oleh dokter senior tsb yang dia pernah dinasehati oleh orang tuanya, bahwa kalu mau kaya (harta) jangan jadi dokter, jadilah pengusaha dlsb. pekerjaan sebagai seorang dokter bukan melulu untuk cari uang, tapi ada sisi sosialnya untuk membantu sesama. sekolah untuk menjadi dokter memang tidak murah dan perlu waktu yang relatif lama. diIndonesia maupun di LN, sama saja. apalagi kalu sudah masuk sekolah kedokteran untuk spesialisasinya, selain otak mesti encer, juga dukungan dana dari ortu atau wali mesti kuat. permasalahannya sekarang, kalu dana yang sudah banyak dikeluarkan dan juga waktu yang lama untuk meraih gelar dokter ataupun dokter spesialis tsb dianggap sebagai suatu "investasi" dan kalu sudah investasi namanya, maka harus ada yang disebut balik modal ... mungkin ini yang membuat segalanya, seolah tidak berjalan sebagaimana mestinya salam, djs From: fikarwin zuska To: Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com Sent: Thursday, 20 August, 2009 22:44:42 Subject: Re: [Forum-Pembaca-KOMPAS] dr Hengky: Pasien Saya Turun Drastis Setelah Ada "E-mail" Prita Dalam ilmu sosial ada yang dinamakan 'kontrak sosial'. Kontrak tsb tidak merujuk pada apa yang biasa dikenal dengan 'surat kontrak': ditandatangani oleh pihak terkait plus saksi-saksi. Yang dirujuk oleh kontrak sosial itu justeru adanya 'keterikatan' di antara para pihak dengan atau tanpa 'surat kontrak'. Intinya di sini ada kesepakatan, kesepahaman, dan aturan tentang berbagai hal di antara pihak-pihak terkait. Keterikatan ini bisa berlangsung singkat atau lama, tergantung kepentingan masing-masing pelaku. Kalau ada yang merasa dirugikan, niscaya 'kontrak sosial' itu akan diperbaruikembali atau diakhiri. Dokter sama perusahaan farmasi, saya kira, juga begitu. Tidak perlu ada 'hitam di atas putih' untuk keterikatan kerjasama mereka."Ucapan terima kasih" dapat dipandang sebagai implikasi dari suatu tindakan yang mendahuluinya Tetapi apabila berketerusan, maka 'ucapan terimakasih' bisa berada di awal dari tindakan berikutnya; yaitu menjadi sebab dari tindakan dokter 'menjual obat'.Ingat kan hukum resiprositas! Oleh sebab itu, kalau dari sudut sosial, adalah mustahil seseorang itu bisa betul-betul independen, termasuk seorang dokter. Uang sering membuat orang tergantung kepadanya: mau berbuat apa saja demi uang. Uang bisa menggerakkan orang."Dokter bekerja sesuai dengan kata hatinya dalam memberikan pengobatan dalam koridor standar2 pelayanan yang sudah ada", kata HQQ, saya kira itu normatif. Itu adalah pernyataan pembelaan yang tidak didasarkan pada observasi secara induktif-empirik. Fakta empirik, walaupun menyakitkan, kadang2 memang perlu dibenarkan karena dokter sendiri, di tanah air ini, tidak gratis memperoleh status yang disandangnya. Mereka banyak mengeluarkan dana, baik resmi atau siluman, untuk meraih spesialisnnya. Akibatnya mereka kejar 'setoran' juga: cari pasien se banyak2nya sehingga nyaris tak terurus. Lalu?.dari Medan dan Aceh, berduyun2 setiap hari 4-5 flight pasien + pengantar dalam sehari pergi berobat ke Penang. Pasien, tampaknya, sudah memulai protesnya, resistensinya, terhadap cara-cara pelayanan yang diberikan tenaga medis kita selama ini. Tabik tuan..
Re: [Forum-Pembaca-KOMPAS] dr Hengky: Pasien Saya Turun Drastis Setelah Ada "E-mail" Prita
Ada lagi kejadian lain. Seorang dokter mengantar kerabatnya ke sebuah rumah sakit dan si dokter telah memberitahu si sakit menderita DBD. Setelah diperiksa oleh pihak rumah sakit kerabatnya itu diberi resep yang mahal sekali. Oleh si pembeli resep itu diperlihatkan kepada si dokter yang mengantar, ternyata dalam resep ada obat untuk kanker. Oleh dokter pengantar, resep tersebut ditanyakan kepada dokter peresep dan dokter ybs cuma nyengir-nyengir. Mudah-mudah tulisan ini tidak menimbulkan delik karena hanya menyampaikan cerita dari kawan yang mewanti-wanti saya agar berhati-hati sewaktu menebus resep dan maksud ini pulalah yang membuat informasi ini disampaikan dalam forum ini. Zul --- On Thu, 8/20/09, Hakiki Akbari wrote: From: Hakiki Akbari Subject: Re: [Forum-Pembaca-KOMPAS] dr Hengky: Pasien Saya Turun Drastis Setelah Ada "E-mail" Prita To: Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com Date: Thursday, August 20, 2009, 3:04 AM Coba dijelaskan lebih jelas, apa yang anda sebut dengan "terikat kontrak" tsb. Saya hanya memberi masukan dari pengalaman sehari2 yang saya lihat sebagai praktisi kedokteran .. Memang sering ada hubungan "harmonis" antara dokter dan pihak farmasi. Hubungan harmonis itu akan saya jelaskan sbb: Pada dasarnya Posisi dokter adalah tidak terikat kontrak dg pihak manapun, bgt jg dengan pihak farmasi. Dokter bekerja sesuai dengan kata hatinya dalam memberikan pengobatan dalam koridor standar2 pelayanan yang sudah ada. Pihak Farmasi sendiri biasanya akan berusaha memasarkan produknya kepada dokter. Nah selain kelebihan kualitas, atau harga produknya, pihak farmasi juga sering memberikan "tanda terima kasih" atas pemakaian produknya oleh dokter. Nah disinilah kemudian menjadi bola panas ditangan dokter. Bila dokter memilih untuk tregoda oleh godaan dan iming2 tanda terima kasih tersebut maka ia akan berubah jadi budak atau semacam agen farmasi. semakin banyak produk yang ia pakai, maka semakin besar tanda teria kasih yang diberikan pihak farmasi. Namun tentu saja tidak semua dokter begitu. Meskipun pihak farmasi terus menggoda dengan tanda terima kasih sebesar apapun ada juga dokter yang tetap memilih untuk bersikap mandiri dan memegang teguh kode etik sehingga tidak terpengaruh iming2 tanda terima kasih tsb. Apakah seorang dokter memberikan pengobatan berlebihan atau tidak masih perludiperdalam lg. selama seorang dokter memenuhi standar dan prsedur profesi, maka sulit disebut sebagai pengobatan berlebihan. Kemudian apakah pengobatan berlebihan tsb ada kaitannya dengan pihak farmasi tertentu itu juga harus diperdalam lagi. Saya sendiri memilih untuk memakai beberapa produk dari farmasi tertentu selain obat generik, terutama dikarenakan kualitasnya lumayan dan harganya murah. Adanya bukti transfer dari pihak farmasi ke rekening dokter hanya membuktikan adanya transfer saja tidak membuktikan adanya kontrak apalagi kaitannya dengan pengobatan berlebih. So, apa yang ditulis disini, masih terlalu dangkal untuk bisa menuduh ksana kemari. Perjelas lagi, kalau memang niatnnya baik. Salam HQQ
RE: [Forum-Pembaca-KOMPAS] dr Hengky: Pasien Saya Turun Drastis Setelah Ada "E-mail" Prita
Dear Bung Ady; Jadi, menurut Bung Ady JPU nya (maaf) gak waras, begitu...he2.*** Bung; Bila kasus penyidangan kembali Prita mau ditarik ke ranah politik maka yang menjadi pemain utama adalah PDIP (kalau saya gak keliru kan Prita merapat ke PDIP saat kampanye yang lalu). Jadi para ahli hukum yang menjadi Tim Lawyer PDIP saat gugat hasil Pilpres yang lalu seharusnya sekarang turun membantu Tim Pembela Prita melawan JPU. Lalu, di sisi lain angin koalisi demokrat-PDIP (lewat TK) tampak semakin nyata. Dari perspektif ini seyogyanya mesin pencitraan Demokrat juga jangan kalah cepat untuk sigap bantu Prita (toh, SBY juga pernah menunjukkan simpatinya pada Prita yang punya 2 balita namun tetap dibui jaksa seperti koruptor kakap, atau bandar narkoba). Tapi, apapun yang terjadi - politik atau bukan - penyidangan kembali Prita akan membuka borok Omni lebih menganga. Dari sisi citra dan reputasi, menang atau kalah bagi Omni tetap rugi. Maka, mari kita kawal bersama sesuai dengan peran dan fungsi kita masing-masing (sebagai bagian dari kepedulian kepada penerapan demokrasi dan keadilan di negeri ini) jalannya persidangan Prita dalam semangat projustisia sesuai jaminan undang-undang. Tabik; RnB From: Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com [mailto:forum-pembaca-kom...@yahoogroups.com] On Behalf Of Adyanto Aditomo Sent: Thursday, August 20, 2009 7:33 PM To: Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com Subject: RE: [Forum-Pembaca-KOMPAS] dr Hengky: Pasien Saya Turun Drastis Setelah Ada "E-mail" Prita Bung Ridwan Nyak Baik, Itukan kalau Jaksa Penuntut Umumnya waras, maka sebelum melakukan penuntutan terhadap Ibu Prita, dia akan kumpulkan semua bukti atas pernyataan dokter tersebut serta apa alasannya pasien yang selama ini menjadi pelanggan dia tiba - tiba kabur hanya karena ada email dari Ibu Prita. Jadi harus ada wawancara dari para pasien yang sudah biasa menjadi pelanggan dokter tersebut. Saya ragu hal tersebut dilakukan oleh Jaksa Penuntut Umum. Maka itu para Capres saat kampanye Pilpres mengecam tindakan Aparat Kejaksaan yang dinilai telah bertindak secara berlebihan terhadap Ibu Prita. Tapi yang namanya Politik, ya ada saja caranya untuk mempermalukan capres yang berhasil memenangkan Pilpres 2009. Saya kok curiga ini semua permainan politik untuk saling menjatuhkan lawan politiknya. Kesan saya Ibu Prita hanya difungsikan sebagai Pion dari Permainan Politik Tingkat Tinggi di republik ini. Salam, Adyanto Aditomo
Re: [Forum-Pembaca-KOMPAS] dr Hengky: Pasien Saya Turun Drastis Setelah Ada "E-mail" Prita
Dalam ilmu sosial ada yang dinamakan 'kontrak sosial'. Kontrak tsb tidak merujuk pada apa yang biasa dikenal dengan 'surat kontrak': ditandatangani oleh pihak terkait plus saksi-saksi. Yang dirujuk oleh kontrak sosial itu justeru adanya 'keterikatan' di antara para pihak dengan atau tanpa 'surat kontrak'. Intinya di sini ada kesepakatan, kesepahaman, dan aturan tentang berbagai hal di antara pihak-pihak terkait. Keterikatan ini bisa berlangsung singkat atau lama, tergantung kepentingan masing-masing pelaku. Kalau ada yang merasa dirugikan, niscaya 'kontrak sosial' itu akan diperbaruikembali atau diakhiri. Dokter sama perusahaan farmasi, saya kira, juga begitu. Tidak perlu ada 'hitam di atas putih' untuk keterikatan kerjasama mereka."Ucapan terima kasih" dapat dipandang sebagai implikasi dari suatu tindakan yang mendahuluinya Tetapi apabila berketerusan, maka 'ucapan terimakasih' bisa berada di awal dari tindakan berikutnya; yaitu menjadi sebab dari tindakan dokter 'menjual obat'.Ingat kan hukum resiprositas! Oleh sebab itu, kalau dari sudut sosial, adalah mustahil seseorang itu bisa betul-betul independen, termasuk seorang dokter. Uang sering membuat orang tergantung kepadanya: mau berbuat apa saja demi uang. Uang bisa menggerakkan orang."Dokter bekerja sesuai dengan kata hatinya dalam memberikan pengobatan dalam koridor standar2 pelayanan yang sudah ada", kata HQQ, saya kira itu normatif. Itu adalah pernyataan pembelaan yang tidak didasarkan pada observasi secara induktif-empirik. Fakta empirik, walaupun menyakitkan, kadang2 memang perlu dibenarkan karena dokter sendiri, di tanah air ini, tidak gratis memperoleh status yang disandangnya. Mereka banyak mengeluarkan dana, baik resmi atau siluman, untuk meraih spesialisnnya. Akibatnya mereka kejar 'setoran' juga: cari pasien se banyak2nya sehingga nyaris tak terurus. Lalu?.dari Medan dan Aceh, berduyun2 setiap hari 4-5 flight pasien + pengantar dalam sehari pergi berobat ke Penang. Pasien, tampaknya, sudah memulai protesnya, resistensinya, terhadap cara-cara pelayanan yang diberikan tenaga medis kita selama ini. Tabik tuan.. --- On Thu, 8/20/09, Hakiki Akbari wrote: From: Hakiki Akbari Subject: Re: [Forum-Pembaca-KOMPAS] dr Hengky: Pasien Saya Turun Drastis Setelah Ada "E-mail" Prita To: Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com Date: Thursday, August 20, 2009, 5:04 PM Coba dijelaskan lebih jelas, apa yang anda sebut dengan "terikat kontrak" tsb. Saya hanya memberi masukan dari pengalaman sehari2 yang saya lihat sebagai praktisi kedokteran .. Memang sering ada hubungan "harmonis" antara dokter dan pihak farmasi. Hubungan harmonis itu akan saya jelaskan sbb: Pada dasarnya Posisi dokter adalah tidak terikat kontrak dg pihak manapun, bgt jg dengan pihak farmasi. Dokter bekerja sesuai dengan kata hatinya dalam memberikan pengobatan dalam koridor standar2 pelayanan yang sudah ada. Pihak Farmasi sendiri biasanya akan berusaha memasarkan produknya kepada dokter. Nah selain kelebihan kualitas, atau harga produknya, pihak farmasi juga sering memberikan "tanda terima kasih" atas pemakaian produknya oleh dokter. Nah disinilah kemudian menjadi bola panas ditangan dokter. Bila dokter memilih untuk tregoda oleh godaan dan iming2 tanda terima kasih tersebut maka ia akan berubah jadi budak atau semacam agen farmasi. semakin banyak produk yang ia pakai, maka semakin besar tanda teria kasih yang diberikan pihak farmasi. Namun tentu saja tidak semua dokter begitu. Meskipun pihak farmasi terus menggoda dengan tanda terima kasih sebesar apapun ada juga dokter yang tetap memilih untuk bersikap mandiri dan memegang teguh kode etik sehingga tidak terpengaruh iming2 tanda terima kasih tsb. Apakah seorang dokter memberikan pengobatan berlebihan atau tidak masih perludiperdalam lg. selama seorang dokter memenuhi standar dan prsedur profesi, maka sulit disebut sebagai pengobatan berlebihan. Kemudian apakah pengobatan berlebihan tsb ada kaitannya dengan pihak farmasi tertentu itu juga harus diperdalam lagi. Saya sendiri memilih untuk memakai beberapa produk dari farmasi tertentu selain obat generik, terutama dikarenakan kualitasnya lumayan dan harganya murah. Adanya bukti transfer dari pihak farmasi ke rekening dokter hanya membuktikan adanya transfer saja tidak membuktikan adanya kontrak apalagi kaitannya dengan pengobatan berlebih. So, apa yang ditulis disini, masih terlalu dangkal untuk bisa menuduh ksana kemari. Perjelas lagi, kalau memang niatnnya baik. Salam HQQ
RE: [Forum-Pembaca-KOMPAS] dr Hengky: Pasien Saya Turun Drastis Setelah Ada "E-mail" Prita
Yang paling tepat adalah membuktikan kebenaran pernyataan dr. Hengky. Terukur sebelum dan setelah ada surat Prita. Ini pembuktian yang sahih. ss --- On Thu, 8/20/09, Indonesia Police Watch wrote: From: Indonesia Police Watch Subject: RE: [Forum-Pembaca-KOMPAS] dr Hengky: Pasien Saya Turun Drastis Setelah Ada "E-mail" Prita To: Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com Date: Thursday, August 20, 2009, 12:31 PM Prilaku dan moralitas para dokter di Indonesia.Sunguh teramat parah.Tak bedanya seperti supir bus kota yang mengejar setoran. untuk itu kerap mereka berani melakukan perbuatan yang menyimpang. jika, supir bus perbuatannya hanya mengebut, berhenti, dan ngetem sembarangan. sedangkan dokter kerap memberikan obat yang berlebihan untuk pasiennya. sebab, para dokter telah "terikat kontrak" dengan para pengusaha farmasih. berupa profit sharing. untuk itu, dengan segala upaya mereka menulis resep sebanyak mungkin.agar mendapat keuntungan sebanyak mungkin. padahal, profesi dokter merupakan profesi yang mulia, kini,seiring perkembangan zaman yang serba konsumtif maka moralitas boleh digadaikan.nyawa pasien juga dipermainkan. kebetulan kami memiliki bukti otentik tranfer bank dan ekpenses report untuk dokter seluruh indonesia dari salah satu perusahaan farmasi terbesar di indonesia.
RE: [Forum-Pembaca-KOMPAS] dr Hengky: Pasien Saya Turun Drastis Setelah Ada "E-mail" Prita
Bung Ridwan Nyak Baik, Itukan kalau Jaksa Penuntut Umumnya waras, maka sebelum melakukan penuntutan terhadap Ibu Prita, dia akan kumpulkan semua bukti atas pernyataan dokter tersebut serta apa alasannya pasien yang selama ini menjadi pelanggan dia tiba - tiba kabur hanya karena ada email dari Ibu Prita. Jadi harus ada wawancara dari para pasien yang sudah biasa menjadi pelanggan dokter tersebut. Saya ragu hal tersebut dilakukan oleh Jaksa Penuntut Umum. Maka itu para Capres saat kampanye Pilpres mengecam tindakan Aparat Kejaksaan yang dinilai telah bertindak secara berlebihan terhadap Ibu Prita. Tapi yang namanya Politik, ya ada saja caranya untuk mempermalukan capres yang berhasil memenangkan Pilpres 2009. Saya kok curiga ini semua permainan politik untuk saling menjatuhkan lawan politiknya. Kesan saya Ibu Prita hanya difungsikan sebagai Pion dari Permainan Politik Tingkat Tinggi di republik ini. Salam, Adyanto Aditomo --- Pada Kam, 20/8/09, Ridwan Nyak Baik menulis: Dari: Ridwan Nyak Baik Judul: RE: [Forum-Pembaca-KOMPAS] dr Hengky: Pasien Saya Turun Drastis Setelah Ada "E-mail" Prita Kepada: Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com Tanggal: Kamis, 20 Agustus, 2009, 2:18 AM Pernyataan sang dokter ini harus dibuktikan minimal berdasarkan data pasiennya selama 6 bulan pra email Prita dan 6 pulan pasca email dimaksud. Kalau hanya ucap asal sebut seyogyanya tidak bisa dijadikan data pendukungbahwa "pasiennya mengalami penurunan." Dalam hal berobat, jika sudah merasa cocok dengan seorang dokter secara psikologis orang tidak akan sefgera berpindah kelain hati, meski seribu emil seorang Prita melanda setiap hari. Kepercayaan pasien yang sudah terbina selama ini adalah karang yang tak goyah oleh gempuran surat elektronik. Jadi, sekali lagi pengakuan "pasien turu" harus dibuktikan lewat data bukan asal bunyi. Sebab tanpa data, public sulit untuk percaya. Tabik; RnB
RE: [Forum-Pembaca-KOMPAS] dr Hengky: Pasien Saya Turun Drastis Setelah Ada "E-mail" Prita
pasien sang dokter bukan cuma Prita kan? kalo memang Prita yang mengada-ada, pasien lain gakkenapa harus takut? --- On Thu, 8/20/09, Indonesia Police Watch wrote: From: Indonesia Police Watch Subject: RE: [Forum-Pembaca-KOMPAS] dr Hengky: Pasien Saya Turun Drastis Setelah Ada "E-mail" Prita To: Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com Date: Thursday, August 20, 2009, 1:31 AM Prilaku dan moralitas para dokter di Indonesia.Sunguh teramat parah.Tak bedanya seperti supir bus kota yang mengejar setoran. untuk itu kerap mereka berani melakukan perbuatan yang menyimpang. jika, supir bus perbuatannya hanya mengebut, berhenti, dan ngetem sembarangan. sedangkan dokter kerap memberikan obat yang berlebihan untuk pasiennya. sebab, para dokter telah "terikat kontrak" dengan para pengusaha farmasih. berupa profit sharing. untuk itu, dengan segala upaya mereka menulis resep sebanyak mungkin.agar mendapat keuntungan sebanyak mungkin. padahal, profesi dokter merupakan profesi yang mulia, kini,seiring perkembangan zaman yang serba konsumtif maka moralitas boleh digadaikan.nyawa pasien juga dipermainkan. kebetulan kami memiliki bukti otentik tranfer bank dan ekpenses report untuk dokter seluruh indonesia dari salah satu perusahaan farmasi terbesar di indonesia.
Re: [Forum-Pembaca-KOMPAS] dr Hengky: Pasien Saya Turun Drastis Setelah Ada "E-mail" Prita
Coba dijelaskan lebih jelas, apa yang anda sebut dengan "terikat kontrak" tsb. Saya hanya memberi masukan dari pengalaman sehari2 yang saya lihat sebagai praktisi kedokteran .. Memang sering ada hubungan "harmonis" antara dokter dan pihak farmasi. Hubungan harmonis itu akan saya jelaskan sbb: Pada dasarnya Posisi dokter adalah tidak terikat kontrak dg pihak manapun, bgt jg dengan pihak farmasi. Dokter bekerja sesuai dengan kata hatinya dalam memberikan pengobatan dalam koridor standar2 pelayanan yang sudah ada. Pihak Farmasi sendiri biasanya akan berusaha memasarkan produknya kepada dokter. Nah selain kelebihan kualitas, atau harga produknya, pihak farmasi juga sering memberikan "tanda terima kasih" atas pemakaian produknya oleh dokter. Nah disinilah kemudian menjadi bola panas ditangan dokter. Bila dokter memilih untuk tregoda oleh godaan dan iming2 tanda terima kasih tersebut maka ia akan berubah jadi budak atau semacam agen farmasi. semakin banyak produk yang ia pakai, maka semakin besar tanda teria kasih yang diberikan pihak farmasi. Namun tentu saja tidak semua dokter begitu. Meskipun pihak farmasi terus menggoda dengan tanda terima kasih sebesar apapun ada juga dokter yang tetap memilih untuk bersikap mandiri dan memegang teguh kode etik sehingga tidak terpengaruh iming2 tanda terima kasih tsb. Apakah seorang dokter memberikan pengobatan berlebihan atau tidak masih perludiperdalam lg. selama seorang dokter memenuhi standar dan prsedur profesi, maka sulit disebut sebagai pengobatan berlebihan. Kemudian apakah pengobatan berlebihan tsb ada kaitannya dengan pihak farmasi tertentu itu juga harus diperdalam lagi. Saya sendiri memilih untuk memakai beberapa produk dari farmasi tertentu selain obat generik, terutama dikarenakan kualitasnya lumayan dan harganya murah. Adanya bukti transfer dari pihak farmasi ke rekening dokter hanya membuktikan adanya transfer saja tidak membuktikan adanya kontrak apalagi kaitannya dengan pengobatan berlebih. So, apa yang ditulis disini, masih terlalu dangkal untuk bisa menuduh ksana kemari. Perjelas lagi, kalau memang niatnnya baik. Salam HQQ From: Indonesia Police Watch To: Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com Sent: Thursday, August 20, 2009 12:31:22 PM Subject: RE: [Forum-Pembaca-KOMPAS] dr Hengky: Pasien Saya Turun Drastis Setelah Ada "E-mail" Prita Prilaku dan moralitas para dokter di Indonesia.Sunguh teramat parah.Tak bedanya seperti supir bus kota yang mengejar setoran. untuk itu kerap mereka berani melakukan perbuatan yang menyimpang. jika, supir bus perbuatannya hanya mengebut, berhenti, dan ngetem sembarangan. sedangkan dokter kerap memberikan obat yang berlebihan untuk pasiennya. sebab, para dokter telah "terikat kontrak" dengan para pengusaha farmasih. berupa profit sharing. untuk itu, dengan segala upaya mereka menulis resep sebanyak mungkin.agar mendapat keuntungan sebanyak mungkin. padahal, profesi dokter merupakan profesi yang mulia, kini,seiring perkembangan zaman yang serba konsumtif maka moralitas boleh digadaikan.nyawa pasien juga dipermainkan. kebetulan kami memiliki bukti otentik tranfer bank dan ekpenses report untuk dokter seluruh indonesia dari salah satu perusahaan farmasi terbesar di indonesia.
Bls: [Forum-Pembaca-KOMPAS] dr Hengky: Pasien Saya Turun Drastis Setelah Ada "E-mail" Prita
kalo perlu bukti transfer bank itu buka aja ato kirimkan Dewan Kehormatan IDI dan ke KPK dll,biar dokter yang rakus rakus itu ketahuan,kita semua tahu dan bisa membedakan mana dokter yang berjiwa sosial,pengabdian dan hidup sekedarnya dan mana yang dokter "kiler/tamak" hidup diatas kesulitan pasien atao orang lain. trims Dari: Indonesia Police Watch Kepada: Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com Terkirim: Rabu, 19 Agustus, 2009 22:31:22 Judul: RE: [Forum-Pembaca-KOMPAS] dr Hengky: Pasien Saya Turun Drastis Setelah Ada "E-mail" Prita Prilaku dan moralitas para dokter di Indonesia.Sunguh teramat parah.Tak bedanya seperti supir bus kota yang mengejar setoran. untuk itu kerap mereka berani melakukan perbuatan yang menyimpang. jika, supir bus perbuatannya hanya mengebut, berhenti, dan ngetem sembarangan. sedangkan dokter kerap memberikan obat yang berlebihan untuk pasiennya. sebab, para dokter telah "terikat kontrak" dengan para pengusaha farmasih. berupa profit sharing. untuk itu, dengan segala upaya mereka menulis resep sebanyak mungkin.agar mendapat keuntungan sebanyak mungkin. padahal, profesi dokter merupakan profesi yang mulia, kini,seiring perkembangan zaman yang serba konsumtif maka moralitas boleh digadaikan.nyawa pasien juga dipermainkan. kebetulan kami memiliki bukti otentik tranfer bank dan ekpenses report untuk dokter seluruh indonesia dari salah satu perusahaan farmasi terbesar di indonesia.
RE: [Forum-Pembaca-KOMPAS] dr Hengky: Pasien Saya Turun Drastis Setelah Ada "E-mail" Prita
Prilaku dan moralitas para dokter di Indonesia.Sunguh teramat parah.Tak bedanya seperti supir bus kota yang mengejar setoran. untuk itu kerap mereka berani melakukan perbuatan yang menyimpang. jika, supir bus perbuatannya hanya mengebut, berhenti, dan ngetem sembarangan. sedangkan dokter kerap memberikan obat yang berlebihan untuk pasiennya. sebab, para dokter telah "terikat kontrak" dengan para pengusaha farmasih. berupa profit sharing. untuk itu, dengan segala upaya mereka menulis resep sebanyak mungkin.agar mendapat keuntungan sebanyak mungkin. padahal, profesi dokter merupakan profesi yang mulia, kini,seiring perkembangan zaman yang serba konsumtif maka moralitas boleh digadaikan.nyawa pasien juga dipermainkan. kebetulan kami memiliki bukti otentik tranfer bank dan ekpenses report untuk dokter seluruh indonesia dari salah satu perusahaan farmasi terbesar di indonesia. --- On Thu, 20/8/09, Ridwan Nyak Baik wrote: From: Ridwan Nyak Baik Subject: RE: [Forum-Pembaca-KOMPAS] dr Hengky: Pasien Saya Turun Drastis Setelah Ada "E-mail" Prita To: Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com Date: Thursday, 20 August, 2009, 2:18 AM Pernyataan sang dokter ini harus dibuktikan minimal berdasarkan data pasiennya selama 6 bulan pra email Prita dan 6 pulan pasca email dimaksud. Kalau hanya ucap asal sebut seyogyanya tidak bisa dijadikan data pendukungbahwa "pasiennya mengalami penurunan." Dalam hal berobat, jika sudah merasa cocok dengan seorang dokter secara psikologis orang tidak akan sefgera berpindah kelain hati, meski seribu emil seorang Prita melanda setiap hari. Kepercayaan pasien yang sudah terbina selama ini adalah karang yang tak goyah oleh gempuran surat elektronik. Jadi, sekali lagi pengakuan "pasien turu" harus dibuktikan lewat data bukan asal bunyi. Sebab tanpa data, public sulit untuk percaya. Tabik; RnB
RE: [Forum-Pembaca-KOMPAS] dr Hengky: Pasien Saya Turun Drastis Setelah Ada "E-mail" Prita
Pernyataan sang dokter ini harus dibuktikan minimal berdasarkan data pasiennya selama 6 bulan pra email Prita dan 6 pulan pasca email dimaksud. Kalau hanya ucap asal sebut seyogyanya tidak bisa dijadikan data pendukungbahwa "pasiennya mengalami penurunan." Dalam hal berobat, jika sudah merasa cocok dengan seorang dokter secara psikologis orang tidak akan sefgera berpindah kelain hati, meski seribu emil seorang Prita melanda setiap hari. Kepercayaan pasien yang sudah terbina selama ini adalah karang yang tak goyah oleh gempuran surat elektronik. Jadi, sekali lagi pengakuan "pasien turu" harus dibuktikan lewat data bukan asal bunyi. Sebab tanpa data, public sulit untuk percaya. Tabik; RnB From: Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com [mailto:forum-pembaca-kom...@yahoogroups.com] On Behalf Of Agus Hamonangan Sent: Wednesday, August 19, 2009 4:33 PM To: Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com Subject: [Forum-Pembaca-KOMPAS] dr Hengky: Pasien Saya Turun Drastis Setelah Ada "E-mail" Prita http://megapolitan.kompas.com/read/xml/2009/08/19/12401844/dr.Hengky.Pas ien.Saya.Turun.Drastis.Setelah.Ada.E-mail.Prita JAKARTA, KOMPAS.com - Dokter Rumah Sakit Omni Internasional Tangerang yang memejahijaukan Prita Mulyasari, dr Hengky, mengaku mengalami penurunan jumlah pasien sejak surat elektronik (e-mail) Prita menyebar ke khalayak. Oleh karena itu, dia melalui kuasa hukum RS Omni Internasional Tangerang melaporkan Prita ke kepolisian. "Ya (e-mail itu mendiskreditkan saya). Pasien saya turun drastis karena takut," ujarnya di ruang sidang utama Pengadilan Negeri Tangerang, Rabu (19/8). Hengky juga merasa geram setelah membaca e-mail Prita. Dia mengetahui e-mail itu dari teman-temannya. Prita, dalam e-mail itu menyebutkan, agar teman-temannya berhati-hati dengan dr Hengky. Pada e-mail itu Prita menuliskan, "Saya informasikan, dr Hengky juga berpraktik di RSCM. Saya tidak menyebutkan RSCM jelek. Tapi lebih hati-hati terhadap dokter ini." "Saya merasa itu tidak benar. Tidak sesuai fakta. Saya kesal Yang Mulia," tukas Hengky. * This message may contain confidential and/or privileged information. If you are not the addressee or authorized to receive this for the addressee, you must not use, copy, disclose or take any action based on this message or any information herein. If you have received this communication in error, please notify us immediately by responding to this email and then delete it from your system. PT Pertamina (Persero) is neither liable for the proper and complete transmission of the information contained in this communication nor for any delay in its receipt. * [Non-text portions of this message have been removed]
[Forum-Pembaca-KOMPAS] dr Hengky: Pasien Saya Turun Drastis Setelah Ada "E-mail" Prita
http://megapolitan.kompas.com/read/xml/2009/08/19/12401844/dr.Hengky.Pasien.Saya.Turun.Drastis.Setelah.Ada.E-mail.Prita JAKARTA, KOMPAS.com Dokter Rumah Sakit Omni Internasional Tangerang yang memejahijaukan Prita Mulyasari, dr Hengky, mengaku mengalami penurunan jumlah pasien sejak surat elektronik (e-mail) Prita menyebar ke khalayak. Oleh karena itu, dia melalui kuasa hukum RS Omni Internasional Tangerang melaporkan Prita ke kepolisian. "Ya (e-mail itu mendiskreditkan saya). Pasien saya turun drastis karena takut," ujarnya di ruang sidang utama Pengadilan Negeri Tangerang, Rabu (19/8). Hengky juga merasa geram setelah membaca e-mail Prita. Dia mengetahui e-mail itu dari teman-temannya. Prita, dalam e-mail itu menyebutkan, agar teman-temannya berhati-hati dengan dr Hengky. Pada e-mail itu Prita menuliskan, "Saya informasikan, dr Hengky juga berpraktik di RSCM. Saya tidak menyebutkan RSCM jelek. Tapi lebih hati-hati terhadap dokter ini." "Saya merasa itu tidak benar. Tidak sesuai fakta. Saya kesal Yang Mulia," tukas Hengky.