Re: [GELORA45] Adaptasi Kolektif Bangsa

2020-05-19 Terurut Topik kh djie dji...@gmail.com [GELORA45]
Sudah belajar dari Darwin Survival of the fittest. Organismen yang dapat
hidup terus, yang dapat menyesuaikan diri dengan perubahan lingkungan.

Op di 19 mei 2020 om 21:09 schreef Sunny ambon ilmeseng...@gmail.com
[GELORA45] :

>
>
>
> Sebenarnya bukan argresivitas manusia, tetapi kemampuan berpikir
> rational untuk bisa adatasi keadaan sekeliling, dibandingkan dengan
> mahluk lain
>
> On Tue, May 19, 2020 at 5:49 PM 'j.gedearka' j..gedea...@upcmail.nl
>  [GELORA45]  wrote:
>
>>
>>
>>
>>
>> --
>> j.gedearka >
>>
>>
>> https://mediaindonesia.com/editorials/detail_editorials/2012-adaptasi-kolektif-bangsa
>>
>> Selasa 19 Mei 2020, 05:00 WIB
>>
>> Adaptasi Kolektif Bangsa
>>
>> Administrator | Editorial
>>  
>>
>> KEKUATAN manusia bertahan jika dibandingkan dengan makhluk ciptaan
>> lainnya bukan disebabkan kemampuan fisiknya atau agresivitasnya menguasai
>> sumber daya, melainkan ka rena kelihaiannya dalam beradaptasi, me
>> nyesuaikan dengan kondisi alam.
>>
>> Ia mampu membalik kan keadaan yang meng ancam kehidupan menjadi kondisi
>> yang mendukung eksistensinya. Yang dalam istilah kekinian disebut new
>> normal.
>>
>> Kini kemampuan itu tengah diuji. Bisa dibilang pandemi virus korona jenis
>> baru (covid-19) yang mewabah kali ini bentuk ancaman. Tidak hanya dalam hal
>> kesehatan, tapi juga dalam urusan kese jahteraan. Tidak hanya korban jiwa
>> yang masih terus bertambah, tapi sektor ekonomi juga tengah terpuruk.
>>
>> Seolah-olah kini diharuskan memilih pada dua titik yang tampak
>> berlawanan. Melakukan penyelamatan jiwa dan pemutusan rantai penularan co
>> vid-19 dengan pembatasan aktivitas yang mengorbankan ekonomi, atau sisi
>> berlawanannya mengedepankan kegiatan ekonomi dengan risiko wabah covid-19
>> makin sulit dikontrol.
>>
>> Elite negeri ini juga tampaknya berada dalam dilema dua kutub tersebut,
>> terlihat dari kebijakan yang kerap berubah dan terkesan inkonsisten.
>> Misalkan larangan mudik dikeluarkan, tetapi pada akhirnya muncul
>> pengecualian dan transportasi umum diperbolehkan.
>>
>> Juga ketika pembatasan sosial berskala besar (PSBB) diterapkan,
>> pemerintah akan mulai memberikan kelonggaran bagi warga di bawah 45 ta hun
>> untuk kembali beraktivitas, padahal kurva pandemi covid-19 belum
>> menunjukkan penurunan, bahkan landai juga belum.
>>
>> Inkonsistensi pembuat regulasi itu juga dibarengi tingkat kepatuhan warga
>> cukup mengkhawatirkan. Di Jakarta, pelanggaran aturan PSBB mencapai lebih
>> dari 67 ribu selama 35 hari penindakan, sejak 13 April hingga 17 Mei.
>>
>> Belum lagi warga yang tetap menggelar ibadah bersama, masyarakat yang
>> memadati lapak peda gang kali lima (PKL) di Pasar Tanah Abang, ser ta
>> sejumlah perusahaan yang nekat beroperasi padahal PSBB masih terus berlaku.
>>
>> Imbasnya muncul suara-suara kecewa para pe juang di garda terdepan, para
>> tenaga medis. Ra mai di media sosial mengenai foto tenaga medis dengan
>> tulisan ‘Indonesia Terserah’ sehingga tagar #IndonesiaTerserah pun menjadi
>> tren yang dipicu gejala pelonggaran PSBB.
>>
>> Kondisi yang mestinya menjadi perhatian ialah semua harus sadar bahwa
>> perjuangan melawan covid-19 tidak hanya menitikberatkan pada satu kutub.
>> Dua kutub kesehatan dan ekonomi harus dikelola bersamaan. Tuntutan kondisi
>> ekonomi sama gentingnya dengan dampak di sektor kesehatan akibat covid-19.
>>
>> Artinya pengambil kebijakan harus mencari for mula yang seimbang.
>> Bagaimana ekonomi tetap berjalan, tetapi pergerakan warga tidak menimbulkan
>> penyebaran korona menjadi lebih buruk. Untuk itulah, Presiden menegaskan
>> sudah mulai merancang skenario pelonggaran meskipun waktu penerapannya
>> menunggu saat yang tepat.
>>
>> Pertimbangan pemerintah jelas melihat kondisi ekonomi kuartal pertama
>> yang hanya tumbuh 2,97% jauh dari proyeksi 4,7%. Belum lagi jumlah tenaga
>> kerja yang dirumahkan dan di-PHK sudah mencapai 6 juta lebih. Dampaknya
>> jelas akan lebih buruk jika roda ekonomi tidak segera berputar.
>>
>> Sebuah negara sebenarnya sama saja seperti perusahaan, bisa juga
>> bangkrut. Namun, jika perusahaan bisa melepaskan beban ketika masa sulit,
>> tidak halnya dengan negara. Korporasi punya opsi memecat pegawai, tetapi
>> negara tidak bisa melepas tanggung jawab terhadap warga negara.
>>
>> Untuk itulah, di tengah tanggung jawab pemerintah menjalankan roda
>> ekonomi, prinsip melindungi rakyat harus melandasi.Pemerintah dan rakyat
>> harus bersatu dalam satu komitmen bahwa kita harus memulihkan keadaan
>> secepatnya tanpa mengabaikan kesehatan. Kembali pada kekuatan alamiah kita,
>> adaptasi. Itu pun bukan adaptasi individualis, melainkan adaptasi kolektif
>> sebagai bangsa untuk membangun keadaan normal yang baru.
>>
>>  
>>
>> 
>


Re: [GELORA45] Adaptasi Kolektif Bangsa

2020-05-19 Terurut Topik Sunny ambon ilmeseng...@gmail.com [GELORA45]
Sebenarnya bukan argresivitas manusia, tetapi kemampuan berpikir
rational untuk bisa adatasi keadaan sekeliling, dibandingkan dengan
mahluk lain

On Tue, May 19, 2020 at 5:49 PM 'j.gedearka' j.gedea...@upcmail.nl
[GELORA45]  wrote:

>
>
>
>
> --
> j.gedearka 
>
>
> https://mediaindonesia.com/editorials/detail_editorials/2012-adaptasi-kolektif-bangsa
>
> Selasa 19 Mei 2020, 05:00 WIB
>
> Adaptasi Kolektif Bangsa
>
> Administrator | Editorial
>  
>
> KEKUATAN manusia bertahan jika dibandingkan dengan makhluk ciptaan lainnya
> bukan disebabkan kemampuan fisiknya atau agresivitasnya menguasai sumber
> daya, melainkan ka rena kelihaiannya dalam beradaptasi, me nyesuaikan
> dengan kondisi alam.
>
> Ia mampu membalik kan keadaan yang meng ancam kehidupan menjadi kondisi
> yang mendukung eksistensinya. Yang dalam istilah kekinian disebut new
> normal.
>
> Kini kemampuan itu tengah diuji. Bisa dibilang pandemi virus korona jenis
> baru (covid-19) yang mewabah kali ini bentuk ancaman. Tidak hanya dalam hal
> kesehatan, tapi juga dalam urusan kese jahteraan. Tidak hanya korban jiwa
> yang masih terus bertambah, tapi sektor ekonomi juga tengah terpuruk.
>
> Seolah-olah kini diharuskan memilih pada dua titik yang tampak berlawanan..
> Melakukan penyelamatan jiwa dan pemutusan rantai penularan co vid-19 dengan
> pembatasan aktivitas yang mengorbankan ekonomi, atau sisi berlawanannya
> mengedepankan kegiatan ekonomi dengan risiko wabah covid-19 makin sulit
> dikontrol.
>
> Elite negeri ini juga tampaknya berada dalam dilema dua kutub tersebut,
> terlihat dari kebijakan yang kerap berubah dan terkesan inkonsisten.
> Misalkan larangan mudik dikeluarkan, tetapi pada akhirnya muncul
> pengecualian dan transportasi umum diperbolehkan.
>
> Juga ketika pembatasan sosial berskala besar (PSBB) diterapkan, pemerintah
> akan mulai memberikan kelonggaran bagi warga di bawah 45 ta hun untuk
> kembali beraktivitas, padahal kurva pandemi covid-19 belum menunjukkan
> penurunan, bahkan landai juga belum.
>
> Inkonsistensi pembuat regulasi itu juga dibarengi tingkat kepatuhan warga
> cukup mengkhawatirkan. Di Jakarta, pelanggaran aturan PSBB mencapai lebih
> dari 67 ribu selama 35 hari penindakan, sejak 13 April hingga 17 Mei.
>
> Belum lagi warga yang tetap menggelar ibadah bersama, masyarakat yang
> memadati lapak peda gang kali lima (PKL) di Pasar Tanah Abang, ser ta
> sejumlah perusahaan yang nekat beroperasi padahal PSBB masih terus berlaku.
>
> Imbasnya muncul suara-suara kecewa para pe juang di garda terdepan, para
> tenaga medis. Ra mai di media sosial mengenai foto tenaga medis dengan
> tulisan ‘Indonesia Terserah’ sehingga tagar #IndonesiaTerserah pun menjadi
> tren yang dipicu gejala pelonggaran PSBB.
>
> Kondisi yang mestinya menjadi perhatian ialah semua harus sadar bahwa
> perjuangan melawan covid-19 tidak hanya menitikberatkan pada satu kutub.
> Dua kutub kesehatan dan ekonomi harus dikelola bersamaan. Tuntutan kondisi
> ekonomi sama gentingnya dengan dampak di sektor kesehatan akibat covid-19..
>
> Artinya pengambil kebijakan harus mencari for mula yang seimbang.
> Bagaimana ekonomi tetap berjalan, tetapi pergerakan warga tidak menimbulkan
> penyebaran korona menjadi lebih buruk. Untuk itulah, Presiden menegaskan
> sudah mulai merancang skenario pelonggaran meskipun waktu penerapannya
> menunggu saat yang tepat.
>
> Pertimbangan pemerintah jelas melihat kondisi ekonomi kuartal pertama yang
> hanya tumbuh 2,97% jauh dari proyeksi 4,7%. Belum lagi jumlah tenaga kerja
> yang dirumahkan dan di-PHK sudah mencapai 6 juta lebih. Dampaknya jelas
> akan lebih buruk jika roda ekonomi tidak segera berputar.
>
> Sebuah negara sebenarnya sama saja seperti perusahaan, bisa juga bangkrut..
> Namun, jika perusahaan bisa melepaskan beban ketika masa sulit, tidak
> halnya dengan negara. Korporasi punya opsi memecat pegawai, tetapi negara
> tidak bisa melepas tanggung jawab terhadap warga negara.
>
> Untuk itulah, di tengah tanggung jawab pemerintah menjalankan roda
> ekonomi, prinsip melindungi rakyat harus melandasi.Pemerintah dan rakyat
> harus bersatu dalam satu komitmen bahwa kita harus memulihkan keadaan
> secepatnya tanpa mengabaikan kesehatan. Kembali pada kekuatan alamiah kita,
> adaptasi. Itu pun bukan adaptasi individualis, melainkan adaptasi kolektif
> sebagai bangsa untuk membangun keadaan normal yang baru.
>
>  
>
> 
>


[GELORA45] Adaptasi Kolektif Bangsa

2020-05-19 Terurut Topik 'j.gedearka' j.gedea...@upcmail.nl [GELORA45]


-- 
j.gedearka 



https://mediaindonesia.com/editorials/detail_editorials/2012-adaptasi-kolektif-bangsa




Selasa 19 Mei 2020, 05:00 WIB

Adaptasi Kolektif Bangsa

Administrator | Editorial
 

KEKUATAN manusia bertahan jika dibandingkan dengan makhluk ciptaan lainnya 
bukan disebabkan kemampuan fisiknya atau agresivitasnya menguasai sumber daya, 
melainkan ka rena kelihaiannya dalam beradaptasi, me nyesuaikan dengan kondisi 
alam.

Ia mampu membalik kan keadaan yang meng ancam kehidupan menjadi kondisi yang 
mendukung eksistensinya. Yang dalam istilah kekinian disebut new normal.

Kini kemampuan itu tengah diuji. Bisa dibilang pandemi virus korona jenis baru 
(covid-19) yang mewabah kali ini bentuk ancaman. Tidak hanya dalam hal 
kesehatan, tapi juga dalam urusan kese jahteraan. Tidak hanya korban jiwa yang 
masih terus bertambah, tapi sektor ekonomi juga tengah terpuruk.

Seolah-olah kini diharuskan memilih pada dua titik yang tampak berlawanan. 
Melakukan penyelamatan jiwa dan pemutusan rantai penularan co vid-19 dengan 
pembatasan aktivitas yang mengorbankan ekonomi, atau sisi berlawanannya 
mengedepankan kegiatan ekonomi dengan risiko wabah covid-19 makin sulit 
dikontrol.

Elite negeri ini juga tampaknya berada dalam dilema dua kutub tersebut, 
terlihat dari kebijakan yang kerap berubah dan terkesan inkonsisten. Misalkan 
larangan mudik dikeluarkan, tetapi pada akhirnya muncul pengecualian dan 
transportasi umum diperbolehkan.

Juga ketika pembatasan sosial berskala besar (PSBB) diterapkan, pemerintah akan 
mulai memberikan kelonggaran bagi warga di bawah 45 ta hun untuk kembali 
beraktivitas, padahal kurva pandemi covid-19 belum menunjukkan penurunan, 
bahkan landai juga belum.

Inkonsistensi pembuat regulasi itu juga dibarengi tingkat kepatuhan warga cukup 
mengkhawatirkan. Di Jakarta, pelanggaran aturan PSBB mencapai lebih dari 67 
ribu selama 35 hari penindakan, sejak 13 April hingga 17 Mei.

Belum lagi warga yang tetap menggelar ibadah bersama, masyarakat yang memadati 
lapak peda gang kali lima (PKL) di Pasar Tanah Abang, ser ta sejumlah 
perusahaan yang nekat beroperasi padahal PSBB masih terus berlaku.

Imbasnya muncul suara-suara kecewa para pe juang di garda terdepan, para tenaga 
medis. Ra mai di media sosial mengenai foto tenaga medis dengan tulisan 
‘Indonesia Terserah’ sehingga tagar #IndonesiaTerserah pun menjadi tren yang 
dipicu gejala pelonggaran PSBB.

Kondisi yang mestinya menjadi perhatian ialah semua harus sadar bahwa 
perjuangan melawan covid-19 tidak hanya menitikberatkan pada satu kutub. Dua 
kutub kesehatan dan ekonomi harus dikelola bersamaan. Tuntutan kondisi ekonomi 
sama gentingnya dengan dampak di sektor kesehatan akibat covid-19.

Artinya pengambil kebijakan harus mencari for mula yang seimbang. Bagaimana 
ekonomi tetap berjalan, tetapi pergerakan warga tidak menimbulkan penyebaran 
korona menjadi lebih buruk. Untuk itulah, Presiden menegaskan sudah mulai 
merancang skenario pelonggaran meskipun waktu penerapannya menunggu saat yang 
tepat.

Pertimbangan pemerintah jelas melihat kondisi ekonomi kuartal pertama yang 
hanya tumbuh 2,97% jauh dari proyeksi 4,7%. Belum lagi jumlah tenaga kerja yang 
dirumahkan dan di-PHK sudah mencapai 6 juta lebih. Dampaknya jelas akan lebih 
buruk jika roda ekonomi tidak segera berputar.

Sebuah negara sebenarnya sama saja seperti perusahaan, bisa juga bangkrut. 
Namun, jika perusahaan bisa melepaskan beban ketika masa sulit, tidak halnya 
dengan negara. Korporasi punya opsi memecat pegawai, tetapi negara tidak bisa 
melepas tanggung jawab terhadap warga negara.

Untuk itulah, di tengah tanggung jawab pemerintah menjalankan roda ekonomi, 
prinsip melindungi rakyat harus melandasi.Pemerintah dan rakyat harus bersatu 
dalam satu komitmen bahwa kita harus memulihkan keadaan secepatnya tanpa 
mengabaikan kesehatan. Kembali pada kekuatan alamiah kita, adaptasi. Itu pun 
bukan adaptasi individualis, melainkan adaptasi kolektif sebagai bangsa untuk 
membangun keadaan normal yang baru.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 
 